Bab 22

1.1K 81 1
                                    

Kepergian Dimas di batalkan karena papanya yang akan datang ke Indonesia untuk mengurus beberapa hal. Alhasil, Melodi bertanya apa tidak sebaiknya mereka ke rumah Dimas. Namun Dimas mengatakan itu tidak perlu dikarenakan papanya tidak akan tinggal di rumah itu. Rumah itu miliknya dan Daniella.

Papa dan bundanya paling sesekali pergi kesana untuk memeriksa keadaan Dimas. Yah, meskipun sekarang hanya bundanya saja yang melakukannya.

Ketika Dimas hendak pergi, Melodi tiba-tiba mens. Ia menyuruh laki-laki itu membelikan pembalut karena miliknya habis namun, Dimas menolaknya. Ia malu harus keluar membeli pembalut untuk perempuan.

"Terus kamu nggak mau beliin aku gitu?" tanya Melodi kesal.

Dimas akhirnya pergi dan membelikan istrinya itu pembalut.

Sejak kepergian itu, Dimas tidak lagi pernah mengunjungi Melodi. Melodi beberapa kali bertanya kapan Dimas akan pulang namun laki-laki itu hanya menjawab nanti ia akan memberi kabar. Namun Dimas tak kunjung memberi kabar. Untuk satu minggu pertama Dimas masih memberinya kabar namun setelah itu, Dimas tidak memberi kabar dan tak bisa di hubungi hingga sekarang.

Namun sekarang, laki-laki itu menemui Melodi dirumahnya dalam keadaan basah kuyup. Di luar sedang hujan sangat deras.

Melodi yang melihat kedatangan Dimas sangat terkejut. Sudah tuju belas hari mereka tidak bertemu. Dan ketika bertemu, keadaan Dimas sangat berantakan seperti hari ini.

"Kamu kenapa?" tanya Melodi lembut.

Dimas langsung menarik Melodi dan memeluknya erat.

Melodi terkejut. Melihat Dimas yang hanya diam saja dan tidak mengatakan apapun. Ia membalas dekapan Dimas, agar laki-laki itu merasa tenang.

Dimas baru saja bertengkar dengan papanya untuk kesekian kalinya. Papanya marah besar karena Dimas lagi-lagi menolak untuk meneruskan bisnis keluarganya.

"Sesuai kesepakatan, aku kerjain ini biar bisa nikah sama Melodi. Karena kerjaan udah selesai. Aku pergi," kata Dimas.

Papanya marah besar. Ia memaki Dimas sebagai anak yang tidak tau untung dan bersyukur. Ia bahkan tidak segan untuk memukul putra semata wayangnya yang sangat keras kepala itu. Berulang kali ia memberitahu Dimas, saat ini banyak sekali yang ingin menginginkan posisi Dimas. Bahkan adik tiri Dimas juga. Kalau Dimas tetap saja seperti ini, anak itu tidak akan mendapatkan apapun. Namun Dimas mengabaikan hal tersebut.

"Kalau begitu, segera kasih papa cucu. Kalau kamu tidak mau, biar anak kamu yang melanjutkannya. Papa nggak peduli dia mau perempuan atau laki-laki, cepet buat istri kamu itu hamil, dan kasih anak itu ke papa. Biar papa yang ngerawat anak itu,"

"Aku nggak segila itu sampai ngebiarin anakku mati kayak Daniella."

"PUNYA HAK APA KAMU NGOMONGIN DANIELLA DISINI? Kalau kamu nggak ngelawan papa terus DANIELLA PASTI MASIH HIDUP SAMPAI SEKARANG. Gara-gara kamu Daniella mati!"

"Gara-gara aku? SEMUA ITU GARA-GARA PAPA! Keluarga ini hancur juga gara-gara papa!" ucap Dimas yang langsung berjalan pergi meninggalkan papanya sendiri.

Satu-satunya alasan kenapa papanya tidak bisa memiliki anak lagi adalah karena perjanjian yang dibuat dengan bundanya dulu. Bundanya mau diceraikan asal papanya itu memberikan seluruh harta kekayaannya kepada anak-anak mereka. Awalnya, papanya menolak. Namun, Dimas tidak tau apa yang dilakukan oleh Bundanya, sampai papanya yang sangat keras kepala itu akhirnya menuruti kemauannya. Karena itu papanya berfikir percuma jika ia mempunyai anak lagi jika anaknya yang lain tidak bisa memiliki apa yang telah ia hasilkan.

Woman Wishing She was DeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang