Pada akhirnya, Melodi membawa Gabriel menemui Noah tanpa diskusi dengan Dimas. Di tempat janjian mereka, Melodi dibuat terkejut dengan restoran mewah itu. Melodi tidak tau sebelumnya ada restoran semewah dan sebagus ini.
Ketika masuk kesana, rasanya sangat familiar. Lagi-lagi, keluarga Dimas membooking satu restoran hanya untuk makan malam yang singkat.
Melodi diantarkan ke sebuah meja yang terletak ditengah-tengah. Ketika ia sampai disana, ia melihat Noah yang sudah menunggu mereka.
Melodi menelan salivanya khawatir. Apa ia sudah membuat laki-laki tua itu menunggunya? Jika begitu, ini adalah sesuatu yang buruk. Ia ingat jika keluarga Dimas adalah keluarga yang disiplin.
"Kamu telat sebelas menit empat detik." ucap Noah dingin.
Melodi hanya bisa meminta maaf. Dijalan sangat macet tadi.
"Tanpa kamu beritahu pun saya tau jika dijalan macet. Solusinya, kamu hanya harus berangkat lebih awal." balas Noah dingin.
Melodi diam.
"Duduk,"
Barulah Melodi duduk setelah membantu Gabriel.
"Gabriel, ini kakek. Di- beliau ini papanya ayah,"
"Hmmm, kayak Celia?"
Noah mengerutkan alisnya mendengar Gabriel yang memanggil nama mantan istrinya sesantai itu.
"I-iya,"
Gabriel menatap laki-laki didepannya lekat.
"Kamu sudah bertemu Celia?"
"Sudah."
"Kapan?"
"Kemalin, di lumahnya ayah."
"Kalau begitu, panggil kakek Noah saja,"
"Hmm, kenapa? Kalena kakek masih muda kayak Celia? Tapi kan wajah kakek nggak kelihatan muda," ujar Gabriel polos.
Noah tertawa mendengarnya.
"Mau bagaimana lagi, sejak kecil sikap ayahmu itu berandalan. Aku jadinya makin cepat tua gara-gara ngurusin dia,"
"Belalan?"
"Berandalan,"
"Belandalan itu apa?"
"Nakal,"
"Hmm... Uhm," saut Gabriel dengan menganguk antusias. "Ayah memang nakal," lanjutnya lagi dengan tersenyum setuju. "Ayah seling gangguin Gabil sampe Gabil malah telus. Belalti nanti Gabil bakalan cepet tua kayak Noah kalena ayah belandalan?" tanyanya dengan raut wajah yang cemberut.
Noah tertawa keras mendengar penuturan cucunya yang cukup lucu.
Ia kemudian mengambil menu dan menyuruh Gabriel memilih makanannya. Semalam itu, Noah habiskan waktunya dengan berbicara dengan Gabriel. Laki-laki tua itu sepenuhnya mengabaikan Melodi dan tak menganggap Melodi ada.
Baru ketika mereka akan pulang, Noah mengajak Melodi bicara.
"Bagus. Kamu membesarkannya dengan baik."
"Terimakasih Pa,"
"Kamu ada rencana rujuk sama Dimas?"
"Nggak ada pa," jawab Melodi dengan meremas tangannya.
Karena faktanya Dimas tidak bertanya apapun tentang lanjutan hubungan mereka.
"Kalau gitu ini buat kamu," kata Noah dengan memberikan Melodi cek. "Silahkan tulis angka yang kamu mau, biar saya yang membesarkan Gabriel."
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman Wishing She was Dead
Teen FictionPernah melihat pohon yang dipangkas kemudian kering secara perlahan? Jika pernah, itu adalah gambaran dari sosok Melodi. Pohon yang sering di pangkas hingga kering dan menunggu waktu untuk mati. Melodi ibarat pohon yang rusak akibat tangan jahil ma...