Bab 3

1.6K 83 0
                                    

Melodi terbangun ketika mendengar alarm dari ponselnya. Ia segera meraihnya untuk mematikannya. Namun, mengetahui bahwa ia sudah telat masuk kantor, ia langsung bangun hingga terjatuh.

Ia ingat apa yang ia lakukan semalam, tapi untuk saat ini ia akan mengabaikannya. Ia lupa bahwa sebentar lagi akan meeting. Ia pergi  ke kamar mandi untuk mandi bebek dan memakai bajunya.

Suara berisik itu membangunkan Dimas.

"Mel, what are you doing? Come here,"

"Aku telat Dim."

"Go back. I want to hug you,"

"Aku ada meeting habis ini," saut Melodi yang memakai bajunya. Ia mengabaikan perih pada bagian bawahnya.

Dimas langsung bangun dan memperhatikan Melodi yang kebingungan.

"Won't you kiss me first? Like a morning kiss?" tanya Dimas bak anak kecil.

"No," jawab Melodi yang kemudian berlari keluar.

Dimas langsung menjatuhkan dirinya lagi.

Ia tidak tau jam berapa ia terbangun dari tidurnya. Tapi ketika bangun ia langsung mandi dan berganti baju santai sebelum keluar dari kamar.

Beberapa pelayan menyapa Dimas namun Dimas mengabaikannya. Dirumahnya, para pelayan hanya akan aktif di siang hari karena Dimas jarang berada dirumah. Tak jauh dari rumah utama ada mansion untuk para pelayan yang bekerja dirumahnya.

Para pelayan akan pergi ke rumah utama di pukul empat pagi hingga enam sore untuk bekerja. Hanya ada dua sampai tiga orang yang akan tinggal dirumah utama untuk mengurus kebutuhan mendadak Dimas. Itupun mereka hanya boleh muncul jika Dimas menyuruhnya. Selain itu, mereka siap-siap saja kehilangan pekerjaannya.

****

Tiga hari pasca kejadian itu, Dimas sama sekali tak berusaha menghubungi Melodi. Melodi akhirnya meminta nomor Dimas ke Aletheia.

Aletheia bertanya, untuk nomor itu namun Melodi hanya menjawab bahwa ia akan bertanya info loker saja. Aletheia tak mempercayainya namun tetap memberikan nomor tersebut.

Melodi akhirnya menghubungi Dimas untuk pertama kalinya setelah menekan gengsinya. Setelah diangkat, Dimas menyuruh Melodi untuk datang ke rumahnya.

Melodi hanya bisa menghela nafas kasar. Jika ia tau bahwa ia akan berakhir tidur dengan Dimas. Ia tidak akan mau menerima ajakan laki-laki brengsek itu.

"Kenapa?" tanya Dimas ketika melihat Melodi.

"Kalau cuma ciuman aja, aku bisa pura-pura nggak kejadian apa-apa Dim, tapi ini beda." kata Melodi akhirnya.

Dimas menghela nafas berat. "Aku nggak tau harus gimana. Tapi kalau kamu ngajak pacaran oke, ayo kita pacaran. Tapi jujur aja kalau kamu minta kejelasan sampai nikah aku nggak bisa. Asal kamu tau aja, kamu bukan satu-satunya yang pernah aku gituin. Jadi itu bukan hal yang spesial buat aku,"

Melodi sakit hati mendengarnya. Bagi Dimas mungkin itu bukan apa-apa. Tapi bagi Melodi, ia sudah menjaganya seumur hidupnya.

"Aku nggak ada niatan nikah. Dan nggak pingin nikah untuk waktu dekat atau waktu yang lama. Kalau tau kamu masih ya... Aku juga nggak akan ajak kamu kesini. Aku pikir kamu udah lepas sama si Fakhri atau siapapun itu,"

"Aku bukan perempuan kayak gitu Dimas,"

"Who knows?? Kamu seumuran sama aku. Kamu terakhir pacaran aja sampai sepuluh tahun. Aku mikirnya kamu pasti pernah ngapa-ngapain lah, kalau aku tau kamu polos kayak gitu aku juga nggak bakal ajakin kamu." kata Dimas tegas.

Woman Wishing She was DeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang