Part 41

33 2 0
                                    

Pagi ini Rayn terlihat datang seorang diri ke sekolah tanpa adanya kekasihnya Zeyna. Masih pantaskah untuk saai ini ia menyebut Zeyna sebagai kekasihnya? Sedangkan dirinya sendiri lah yang memutuskan hubungan diantara keduanya.

Rayn berjalan di koridor dengan langkah tegapnya dengan tatapan mata elangnya yang terlihat dingin. Berbanding terbalik dengan pikirannya yang terlihat kosong. Seandainya waktu bisa diulang kembali ia begarap kejadian kemarin tidak pernah terjadi di kehidupannya.

Sesampainya di kelas, Rayn terlihat berhenti di depan pintu kelasnya. Kejadian kemarin seolah berputar-putar di kepalanya hingga membuatnya sakit kepala.

"ckkk sialan, berhenti ganggu pikiran gue." Rayn berusaha menghentikan pikiran buruknya dengan memukul kepalanya sendiri. Setelah berusaha merendamkan pikirannya Rayn menghela nafas dan kembali melanjutkan langkahnya memasuki kelasnya dan segera duduk di bangkunya.

Dirinya sadar saat ini semua terasa kosong, sahabatnya yang tidak lagi menyapanya, Vanessa yang belum terlihat masuk ke sekolah kembali, dan terakhir ketika dirinya melihat ke arah bangku Zeyna yang masih terlihat kosong sampai saat ini dan tidak biasanya wanita itu telat hanya untuk pergi ke sekolah. Namun, Rayn tetap berusaha mengalihkan pikirannya dari Zeyna dengan menelungkup kan kepala di antara kedua tangan yang telah ia lipat dimejanya.

•••••

Tak terasa lima hari sudah berlalu dan Rayn tidak pernah melihat lagi Zeyna kembali masuk ke sekolah. Begitu pula dengan Vanessa yang sudah siuman dari dua hari yang lalu namun masih belum bisa melanjutkan pembelajaran dikarenakan istirahat untuk memulihkan kondisi tubuhnya. Bahkan sudah berhari-hari dirinya selalu datang ke rumah Vanessa untuk menemani dan menjaga perempuan tersebut untuk menebus rasa bersalahnya.

Dan Rayn sempat berpikir, apakah Zeyna sakit atau dia memilih menghindar dari tanggung jawabnya? ia benar-benar tak tau dengan semua itu. Bahkan ketika dirinya mencoba datang ke rumah Zeyna, rumah itu terlihat nampak sepi dan tidak berpenghuni. Jujur, dia khawatir dengan keadaan perempuan itu sekarang.

Disaat Rayn terdiam dengan pikirannya, Gavin datang dan duduk di samping laki-laki itu. Sedangkan Rayn hanya melirik sekilas tanpa merasa keganggu dengan orang yang duduk disampingnya.

"Bego, bodoh, and tolol." tiba-tiba Gavin mengumpati cowo disampingnya. Sedangkan Rayn berusaha menghiraukan umpatan dari Gavin.

"Lo emang pinter di akademik, tapi lo juga begitu bodoh dengan fakta yang ada di depan lo." sarkas Gavin.

"Kalau lo cuma ngajak berantem mending pergi." Setelah beberapa saat terdiam Rayn akhirnya membuka suaranya.

"Gue sebenernya males buat ikut campur dengan kehidupan lo yang penuh drama. Tapi, kalau gue diem semua gak akan selesai." jelas Gavin dengan pandangan lurus kedepan.

"Maksud lo?" Rayn terlihat bingung dengan arah pembicaraan Gavin untuk kali ini.

"Gue tau gue bukan orang yang baik, dan dulu bahkan sempet buat lo celaka bahkan sampai buat lo nginep di rumah sakit, sampai sekarang pun kalau boleh jujur gue masih benci sama lo."

Rayn masih terdiam untuk mendengarkan kelanjutan dari omongan Gavin.

"Tapi, ada cewe yang buat gue berubah jadi lebih baik dari diri gue yang dulu, lo pasti bisa nebak itu siapa kan?  Yaa lo bener cewe itu Zeyna. Dia perempuan yang memiliki hati tulus, penolong, ceria, bertanggung jawab, dan selalu menepati janji." Rayn mulai terlihat emosi mendengar perempuan yang masih ia suka dipuji dengan cowo yang pernah menjadi musuhnya.

"Sialan maksud lo ngomong gitu ke gue apa haa? Lo suka sama cewe gue? Gavino Leonard denger dan camkan ini, Zeyna akan tetep selamanya jadi milik gue bukan lo ataupun orang lain. So, lo gak berhak muji cewe gue." Tekan Rayn dengan meraih kerah kemeja sekolah Gavin sehingga Gavin terlihat mendongak karena tekanan dari pria dihadapannya saat ini.

"Wiiihh santai-santai." Gavin mengangkat kedua tangannya agar Rayn melepaskan cekikan pada kerahnya. Dan setelahnya Rayn melepaskan tangannya dari kerah kemeja Gavin.

