10. GARUDA

8.1K 1.2K 68
                                    

"APA?!"

Seruan itu membuat Angreni meringis, sebab ketika kaget sahabat setannya itu menunjukkan wajah-wajah yang cukup menyeramkan. Contohnya saja, ketika Mbak Karina kaget ia tak sengaja menunjukkan wajahnya yang pucat pasi seperti mayat di balik tebalnya rambut itu.

"Iya... jadi gitu deh. Gue harus ke Lawu," ucap Angreni dengan senyuman sedihnya sambil membuat adonan kue kering terakhirnya untuk sahabat setannya sebelum ia berangkat.

"Berhati-hatilah, Angreni. Pria itu bisa saja menjadikanmu tumbal," ucap Mas P dan Angreni bisa merasakan dengan jelas kekhawatiran pocong itu, meskipun wajahnya tidak bisa mengekspresikannya.

"Jangan tinggalin kita, Ni," isak Mbak Karina dengan suara tangisan ikoniknya yang dapat membuat bulu kuduk siapa pun berdiri.

"Dia ngomong sesuatu tentang Rama," ucap Angreni dengan tatapannya yang merenung ketika ia mengaduk adonan kue kering terakhirnya untuk sahabat setannya itu. Mungkin, jika ada petinggi agama yang mengetahui praktik ini, mereka akan langsung mengeksorsis Angreni, dengan kata-kata andalan, 'sebaik-baiknya setan, sekafir-kafirnya manusia'. Angreni tidak benar-benar menyembah atau memberikan sesajen. Ia hanya seperti pelayan yang menyediakan makanan dan dibayar dengan uang nyata bukan dedaunan. Kalau sampai ada yang mencuranginya dengan dedaunan, Angreni yang akan menyeret setan itu dengan tangannya sendiri ke petinggi agama untuk disiksa. Dengan konsep seperti itu, tentulah Angreni premannya di sini.

"Kalian... punya energi yang harmonis," ucap Bang Kusno, membuat semua di situ langsung terdiam, begitu juga dengan Angreni. Semuanya tampak menyimak dengan khusyuk bahkan monyet dengan telinga bersumping emas tersebut. "Seperti... lingga dan yoni, tanah dan air, bulan dan matahari... kebaikan dan keburukan."

"Bang... keknya lu dulu musafir deh," ucap Mbak Karina yang ditanggapi anggukan semua orang disitu, bahkan Mbak Suster Ngesot yang rada lemot pun juga ikut mengiyakan.

"Kemarin, temannya temanku punya adik lalu temannya adikku yang masih hidup punya temannya yang iparnya..."

Mbak Karina menghembuskan napas jengkel mendengar semua kedunguan yang mulai diucapkan oleh Mbak Suster Ngesot yang anehnya tidak pernah ngesot dengan alasan capek lembur. Setan itu berpindah tempat dengan melayang saja seperti setan pada umumnya.

"Iya, Ni. Kamu itu istimewa sekali, sebab selain melihat bisa berinteraksi dengan mahkluk yang berbeda alam," gumam Mas P mengabaikan ocehan tidak jelas dari suster ngesot di bawahnya.

"... temenku itu kan setan kiriman dan dia bilang kalau majikannya ini nggak sengaja berpapasan dengan seorang cowok yang ciri-cirinya mirip dengan cowok kemarin. Majikannya itu kelihatan segan sekali sampai katanya mau membungkuk dan menyembah, tetapi dicegah."

Lanjutan cerita Mbak Suster Ngesot itu membuat semua orang langsung menolehkan kepalanya pada mahkluk tersebut dan menyimak sebaik mungkin. Bahkan Mbak Karina yang kesabarannya setipis tisu, berusaha untuk mendengarkan sebaik mungkin ucapan melantur setan aneh di bawahnya ini. "Dan temannya setan kiriman yang temanku ini bilang kalau si cowok kemarin itu terkenal di dunia ilmu hitam. Katanya setiap setan peliharaan yang dilelang di gunung-gunung ataupun hutan pasti tahu siapa dia. Dia ini legend banget, Mbak dan katanya juga kejam banget. Entah apa kasusnya saat itu, dia sempat terlibat konflik sama salah satu dukun sakti mandraguna. Mereka tengkar lah secara tidak kasar mata dan dukun ini tiba-tiba besoknya ditemukan tewas tidak wajar. Cuma kecelakaan motor ringan, tetapi seluruh isi perutnya terurai gitu dan jiwanya jadi budak setan-setan yang dulu jadi peliharaannya."

"Ni..." ucap Bang Kusno memperingatkan membuat semua fokus di situ kembali tertuju kepadanya.

"Mungkin... gue akan menyesal karena sudah mempercayai dia, tapi... gue merasa punya ikatan dengan dia di masa lampau yang belum diselesaikan. Dan gue nggak merasa energi negatif dari dia sama sekali... meskipun dia kadang brengsek kayak babi," ucap Angreni, membela Panji, tetapi sebenarnya ia sendiri tidak yakin apakah keputusan ini benar atau tidak.

AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang