Mereka berdua sudah berada dalam perpustakaan selama kurang lebih 3 jam. Membaca dan sesekli bertukar pendapat tentang buku-buku yang mereka baca.
"gimana bukunya?" tanya alva sembari menatap dheaa.
"bagus kok. Banyak hal-hal yang bisa ku ambil dari sini. Seperti halnya dari pandangan Adler yang menyatakan bahwa hidup tergantung tujuan bukan tergantung pada apa yang dialami. Adler di sekelilingnya dengan menyebutkan bahwa manusia yang paling bisa mempengaruhi orang itu bayi, karena bayi memanfaatkan kelemahannya untuk dikasihani. wajar bayi begitu, tapi banyak juga orang yang sudah dewasa tapi masih sering merengek layaknya anak bayi. Adler juga merasa bahwa kita harus hidup saat ini, hidup seperti menari, kita menikmati setiap tempo, setiap nuansa untuk menjadi penuh. Aku juga sempat menemukan ungkapan Bahasa jepang dalam buku ini, kita dapat mengarahkan kuda yang kita tunggangi ke danau atau sungai, tapi kita tidak bisa memaksanya untuk minum. menurutku ini menunjukkan bahwa yang mengendalikan orang lain adalah diri mereka sendiri, kita tidak bisa memaksakan peran kita untuk dirinya. Itu aja sih menurutku dari buku ini" jelas dheaa.
"menarik bukunya" jelas alva yang menikmati simpulan dhea dari buku yang dibacanya.
"ada juga nih bagian dari buku yang aku suka, disini dituliskan, Sederhananya, manusia banyak mengeluh keadaannya, tapi lebih mudah dan lebih aman bagi seseorang untuk menjadi dirinya apa adanya. Kau hanya memperhatikan kekuranganmu karena kau sudah bertekad untuk tidak menyukai dirimu sendiri, kau tidak mau melihat poin-poin yang menjadi kelebihanmu. Ngerti kan maksudnya?" tanya dhea sembari menatap alva.
"iyaa ngerti, nona cantik" balasnya.
"kamu gimana bacanya? udah?" tanya dhea sekali lagi.
"udah. Udah paham. Bagiku, buku ini udah tamat dan aku stop bacanya hari ini" jawab alva lalu menutup bukunya.
"so? mau nyari buku lain lagi?" tanya dhea.
"kamu masih mau membaca? aku mah laper" jawab alva terkekeh.
"yaudah ayo kita cari makan aja. Mataku juga udah cape liat tulisan xiixixi" jawab dhea nyengir.
"yaudah aku balikin bukunya dulu ya. Kamu juga simpen balik bukunya. Tar ketemu dipintu depan" perintah alva sembari beranjak berdiri dari tempat duduknya.
"okeyy" jawab dhea singkat.
Akhirnya mereka berpisah dan menuju rak buku dimana mereka mengambil buku bacaan tadi untuk dikembalikan. Selang beberapa menit, mereka ketemu dipintu Utama perpustakaan dan menuju parkiran untuk mengambil kendaraan alva.
"nona cantik mau makan apa, hm?" tanya alva sembari mengenakan dhea helm.
"terserah kamu aja" jawab dhea singkat.
"cewe mah gitu kalau ditanyain. Kan tinggal bilang mau makan apa cantik"
"tapi aku juga bingung mau makan apa" keluh dhea sendiri.
"yaudah gapapa nih kalau aku yang nentuin?" tanya alva memastikan.
"iyaa gapapa" jawab dhea antusias.
"tar kalau kamu gasuka gimana"
"aku ga milih-milih makanan kok anaknya. Tenang aja. Bawa aku kemana aja asal sama kamu"
"iyaa-iyaa sama aku. Slalu sama aku" terang alva dengan memegang kedua pipi dhea.
Akhirnya mereka berangkat dan sudah meninggalkan perpustakaan cukup jauh. Jam sudah menunjukkan pukul 14:30 WIB dan memang sudah waktunya makan siang walaupun waktunya sudah menunjukkan waktu sore.
Selang beberapa menit mereka berkendara dengan motor kesayangan alva, akhirnya mereka tiba disalah satu restoran ternama. Restoran itu Nampak megah bahkan dari luar. Area parkiran yang berada dibawah gedung serta gedung yang begitu tinggi. Dhea tidak berhenti berkedip karena ini pertama kalinya ia makan ditempat semegah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
1721
Teen FictionAldhea kini menjalani hidupnya dengan penuh rasa jenuh karena sudah menjadi mahasiswa semester 6. Ya, semua orang tau banyak mahasiswa yang sudah mulai depresi jika sudah mendekati semester akhir. Kehidupan sehari-harinya sangatlah membosankan, hing...