"Lagian nih ya siapa yang gak suka sama cewe kaya Zeyna? Dan apa tadi lo bilang? Zey milik lo atau cewe lo? gak sadar kali ya lo kalau Zey udah jadi MANTAN." Jelas Gavin dengan menekankan kata Mantan pada Rayn.

Rayn yang baru saja tersadar merasa sedikit rendah diri. Bukankan ia yang memutuskan hubungannya dengan Zey? Tapi kenapa dirinya juga tidak terima ketika Zey di miliki oleh cowo selain dirinya.

"Udahlah gue capek basa basi sama lo, gue kesini cuma mau nunjukkin sesuatu dan gue harap hal ini bantu lo kedepannya."

Setelah itu Gavin menunjukkan rekaman vidio di ponselnya dimana tepat pada kejadian lima hari lalu. Di Vidio terlihat dimana Vanessa yang memulai ancaman terhadap Zeyna dan Zeyna sendiri berusaha menjelaskan semuanya terhadap Vanessa. Dan sampai di menit terakhir dimana sebelum dirinya datang ke kelas ia bisa melihat Zeyna yang merebut pisau dari tangan Vanessa agar perempaun tersebut tidak melukai dirinya sendiri. Namun, apa yang ia lihat membuatnya terkejut, ketika Vanessa berhasil kembali meraih pisau di tangan Zeyna dan memanfaatkan situasinya seolah olah Zeyna yang menusuk perempuan tersebut.

Saat ini pikiran Rayn bener-benar  pecah bahkan tangannya gemetar, air mata yang sudah mulai menetes di pipi tirus namun tegas itu, dan juga apa yang telah ia perbuat selama ini? Menyalahkan seseorang yang berharga di kehidupan lo demi sahabat yang ternyata pengkhianat sebenarnya.

Gavin melihat Rayn dengan tatapan kasian, namun apa boleh buat. Rayn sendiri yang membuat situasi menjadi seperti ini.

"Dan lo tau Rayn? Zey memilih pergi ninggalin Indonesia."

Deggg.....

Tanpa memperdulikan Gavin yang masih disana, Rayn segera berlari menuju parkiran untuk mengambil motornya untuk mencoba menemui Zeyna di rumahnya.

"Woyy sialan main pergi gitu aja, gak ngucapin terimakasih lagi." Kesal Gavin setelah meneriaki Rayn yang mulai berlari.

Tidak. Rayn tidak akan percaya Zey meninggalkannya untuk kesekian kalinya. Dirinya yakin Zey pasti masih di rumahnya menunggu dirinya menjemput dan menemani perempaun itu di kala masa terberatnya.

Di tengah jalan dengan kondisi mengendarai motor dengan kecepatan penuh, Rayn memikirkan ucapan kotor yang telah ia berikan kepada angelnya Zeyna.

"Pembunuh,Jalang, Cewe sialan." Semua umpatan tersebut berkeliaran di kepalanya.

"No, apa yang telah aku perbuat, maaf sayang maaf." (Lirih Rayn di balik helm full face nya).

Apa yang telah ia lakukan selama ini, dirinya selalu membentak Zeyna demi perempuan gila itu. Bahkan dirinya rela meninggalkan kekasihnya sendiri dan memilih bersama sahabatnya. Selama ini dia selalu membela perempuan itu di depan kekasihnya bahkan menyakinkan kepada kekasihnya sendiri bahwa perempuan yang merupakan sahabatnya itu adalah perempuan baik dan sopan. Bahkan juga dirinya tidak mempercayai semua ucapan yang telah diucapkan oleh kekasih hatinya. Kenapa?Kenapa?Dan Kenapa????

Mengapa ia baru tersadar begitu mudah dibodohi oleh perempuan gila itu.

Setelah sesampainya di depan rumah Zeyna, dirinya melihat sebuah plang atau tanda bahwa rumah tersebut telah dijual.

"SAYANG KAMU GAK MUNGKIN TINGGALIN AKU SENDIRI KAN? AKU BISA GILA KALAU KAMU GAK ADA SAYANG? APA YANG HARUS AKU LAKUIN SEKARANG?" Rayn frustasi hingga berteriak di depan rumah yang sudah beberapa hari ini kosong.

"Tuhan aku menyesal, aku mohon kembalikanlah Zeyna pada hamba dan hamba janji tidak akan pernah melukai nya kembali." lirih Rayn di dalam hati dengan air mata yang terus terusan mengalir beserta penampilan yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja.


















Hello.....
I'm back, sebenernya gak jago buat cerita sedih gini tapi apa boleh buat udah gini alur yang aku siapin😭😭😭

Thankyou yang masih mau baca ceritanya🖤🖤🖤

Bagi kalian yang punya tiktok, boleh promosiin cerita ini gak kalau ketemu??😂🖤

Okey segitu dulu yaa... Papay temen temen view👋👋👋

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ArrepentiráTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang