Kunjungan Dimas harus segera dibatalkan ketika ia mendapat telpon dari salah satu anak buahnya melapor jika Allie dan juga Elisa datang ke Indonesia. Kemungkinan terbesar mereka akan menemui Dimas ataupun Melodi agar Noah mau membatalkan perceraiannya dengan Elisa.
Dimas harus menyerah kini dengan pilihannya. Padahal ia cukup penasaran dengan anak Rizki ini.
Dimas mendekati Melodi dan memberitahunya jika ia harus pergi terlebih dahulu. Ia meminta tolong pada Bryan agar mau mengantarkan Melodi dan anaknya pulang.
"Ada kerjaan?" tanya Melodi yang sudah biasa ditinggal.
"Iya,"
"Berarti nanti malam, nggak jadi ke Apart?"
"Jadi, nanti aku makan malam di rumah kok,"
"Oh, yaudah kalau gitu. Hati-hati,"
Dimas mengangguk kemudian mencium kening Melodi sebelum pergi.
Bagaimana dengan Gabriel, Dimas mengabaikannya seolah anak itu tidak ada disana.
Dimas meminta anak buahnya untuk membawa Elisa dan anaknya ke mansionnya. Ia harus menemui dua ular itu untuk memberikannya pelajaran.
"Tuan muda, di mansion saat ini ada nyonya Celia dan tuan Noah."
"Kenapa mereka disana?"
"Saya juga tidak tau alasannya, tapi Nyonya Celia tiba lebih awal dua hari. Kemudian esoknya tuan Noah berada di mansion setelah menemui nona Melodi,"
"Kalau begitu, bawa ular itu ke apartemenku yang lain,"
"Dimengerti," jawabnya yang kemudian berlalu pergi.
Dimas melanjutkan perjalanannya menuju apartemennya yang lain seraya berpikir apa yang harus ia lakukan nanti untuk memberikan hukuman pada dua ular itu. Berbagai macam hukuman ada di otak Dimas, tapi ia memutuskan untuk memberikan dua hukuman pada orang itu.
Ketika sampai di apartemennya, Dimas lebih memilih membuat kopi. Ketika kopinya sudah siap, dua orang yang di tunggunya datang juga.
Elisa dan Allie di dorong kasar oleh anak buah Dimas.
"Dimas, maafkan aku. Maafkan aku ya, aku pikir kamu tidak menyukai wanita itu, makanya aku pikir sebaiknya kalian segera bercerai," kata Allie memohon.
Wanita yang hanya selisih beberapa tahun itu mendekatinya mengiba.
Dimas meminum kopinya santai.
"Akan aku perbaiki. Akan kuperbaiki semuanya. Lagipula kamu bisa rujuk dengan Melodi dan hidup bahagia bersama Gabriel," lanjutnya lagi.
"Itu benar Dimas, mommy juga bakal bicara ke papa kamu,"
"Bicara? Omong kosong apa yang kamu katakan? Kamu bukan lagi nyonya Declan, bagaimana bisa kamu bicara dengan papaku?" tanya Dimas mengejek.
Ia meletakan cangkir kopinya dan duduk.
"Harusnya sekarang, kalian bersujud meminta maaf agar kalian tidak kehilangan harta-harta itu," lanjut Dimas lagi.
"Dimas, aku mommy mu. Bagaimana bisa kamu melakukan ini padaku?"
"Elisa, sebaiknya tutup mulutmu itu sebelum telingaku semakin sakit!" ucap Dimas yang kini menyalakan cerutunya.
Ia memberikan kode agar kedua orang dihadapannya dibuat berlutut.
Orang-orang Dimas melakukannya. Mereka menekan Allie dan Elisa untuk duduk.
"Dimas!"
"Dimas maafkan aku! Kita keluarga, ingat?" mohon Allie.
Allie tidak paham. Jika menekankan kata keluarga hanya akan membuat Dimas semakin jengkel. Allie seolah lupa jika Dimas tidak pernah sekalipun menganggap mereka keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman Wishing She was Dead
Teen FictionPernah melihat pohon yang dipangkas kemudian kering secara perlahan? Jika pernah, itu adalah gambaran dari sosok Melodi. Pohon yang sering di pangkas hingga kering dan menunggu waktu untuk mati. Melodi ibarat pohon yang rusak akibat tangan jahil ma...