Bab 1

2.8K 125 1
                                    

Melodi merasa kosong dan hampa. Ia tidak tau harus melakukan apa selain bekerja menghasilkan uang untuk dirinya sendiri dan keluarganya yang lain.

Jika Melodi tidak memberikan uang, kakak dan ayahnya akan mengatakan kata-kata kasar dan tak jarang pula akan memukulnya. Melodi sudah pernah mencoba melarikan diri dari mereka, namun keluarganya masih bisa menemukannya.

Orang tua Melodi sudah bercerai sejak ia masih kecil. Meski tinggal bersama papanya, tapi mamanya lah yang membiayai sekolah. Karena mamanya sudah menikah dan memiliki anak, Melodi sering mentransfer uang karena mamanya memintanya sebagai bentuk balas budi sudah membesarkan Melodi.

Melodi hanya bisa pasrah. Karena jika ia melawan semuanya hanya akan sia-sia.

Melodi lupa membeli makan tadi diluar. Ketika ia akan memasak sesuatu, ia mendapati kulkasnya kosong. Pasti Tessa kakak iparnya datang kemari mengambil bahan makanan di kulkas. Melodi bahkan tidak bisa marah sekarang. Ia hanya bisa menghela nafas kasar.

Melodi bukan orang yang sabar. Emosinya bahkan sering tidak stabil. Ia rajin pergi ke psikolog agar untuk mendapatkan konsultasi agar mental dan emosinya stabil.

Melodi mengambil kunci mobilnya dan hendak keluar membeli makan. Melihat handphonenya berdering, Melodi mengabaikannya. Ia malas berbicara dengan Aiden kakaknya. Pasti lagi-lagi Aiden akan meminjam uang. Apa tidak cukup makanan di kulkasnya di ambil dan tiap bulan uang yang ia transferkan?

Di salah satu restoran langganan Melodi. Ketika ia selesai makan, dan hendak membayar ia mendapati Fakhri menelponnya.

Fakhri adalah mantan pacarnya tiga tahun yang lalu. Mereka menjalin hubungan hampir sepuluh tahun sebelum mengakhirinya.

Melodi mengangkatnya dan mendapati kabar bahwa Aletheia sahabat karibnya saat ini sedang tak berdaya dirumah sakit.

Melodi segera membayar dan pergi menuju rumah sakit yang dikatakannya. Baru beberapa bulan yang lalu ia bertemu sahabatnya dan keadaannya sangat baik, tapi sekarang tiba-tiba sahabatnya itu masuk rumah sakit. Omong kosong macam apa itu?

Melodi masuk ke ruangan Aletheia dan mendapati seorang laki-laki yang tertidur sembari memegangi tangan Aletheia. Kata Fakhri, keadaan Aletheia semakin drop setiap harinya. Dan hari ini, perempuan itu kehilangan kesadarannya dikarenakan masalah dari kandungannya.

Dasar bodoh.

Hanya itu yang bisa dikatakan oleh Melodi untuk Aletheia sahabatnya. Dari dulu hingga sekarang, hanya anak yang dipikirkan oleh wanita itu. Sahabatnya itu sama sekali tidak pernah mengkhawatirkan dirinya sendiri.

Setelah berdiam cukup lama, Melodi akhirnya pulang dan disibukkan oleh kegiatannya. Dan seminggu kemudian ia baru bisa menemui sahabatnya lagi. Ketika ia datang, ia melihat Arshaka putra sahabatnya sedang menangis.

Jantung Melodi berdebar keras. Ia takut kalau Aletheia pergi menghadap tuhan terlebih dulu. Ketika air matanya akan jatuh, Arshaka melihatnya dan langsung memeluknya.

Melodi berusaha tenang dan membalas pelukan anak kecil itu. Ia kemudian menemui Dokter dan bertanya keadaan Aletheia. Mendengar kabar Aletheia baik-baik saja. Ia lega. Tak lama, ia juga melihat Althea.

Hari itu, Melodi sangat lega karena keadaan sahabatnya membaik. Ia sering mengunjungi sahabatnya dan mendengar kalau suami sahabatnya itu sedang dirawat diruang sebelah karena sakit.

Melodi tak berniat menengoknya dan lebih memilih menemani Aletheia.

"Dasar bodoh, dari dulu sampai sekarang nggak pernah berubah," ejek Melodi.

"Kamu juga nggak pernah berubah Mel,"

"Aku sih baik-baik aja. Tapi kamu? Suka banget punya anak. Padahal tau kalau punya anak cuma nyusahin aja. Udah tau sakitnya waktu melahirkan, sakitnya ngerawat waktu bayi, masih aja dilakuin."

Woman Wishing She was DeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang