Melodi masuk ke rumah mewah tersebut. Ia takjub dengan rumah Dimas. Rumah itu sebelas dua belas dengan rumah yang ditinggali oleh Aletheia sahabatnya. Bedanya, rumah ini sangat sepi. Melodi tak melihat satupun Art kecuali Satpam yang membukakan pintu tadi.
Dimas kemudian mengajak Melodi naik kelantai tiga rumahnya melalui lift. Sampai disebuah pintu yang besar, Dimas membukanya. Terdapat sebuah kamar yang sangat luas dan Dimas mempersilahkan Melodi untuk masuk.
"Kamar mandinya disitu," kata Dimas dengan menunjuk sebuah pintu.
Melodi menganguk dan kemudian Dimas permisi untuk keluar. Ia akan mengambil Wine koleksinya.
Sekeluarnya Dimas, Melodi menuju pintu yang ditunjuk Dimas tadi. Kamar ini sangat luas, bahkan lebih luas dari ruang tamunya. Belum lagi perabotan yang ada, terlihat jelas bahwa barang-barang tersebut sangat mahal.
Tepat didepan pintu tersebut, Melodi membukanya hati-hati. Ia memperhatikan kamar mandi tersebut dengan terpukau. Padahal hanya kamar mandi, namun kamar mandi tersebut memiliki lampu kristal yang besar. Tak hanya itu, kamar mandi itu juga sangat luas. Mungkin, seukuran kamar tidur dirumahnya.
Melodi memperhatikan ke sekelilingnya. Jiwa miskinnya meronta-ronta melihatnya. Ia meraih handuk yang tak jauh darinya dan mulai melepaskan pakaiannya sebelum menuju Jacuzzi.
Ia menekan beberapa tombol dan membiarkan air keluar memenuhinya. Melodi kemudian bangkit dan memperhatikan kamar mandi itu lagi. Ia melihat beberapa sabun yang terlihat unik. Sabun tersebut memiliki aroma yang khas. Ia tidak pernah mencium bau itu. Meski begitu, sabun tersebut sangat wangi.
Melodi memilihnya. Ia kemudian lanjut memilih shampo karena di kamar mandi itu ada beberapa shampo dan sabun mandi. Melodi heran, kenapa Dimas memiliki sabun dan shampo sebanyak ini. Apa Dimas bekerja di perusahaan sabun?
Setelah memastikan air terisi penuh, Melodi memasukan sabun tersebut dan mulai berendam. Seperti kata Dimas. Jacuzzinya memilikinya fitur air panas. Melodi menyukainya. Ia bisa tinggal di kamar mandi ini seharian karena menikmatinya. Belum lagi air yang seolah memijatnya. Ia percaya, jika ini bukan kamar Dimas, ia pasti akan menikmati ini hingga tertidur. Nanti ia akan membeli Jacuzzi seperti ini di rumahnya.
Setelah menuntaskan acara mandinya, Melodi pun keluar. Dan diluar sudah ada Dimas yang menunggu diatas tempat tidur.
"Gimana?" tanya Dimas sembari memberikan gelas yang sudah di isi wine.
"Enak, aku suka. Kayaknya aku harus beli satu buat dirumah." jawab Melodi dengan menerima gelas tersebut. Ia kemudian meminumnya.
"Winenya juga enak."
"Kalau kamu mau, kamu bisa bawa pulang satu," balas Dimas.
Percakapan tersebut tak terhenti. Satu botol Wine yang dibawa oleh Dimas sudah di tenggak habis. Dimas tidak mabuk. Ia masih sadar dan bisa membedakan hal yang benar dan tidak. Sementara Melodi, ia hanya merasa pusing dan masih bisa membedakan semuanya. Namun, entah kenapa rasa pusing di kepala Melodi malah menjadi rasa kantuk.
Padahal Melodi cukup yakin, bahwa ia adalah orang yang kuat minum. Namun, Wine yang sekarang diminum ... ia lupa bertanya berapa persen kadar alkoholnya.
Melodi bisa merasakan Dimas ikut berbaring disampingnya kemudian memeluknya. Melodi membiarkannya. Namun tangan Dimas yang bergerak nakal membuatnya terjaga.
"Kamu ngapain Dim," tanya Melodi lembut.
Namun bagi Dimas, pertanyaan Melodi seolah menggodanya. Ia menarik tali piyama mandi yang mengikatnya. Kemudian menelusuri tubuh Melodi. Dimas meremas payudara Melodi dan memainkan putingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman Wishing She was Dead
Teen FictionPernah melihat pohon yang dipangkas kemudian kering secara perlahan? Jika pernah, itu adalah gambaran dari sosok Melodi. Pohon yang sering di pangkas hingga kering dan menunggu waktu untuk mati. Melodi ibarat pohon yang rusak akibat tangan jahil ma...