Kita, apa?

16 3 0
                                    

"woii va, jadi ikut ga?" teriak salah satu teman alva.

"jadi. Lo duluan aja tunggu gue diparkiran" ucap alva sembari bersiap-siap untuk keluar kelas dan menyusul teman-temannya. Alva dan teman-temannya ada pertandingan futsal disalah satu lapangan kota dan alva lah yang menjadi kapten di timnya itu. Tentu saja sebagai seorang kapten, ia harus turut hadir dalam pertandingan itu. Selepas pelajaran berakhir, akhirnya alva dan rombongan temannya menuju lapangan tempat dimana mereka bertanding futsal. Alva tampak memimpin jalan menuju ke lokasi lapangan tersebut. Vibesnya seperti sunmori karena motor mereka semua sepadan. Selang beberapa menit perjalanan, akhirnya mereka tiba di lapangan futsal tersebut.

Lapangannya terbuka, bisa disaksikan oleh semua orang bahkan orang yang berjalan dipinggir jalan bisa menyaksikan permainan futsal yang akan dimulai. Pinggir lapangan itu tampak sangat ramai. Sudah wajarnya karena tiap sore memang selalu ramai di area lapangan. Alva dan temannya akan melawan sekolah lain dan akhirnya pertandingan itu dimulai.

***

"lo mau kemana, dheaa?" tanya ockta yang sedang melihat dhea sedang bersiap-siap seperti ingin pergi ke suatu tempat.

"jogging doang disitu sekitar lapangan" ucap dhea sembari bersiap-siap.

"wihh tumben lu olahraga. Biasanya juga kerjanya makan mulu" ledek ockta kepada dhea.

"gue ngerasa berat badan gue akhir-akhir ini naik, jadi mau olahraga dulu nurunin lemak" ucapnya jelas.

"body bagus gitu dikata berat badan naik, aneh lu emang" jawab ockta.

"udah diem lu dirumah aja temenin miko main. Akhir-akhir kan lu keluar mulu, sekarang gentian biar gue yang keluar" ucap dhea sembari mengikat tali sepatunya.

"iyee sono tiatii. Semangat olahraganya" balasnya.

Akhirnya dhea keluar dari kostnya dengan memakai celana training dan baju kaos tipis dan tentu saja ada headphone yang melekat dikepalanya. Wanita yang berusia menginjak 21 tahun itu terlihat sangat cantik terlebih memakai topi. Dhea akhirnya mulai berjalan pelan dari arah kost hingga menuju lapangan yang berada dekat kostnya. Tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh juga. Sepanjang jalan dhea berjalan pelan, ia hanya menyaksikan ada banyak manusia yang berkendara dan ada juga yang ikut jogging seperti dirinya. Dari jauh sudah terlihat lapangan tersebut. Tampak dikelilingi banyak manusia. Tidak berlangsung lama, dhea memutari lapangan itu setidaknya sebanyak 3x. Sesekali ia juga melihat isi lapangan tersebut. Oh pertandingan futsal. batinnya dalam hati sembari berlari memutari lapangan.

Selang ia sudah jogging sekitar 30 menit lamanya, akhirnya ia menepi duduk disalah satu pinggir lapangan yang sudah disediakan bangku untuk beristirahat. Dhea meneguk sebotol air mineral karena kelelahan. Selang ia duduk untuk istirahat, tiba-tiba ada seseorang dari belakangnya yang menarik ikat rambutnya itu. Sontak dheaa menoleh kebelakang memastikan siapa yang melakukan hal tersebut. Ketika ia menoleh, didapatnya sosok alva. Dhea kaget, terkejut karena ia akhirnya bertemu lagi dengan lelaki yang ia sukai, lelaki yang akhir-akhir ini selalu mengisi fikirannya.

"Rambutnya berantakan mau diiket ulang" ucap alva sembari menata rambut dhea dengan rapi lalu diiket kembali.

Dhea kaget melihat aksi alva yang tiba-tiba melakukan hal tersebut. Jarak wajah dhea dan alva cukup dekat karena alva mengikat rambut dhea. Dhea tidak berani menatap wajah alva.

"nona cantik apa kabar?" tanya alva sembari menatap kedua bola mata dhea.

"kok kamu disini si" tanya dhea mengalihkan.

"ini lagi main futsal sama anak-anak. Cape" ucap alva sembari duduk disebelah dhea.

"mainnya udah kelar?" tanya dhea sekali lagi.

"Udah. Makanya aku disini cantik" ucap alva sambil melirik ke arah dhea.

"yang menang timmu?" tanya dhea.

"tentu dongg. Kan aku jagoo" ucap alva membanggakan dirinya sendiri.

"kok kamu tau aku ada disini?" tanya dhea penasaran.

"nona cantik selalu dipenuhi banyak pertanyaan, ya?" ucap alva dengan memberikan senyum tipis kepada dhea.

"yaudah kalau gamau dijawab juga gapapa" balas dhea lalu mengalihkan pandangannya dari alva.

"huu langsung-langsung mukanya cemberut gitu. Jangan ngambek cantiknya ilang nanti" goda alva sembari menepuk kepala dhea pelan.

"sedari tadi aku main, aku udah liat kamu dari jauh. Aku juga udah liat kamu keliling ni lapangan. Makanya pas aku liat udah ga ada yang keliling lagi, aku nyari setiap sudut lapangan biar nemuin kamu. Dan ternyata nona cantik duduknya disini sendirian" jelas alva dengan melihat dhea tetapi dhea tidak memedulikannya.

"Nona cantik udah dongg ngambeknya heyy" goda alva sekali lagi.

"yaudah nona cantik mau nanya apalagi? apa yang mau diketahuin lagi? biar ku jawab sinii" ucap alva sembari membungkukkan badannya dihadapan dhea.

"kamu ngapain disini si, udah balik duduk disebelah sini" ucap dhea sembari mengangkat alva agar kembali duduk diposisinya.

"yaudah liat aku dongg. Kalo seseorang ngobrol matanya harus ditatap. Itu namanya menjaga sopan santun cantik, okeyy?" ucap alva sembari menegakkan tubuh dhea agar tetap menghadap ke dirinya.

"dhea mau tau apa tentang alva, hm?" tanya alva sekali lagi.

"kemarin kamu ketemu ockta?" tanya dhea penasaran karena masih tidak percaya dengan apa yang ockta ceritakan semalam.

"iya ketemu. Dia dateng ke sekolahku sosialisasi kemarin" jawab alva jelas.

"terus ketemu fathan juga? cowo yang aku bawa ke kedai waktu itu" tanya dhea sekali lagi.

"iya ketemu juga. Kenapa dia? ngomong apa di kamu?" jawab alva.

"kamu ngomong apa ke dia?" tanya dhea lagi yang masih penasaran.

"aku bilang aku cowomu" jelas alva.

"kok bilang gitu?"

"emang salah?" tanya alva.

"emang kamu cowo aku?" tanya dhea yang masih bingung dengan ucapan alva.

"ya anggap aja si apa susahnya?" jelas alva.

"kita, apa?" tanya dhea.

"kamu nona cantikku dan ga ada yang boleh deketin, titik!" jelas alva dengan menatap kedua bola mata dhea yang cantik itu.

"aku ga suka ya kamu deket cowo lain. Udah dulu ya cantik mau lanjut sama temen-temen dulu. Nanti pulangnya hati-hati ya, nonaa. Babayy" ucap alva sembari meninggalkan dhea.

Dhea masih dibuat bingung. Masih terdapat pertanyaan-pertanyaan tentang mereka ini, apa? apa hak alva melarangnya untuk dekat dengan cowo lain? padahal tidak ada kata pacaran? tapi, kenapa? ini, namanya komitmen? Batin dhea dalam hati.

Dhea masih kesal karena masih banyak pertanyaan yang kurang jelas tetapi alva sudah pergi meninggalkannya. Ia hanya memandang alva dari jauh. Ia mengenali alva bahkan dari jauh karena tubuh tinggi yang dimiliki alva. Ia berniat ingin menunggunya sampai selesai bermain futsal, tapi ia mengingat bahwa alva datang kesini tidak sendirian. Tentunya pasti alva kesini dengan rombongan temannya dan sangat tidak mungkin bertemu alva dihadapan teman-temannya. Terlebih lagi atas hal yang kemarin terjadi disekolahnya.

Dari pada memikirkan hal itu, akhirnya dhea memilih untuk pulang saja meninggalkan alva. Alva tidak mungkin tidak melihat dhea pulang karena fokus bermain futsal tetapi dhea sudah tidak memedulikan hal itu. Entah kapan lagi semesta mempertemukan mereka berdua, tapi dhea berharap tidak dipertemukan dalam waktu dekat ini.

***

1721Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang