Malam harinya, Dimas berusaha akrab dengan Gabriel atas suruhan Melodi. Namun bukannya akrab, Dimas dibuat naik darah gara-gara putranya itu mengabaikannya.
Yah, diabaikan. Dimas benar-benar diabaikan putranya sendiri. Berbagai cara sudah Dimas coba. Mulai dari mengajak bicara Gabriel, mengajaknya bermain, membelikannya makanan atau jajanan sampai mengajaknya jalan-jalan tak ada yang di tanggapi Gabriel.
Jangankan ditanggapi, Gabriel meresponnya dengan meliriknya saja tidak.
"Mel, kayaknya kita harus bawa Gabriel ke rumah sakit deh. Siapa tau dia tuli," ucap Dimas gregetan.
Rasanya sekarang ia ingin mengigit kepala anak itu agar mau menatapnya.
"Sembarangan kamu kalo ngomong, tuli katanya enak aja!"
"Ya abisnya dia nggak ngerespon aku. Ngelirik aja enggak,"
"Dia belum kenal aja sama kamu,"
"Nggak kenal gimana, orang kemarin aja dia bilang yak tenal, ayah gabil? Cih,"
"Ya sabar Dimas."
"Terus aku harus gimana? Aku nggak bisa ya kalo kamu nyuruh aku deketin Gabriel. Ga bisa aku! Udalah ikut alur aja. Semaunya tuh anak,"
"Ya kamu usaha dong, kalo aku nggak bicara kayak gini, mana mau kamu deketin Gabriel,"
"Ya aku ga tau caranya deket sama anak. Aku udah berusaha tapi Gabriel nggak ngerespon aku. Jangankan ngerespon, natap mata aku aja enggak," dalih Dimas jengkel.
Bisa Melodi lihat jika Dimas menahan emosinya untuk putra semata wayangnya itu.
"Kamu temenin Gabriel sikat gigit, abis ini waktunya istirahat soalnya,"
"Ukh, males banget,"
"Dimas,"
"Gabriel ayo ikut ayah ke kamar mandi. Kita sikat gigi. Nanti mama bisa marah," ucap Dimas ketus.
"Bunda Dim, bukan mama."
"Iya Bunda ...., Lagian ya, kok bisa sih aku dipanggil ayah. Aku nggak mau di panggil ayah,"
"Terus apa, papa?"
"Bukan ya, tapi dady. Nggak keren banget dipanggil ayah." gerutu Dimas.
Melodi menghela nafas.
"Bagus kok dipanggil Ayah, lagian apaan tuh Dady, muka kamu nggak ada bule-bule nya." ejek Melodi.
"Ish, jangan salah. Papa aku orang Eropa loh, aku ini blasteran," keukuh Dimas.
"Itu kan papa kamu bukan kamu. Nama aja Dimas, mana ada unsur orang baratnya."
"Nama panjangku Dimas Arsenio Declan. Mananya yg nggak ada unsur Eropa?"
"Itu Dimas,"
"Aku bilangin ke Bunda ya, Bunda yang kasih nama itu ke aku. Itu nama mendiang leluhurku yang paling sukses di keluarga kami. Asal kamu tau aja,"
"Cih, emang bener kok. Sana bantuin Gabriel."
Dimas mendecak dan tetap mengikuti keinginan Melodi. Ia berusaha mengajak Gabriel untuk sikat gigi. Namun karena Gabriel yang masih abai, Dimas segera mengangkat anak itu dan membawanya ke kamar mandi.
Gabriel berontak. Ia berteriak minta diturunkan. Karena Dimas tidak peduli, Gabriel berakhir menangis sesenggukan. Dimas melihatnya bingung.
Lah kenapa dah nih bocah- batin Dimas.
Melodi mendekatinya akhirnya. Dimas menurunkan Gabriel yang berakhir Gabriel berlari memeluk Melodi sembari terisak.
Pada akhirnya Melodi menghandle urusan Gabriel. Ketika akan tidur, terjadi sebuah drama lagi ketika Dimas ikut tidur disamping Melodi. Gabriel menjerit tidak mengizinkan Dimas tidur bersama mereka. Dimas menyuruh Gabriel pergi darisana. Ia merengek menyuruh Dimas pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman Wishing She was Dead
Teen FictionPernah melihat pohon yang dipangkas kemudian kering secara perlahan? Jika pernah, itu adalah gambaran dari sosok Melodi. Pohon yang sering di pangkas hingga kering dan menunggu waktu untuk mati. Melodi ibarat pohon yang rusak akibat tangan jahil ma...