Dimas berusaha mendekati Gabriel ketika ia menemui Melodi. Namun karena Gabriel yang histeris tiap melihatnya, terpaksa Dimas tak menemui Melodi untuk sementara.
Dimas bahkan tak bisa mendekati Melodi atau hanya sekedar mengantar Gabriel ke sekolah karena Gabriel yang akan tantrum jika melihatnya.
Dimas menyerah akhirnya. Sudahlah biarkan saja berandalan itu. Ia juga sibuk mengurus masalahnya dengan Elisa dan Allie.
Dimas menerima hasil tes DNA yang ia lakukan kemarin. Betapa mengejutkannya hasilnya. Ternyata Gabriel memang putra kandungnya. Ia jadi heran sekarang, bagaimana bisa anak itu menjadi miliknya, padahal Gabriel sama sekali tidak memiliki kemiripan atau keterikatan dengannya. Bukannya orang-orang bilang hubungan orangtua dan anak pasti terasa tidak peduli betapa jauh mereka,
Ah,
Dimas menyadari satu hal.
Ia juga tidak memiliki ikatan atau apapun dengan papanya. Kecuali darah yang sama.
Yah, ia tidak perlu peduli dan cukup mengabaikannya seperti sebelumnya. Mau bagaimana lagi. Dimas menyimpan surat itu di tumpukan dokumen dan ia kembali menyibukkan dirinya.
Drt..drt...
Dimas menatap ponselnya jengkel. Ini sudah kesebelas kalinya Allie menelfonnya. Dimas memilih untuk memblokir nomor itu beserta Elisa.
Tak lama, papanya menghubunginya.
Dimas menunggu hingga dering ke delapan baru menjawabnya.
"Halo," sapa Dimas pura-pura hangat.
"Jangan lagi menggunakan ibumu untuk hal bodoh seperti ini Dimas," peringat Noah.
"Memangnya apa yang aku lakukan?"
"Kamu pasti lebih mengetahuinya. Baiklah, aku ikuti kemauanmu. Jadi, bawa Gabriel menemuiku besok."
"Sayangnya, aku nggak bisa melakukannya,"
"Apa? Kenapa tidak bisa? Kamu mau main-main denganku? Dimas, jangan buat aku marah lebih dari ini," teriak Noah.
Dimas menjauhkan telinganya.
"Hubunganku nggak baik dengan Gabriel pa, jadi gimana aku harus membawanya menemuimu? Papa saja yang kesini temui dia sendiri,"
"Kau-"
Dimas langsung mematikan panggilannya. Memangnya dia bodoh apa membawa Gabriel ke kediaman papanya. Bisa-bisa Dimas dan Melodi tidak akan melihatnya lagi.
Meski berandalan itu cukup menyebalkan bukan berarti Dimas tidak punya hati.
Dimas kemudian bangun dari duduknya. Ia akan menjalani misinya dulu. Selama itu, ia menyuruh orang untuk mengawasi dan memperhatikan Melodi dan Gabriel.
Padahal ia masih penasaran dengan orang bernama Killian itu.
****
Melodi diam termenung menatap ponselnya. Sejak Dimas kembali, Dimas tidak pernah mengiriminya pesan kecuali jika laki-laki itu akan datang menemuinya. Namun, ini sudah dua minggu sejak saat Gabriel ngambek dengan Dimas.
Dimas tidak lagi mengiriminya pesan. Orang itu akan datang dan pergi sesuka hatinya. Sepertinya, rencana untuk mendekatkan hubungan dua orang itu tidak mungkin berhasil.
Melodi menjemput Gabriel dirumah Aletheia sepulang kerja.
"Ini undangan lo, katanya Bulan Depan ada acara lomba orangtua dan anak. Kalo lo nggak bisa datang, suruh aja Dimas yang dateng. Siapa tau dia nganggur,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman Wishing She was Dead
Teen FictionPernah melihat pohon yang dipangkas kemudian kering secara perlahan? Jika pernah, itu adalah gambaran dari sosok Melodi. Pohon yang sering di pangkas hingga kering dan menunggu waktu untuk mati. Melodi ibarat pohon yang rusak akibat tangan jahil ma...