Melodi dan Dimas pergi bersama mengunjungi rumah sakit untuk melihat putri Zio dan Aletheia. Sepanjang jalan itu, Melodi mengomeli Dimas yang katanya akan mengurus kado untuk anak itu, namun kadonya tak kunjung ada.
Dimas meminta Melodi untuk tenang karena memang barangnya sedang dalam pengiriman. Melodi tidak bisa begitu saja mempercayai Dimas.
Dan ternyata ketika mereka sampai didepan kamar Aletheia, Dimas mendapat telfon.
Laki-laki itu berjalan pergi dan menjawab panggilan tersebut.
"Kenapa? Mau pergi lagi?" tanya Melodi ketika melihat Dimas mendekatinya.
"Ya, sebentar doang. Sekalian ambil kadonya. Udah datang ternyata, aku pergi dulu."
Melodi tak menjawab apa-apa dan langsung masuk ke kamar Aletheia dengan kesal. Dimas hanya bisa menatapnya sebelum laki-laki itu pergi.
"Kok sendiri Mel, tadi kayaknya ada suaranya Dimas," tegur Aletheia.
"Nggak tau tuh, pergi lagi. Katanya mau ambil kado. Kek nanggung banget, kenapa nggak di ambil dulu kadonya baru kesini. Nyebelin," omel Melodi.
"Sabar Mel,"
Melodi melihat beberapa orang disana, setelah menyapanya dengan basa-basi ia melihat anak Aletheia. Seorang perempuan. Bayi tersebut sangat cantik dan menggemaskan.
"Cepetan nyusul Mel," goda Venezio.
"Setelah lihat Aletheia kayak gitu, aku makin nggak minat punya anak, lagian Dimas juga nggak mau punya anak. Free Child. Ngerepotin katanya," balas Melodi.
"Tapi kalau berjarak kayak Venezio lumayan Mel. Nah kalau kayak gue ini," saut Bryan.
"Ya lo yang lebih perhatian dong," kata Melodi yang mendekati Bela.
Ia meminta untuk menggendong Michael. Dan Bela memberikannya.
"Nggak mau gendong Andrea?" tanya Aletheia.
"No Al. Bukannya gue nggak suka ya. Gue nggak bisa gendong bayi. Sumpah takut tulangnya patah. Ntar kalo anak lo udah sebesar ini gue gendong," jawab Aletheia dengan membawa Michael.
Aletheia tertawa mendengarnya. Yah, itulah alasan Melodi selama ini. Bahkan ketika ia melahirkan sikembar pun, Melodi baru berani memegang mereka ketika anak itu usianya hampir satu tahun.
"Dimas itu sebenarnya kerja apa sih?" tanya Melodi akhirnya ke teman-teman Dimas.
Ia dibuat sangat penasaran dengan pekerjaan laki-laki itu.
"Ya kan udah jelas, pewaris DC grup." kata Venezio.
"Dimas kan nggak mau ngewarisin itu,"
"Ya dia ada saham di Declan. Meskipun nggak mau ngurus kan, masih banyak kerjaan yang perlu di perhatiin," saut Rizki kali ini.
Melodi menatap mereka yak percaya.
"Dimas itu temen apa kalian sih? Kayaknya dia bukan temen kuliah ataupun SMA kalian deh," tanya Bela akhirnya.
"Kalian satu SMA kan, gue nggak ada lihat tuh foto album dia," tambahnya.
"Sebenarnya gue, Zico, sama Dimas itu Temen TK sampai SD kelas 4 kalo nggak salah. Abis itu dia pindah sekolah, terus waktu kelas 2 SMP dia satu sekolah lagi sama gue, sama Rizki sampe lulus. Meski nggak satu sekolah, kita sering nongkrong bareng, kenal lah akhirnya." jelas Zio.
"Kenapa sering pindah sekolah?" tanya Melodi penasaran.
"Nggak tau sih, Daniella juga pindah waktu itu," jawab Zio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman Wishing She was Dead
Teen FictionPernah melihat pohon yang dipangkas kemudian kering secara perlahan? Jika pernah, itu adalah gambaran dari sosok Melodi. Pohon yang sering di pangkas hingga kering dan menunggu waktu untuk mati. Melodi ibarat pohon yang rusak akibat tangan jahil ma...