Bab 28

1K 67 8
                                    

Perceraian Melodi dan Dimas berlangsung dengan sangat cepat. Melodi bahkan tak bisa ingat apa-apa. Ketika ia hendak bertemu mamanya karena sedih, mamanya langsung mengusirnya dan berkata tak sudi mengakui Melodi sebagai anak.

Ia masih sangat marah dan kesal karena ulah Melodi yang memenjarakan Aiden. Tak hanya itu, Tessa yang juga menceraikan Aiden dan membawa anaknya pergi membuatnya semakin tak sudi melihat Melodi.

Melodi hanya bisa diam dan meminta maaf, ia berusaha menjelaskan apa yang dilakukan oleh kakaknya, namun mamanya mengabaikannya dan mengusir Melodi kasar.

Melodi akhirnya hanya bisa pasrah menerima keadaannya sembari menangis terisak karena tak ada siapapun yang bisa ia jadikan sandaran.

Melodi termenung diam. Ia tak mau melakukan apapun dan hanaya berbaring diatas tempat tidur dengan menangis. Rasanya, ia ingin mati hari itu. Namun, tiba-tiba saja perutnya terasa sangat sakit.

Melodi meremas perutnya. Ia menahan jeritannya. Perutnya terasa sangat melilit. Keringat dingin mulai bercucuran keluar. Melodi sangat tersiksa seolah Tuhan Mengabulkan keinginannya dan mulai mencabut nyawanya.

Untungnya, ada Aletheia yang tiba-tiba datang ke rumahnya. Perempuan tersebut kaget melihat keadaan Melodi. Ia langsung menolongnya dan membawanya ke rumah sakit.

Yah, Melodi terkena magh dan belum lagi kandungannya juga sedikit bermasalah. Dokter menyuruh Melodi agar tidak stress dan menjaga asupan makanannya. Melodi sedang hamil jadi tidak boleh sampai kekurangan gizi. Itu bisa saja mempengaruhi kondisi anaknya ketika lahir nanti. Dan jika Melodi tetap seperti ini, bisa-bisa Melodi kehilangan janinnya.

Melodi tidak peduli. Tatapan matanya kosong tak seperti biasanya. Terlebih ketika papanya tiba-tiba datang meminta uang lagi pada Melodi. Melodi sangat tersiksa. Dan pada akhirnya, Melodi hanya bisa menyalahkan janin dalam kandungannya.

Dari awal ia memang tidak menginginkan anak itu. Ia sendiri merasa tak masalah karena Dimas akan bertanggung jawab awalnya. Tapi sekarang, laki-laki itu hanya orang brengsek yang tak berguna. Laki-laki yang ingkar janji dan membohonginya. Melodi tak sudi harus mengandung atau melahirkan anak Dimas. Ia juga tak mau merawat anak itu nantinya. Ia sangat jijik. Bisa-bisanya ia kecolongan dan hamil padahal selama ini tak pernah ada masalah, tapi kenapa, tiba-tiba ia harus hamil sekarang dan masalah silih berganti datang.

"Dasar pembawa sial,"

Melodi mencari informasi tempat untuk melakukan aborsi. Ia tidak bisa bertahan lebih lama dengan parasit yang tumbuh dalam rahimnya setiap harinya. Ia sangat muak hingga berniat untuk menggugurkannya. Namun dengan cepat, Aletheia menggagalkannya ketika mengetahui reaksi tak biasa dari Melodi.

"Kamu udah gila ya?" Bentak Aletheia ketika melihat Melodi yang bersiap akan melakukan aborsi.

Aletheia menarik tangan Melodi kasar dan membawanya pergi dari klinik tersebut. Ia menyuruh Melodi sadar karena anak yang dikandungnya tak bersalah. Namun Melodi menolak dan ia hanya bisa menangis dan memukulli perutnya. Ia tidak mau mengandung atau melahirkan anak Dimas. Ia merasa jijik jika masih ada barang Dimas yang melekat padanya.

"Dia anak kamu bukan barang Mel. Dia punya nyawa yang bisa dengerin kamu."

"Dari awal aku nggak mau punya anak." isaknya.

"Mel, ini nggak adil buat anak itu. Kamu ingat nggak waktu kamu ngasih tau aku kalau kamu hamil?"

Melodi diam.

"Kamu kelihatan bahagia. Jangan hukum anak ini karena kamu marah sama Dimas. Kasihan. Anak itu cuma punya kamu di dunia ini. Kamu ibunya. Kamu harus jagain dia. Jangan siksa kayak gini. Kalau kamu kayak gini, apa bedanya kamu sama orang tua kamu? Anak ini emang anaknya Dimas, tapi dia juga anak kamu!"

Melodi tersadar mendengar pertanyaan itu.

"Yakin nggak bakal nyesel kalau anak kamu tiba-tiba nggak ada?"

Isakan Melodi berhenti. Namun air matanya tetap mengalir deras.

"Kamu ibunya Mel. Cuma kamu yang bisa jagain anak itu."

Aletheia mengusap airmata Melodi.

"Dia cuma punya kamu sekarang. Anak yang kuat ini cuma punya kamu. Dia aja masih bertahan buat nemenin kamu.
Kasihan dia Mel,"

Melodi semakin terisak. Ia memeluk perutnya sendiri dan bergumam meminta maaf.

Aletheia langsung memeluknya. Kali ini, ia akan membantu sahabatnya seperti dulu sahabatnya membantunya. Aletheia mengawasi Melodi. Ia juga merekomendasikan Psikolog untuk Melodi. Dengan begitu, keadaan Melodi jauh lebih stabil dari biasanya. Dan ketika Melodi mengetahui alasan perceraiannya dengan Dimas akibat ibu tiri Dimas yang mengetahui pernikahan kontraknya. Melodi kembali berusaha menghubungi keluarga Dimas untuk menjelaskan semuanya.

Sama seperti dulu, keluarga Dimas mengabaikannya. Melodi hanya bisa pasrah, terlebih ketika ia ingat ucapan Dimas jika papanya pasti akan merebut anak tersebut. Akhirnya, ia merelakan hubungannya dengan Dimas dan lebih memilih merahasiakan kandungannya.

Kini, ia bisa fokus dengan pekerjaan dan kandungannya. Meski, ternyata semuanya tak segampang ucapan Melodi dulu. Melodi berusaha melewati semuanya.

Ia berhenti ke psikolog dan terkadang menghubungi Dimas, meski tau semuanya sia-sia. Tapi itu, bisa mengobati sedikit kerinduannya pada laki-laki itu.

Yah, sampai sekarang Melodi tak percaya ia bisa mencintai Dimas. Melodi berharap anaknya tak mirip Dimas. Jika bisa, anaknya nanti perempuan.

Rasanya, ia tak akan sanggup jika memiliki anak laki-laki. Ia benci laki-laki sekarang. Tak ada yang bisa ia percayai bahkan jika itu anaknya nanti.

Anak dalam kandungan Melodi seolah memprotesnya. Anak itu tak bisa diajak kerjasama. Melodi mengalami morning sickness cukup parah hingga pekerjaannya mengalami sedikit masalah yang membuatnya harus lembur setiap hari.

Tak hanya itu, seluruh badannya ikut membengkak sakit. Terlebih pinggang. Melodi tak bisa duduk atau berdiri lama karena pinggang yang terasa sakit.

Meski sangat membenci Dimas, Melodi tetap mengirim pesan mengeluh pada laki-laki itu karena perbuatan anaknya.

Contohnya seperti sekarang. Jam satu pagi, ia tiba-tiba nyidam ingin makan pecel. Melodi sampai bingung dibuatnya. Ia ingin mengabaikannya namun perasaanya sangat resah jika tidak memakan pecel malam ini. 

Pada akhirnya, Melodi keluar setelah mencari rekomendasi tempat makan pecel yang buka tengah malam.

Keadaan Melodi yang membaik membuat erat badannya naik dengan pesat. Seluruh baju-bajunya tidak muat. Ia pun pergi ke mall membeli baju baru. Ketika melihat baju bayi, Melodi langsung membelinya.

Ia membeli baju untuk anak perempuan yang menurutnya cantik dan lucu-lucu. Terlebih ketika ia melakukan usg, dan Dokter mengatakan anaknya perempuan. Ia sangat senang.

Seperti sekarang, Melodi mengusap perutnya sayang dan memikirkan nama untuk putrinya nanti.

Rachel.

Ia akan memberi nama putrinya Rachel.

"Rachel, yang sehat didalam sini. Bunda nggak sabar ketemu kamu. Nanti kita bisa main bareng," kata Melodi senang.

Dan seolah bisa merespon, anak dalam kandungan tersebut menendang.

Bukannya senang karena anaknya merespon. Melodi hanya bisa meringis kesakitan karena tendangan itu.

"Rachel, jangan gini." keluh Melodi.

Putrinya benar-benar hobi menendang perutnya.

Melodi menyentuh perutnya.

"Sakit sayang, jangan kasar gini," kata Melodi lagi.

"Akh," ringis Melodi.

Lagi-lagi anak dalam kandungannya mengabaikan perkataannya dan menendangnya. Anak tersebut bergerak sangat aktif seolah sedang bermain.

"Rachel,"

Melodi memejamkan matanya menahan sakit.

Woman Wishing She was DeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang