Mencari keberadaan alva

3 1 0
                                    

Pukul 08:00 WIB

Dhea nampak bermalas-malasan hari ini. Berbeda dengan ockta yang sudah bersiap-siap menuju kampus karena ada kelas dipagi hari. Ia sangat super duper aktif pagi ini.

"Lo hari ini di kost doang?" Tanya ockta sembari mengenakan make up di wajahnya.

"Engga. Mau pergi" jawab dhea singkat sembari mengotak atik ponselnya scrool reels instagram.

"Kemana?" Ockta tiba-tiba menoleh karena penasaran.

"Nyari alva" jawabnya singkat.

"What? Kan gue udah bilang dhea jangan. Dia aja ga nyariin lo sampe sekarang terus lo mau nyari dia buat apa? Secinta itu lo sama dia sampe lo harus duluan yang nyari?" Omel ockta yang tiada habisnya.

"Gue takut terjadi apa-apa sama dia, ta. Dia bukan tipikal orang yang ngilang gitu aja, gue percaya sama dia. Gue takut ada hal yang ga gue ketahui dan nantinya karena gue ga nyari tau, gue bakal nyesel seumur hidup. Itu yang buat gue gamau terjadi. Gue takut suatu waktu nyesel jika hari ini gue nunda untuk mencari tahu" jelasnya.

"Tapi, ya tetap aja alva yang salah. Dia yang ga datang padahal dia yang buat janji kan? Harusnya dia yang terlebih dahulu nyariin lo bukan lo yang harus mondar mandir kayak orang gila nyariin dia" ucap ockta masih dengan perasaa emosi.

"Gimana kalau terjadi sesuatu dengan dia sampai dia ngilang gitu aja? Maka dari itu gue mau nyari tahu kebenarannya hari ini. Gue mau datang kerumahnya dengan alibi mau bayar hutang gue walaupun tujuan utama gue ya mastiin aja kalau dia baik-baik aja slama ini" dhea tetap pada pendiriannya.

Melihat dhea yang begitu gigih dan begitu excited, ockta tidak bisa berkata apa-apa lagi. Karena ketika dhea sudah memutuskan sesuatu, maka hal itu harus benar-benar ia jalankan sesuai rencananya.

"Yaudah kalau itu keputusan lo. Tapi inget, lo masih harus tetap jual mahal. Jangan terkesan keliatan bahwa lo bener-bener butuhin dia. Dia terlalu brengsek buat lo. Hati-hati nanti kalau lo pergi. Kalau ada apa-apa hubungin gue. Takutnya lo di usir juga dari rumahnya ya secara dia anak orang kaya. Anak orang kaya kan bebas melakukan apa aja demi kesenangannya" ucapnya masih dengan nada emosi.

"Dia memang anak orang kaya tapi gue yakin dia jauh dari anak orang kaya yang lain. Dia bukan orang brengsek seperti yang lo pikirin" ucap dhea masih membela alva adalah orang baik.

"Gini kalau orang udah jatuh cinta. Mau di sakitin gimana pun tetap aja dibela sampai mati. Emang lebih baik udah kalau lo ga jatuh cinta. Udah ah gamau ikut pusing. Gue cabut mau ke kampus. Inget ya kabarin gue kalau lo di apa-apain sama bocah brengsek itu" ucapnya lalu akhirnya pergi meninggalkan kost dengan sedikit membanting pintu karena dipenuhi amarah.

Dhea tidak memedulikan semua yang ockta katakan padanya. Ia tetap pada teguh pendiriannya untuk mencari tahu keberadaannya hari ini. Ya, ia berencana untuk pergi ke rumah alva ketika hari sudah siang.

Ia kembali memainkan ponselnya dan sampai sekarang pun kontak alva masih ceklis satu. Ponselnya benar-benar tidak bisa dihubungi. Entah itu ia ganti hp atau bagaimana. Dhea juga tidak mengerti apa yang terjadi dengan alva sampai ia menghilang begitu tiba-tiba.

Hari sudah siang dan waktu sudah menunjukkan pukul 13:20 WIB. Dhea bergegas untuk bersiap-siap mengunjungi rumah alva. Tentu saja ia ingin mencari alva disana.

Hari ini dhea memilih outfit dengan tema cewe bumi. Ia memilih skirt dengan aksen kancing yang dipadukan dengan atasan berkerah lebar dengan motif kotak yang warnanya senada dengan bawahan. Sangat terlihat feminim dilihat di tambah ia mengenakan sepatu angkel yang warnanya senada dengan pakaiannya.

Selang ia bersiap-siap, akhirnya ia memesan grab untuk menuju rumah alva. Rumahnga cukup jauh dari kost dhea. Bisa memakan waktu kurang lebih 45 menit jika menggunakan sepeda motor itupun juga kalau kecepatannya 50km/jam.

Jalanan cukup macet hari ini jadi sangat menghambat waktu untuk sampai ke rumah alva dengan cepat. Padahal ia sudah menggunakan grab motor agar cepat sampai, tapi tetap saja jika sudah terjebak macet.

Sudah hampir 1 jam ia berkendara, akhirnya ia tiba dirumah besar alva. Benar-benar sangat besar dari luar. Ia berhenti tepat digerbang besar rumah alva. Mencoba memencet bel yang ada dipagar berharap ada satpam yang membukanya.

"Siapa?" Ucap satpam yang membuka sedikit pagar besar tersebut.

"Saya mau ketemu alva, pak. Saya temannya. Ada alva didalam rumah?" Tanya dhea tanpa basa basi.

"Tuan alva? Tuan alva lagi dirumah sakit mba. Mba gatau ya kalau tuan alva masih di rawat dirumah sakit sampai hari ini?"

"Hah? Dirawat dirumah sakit? Dia sakit apa pak?" Jawab dhea terkejut.

"Beberapa hari yang lalu tuan alva mengalami kecelakaan, neng. Sekarang dia belum sadar dan masih berada dirumah sakit. Coba aja kesana dulu siapa tau ada perkembangan dari tuan alva nya"

"Kalau boleh tau, alamat rumah sakit serta nomor kamarnya tau ga pak?"

"Kalau rumah sakitnya tau mba tapi kalau nomor kamarnya saya kurang tahu mohon maaf. Saya cuma satpam disini dan ga berani ikut campur. Kalau rumah sakit, sekarang tuan alva dirawat dirumah sakit panti rapih. Coba kesana aja dulu neng terus tanya pegawai yang disana kamarnya tuan alva dimana"

"Baik pak. Terimakasih infonya pak. Saya pamit dulu"

Akhirnya dhea kembali memesan grab karena grab yang tadi ia tumpangi sudah pergi. Ya, akhirnya ia tau kebenaran yang terjadi. Jangan-jangan ia kecelakaan ketika hendak jemput gue. gumamnya dalam hati yang sudah sangat panik mengetahui kebenarannya.

Sembari menunggu grab datang, perasaannya benar-benar tak karuan. Perasaan rasa bersalah diselimuti tubuhnya. Ia sangat merasa bersalah atas apa yang terjadi kepada alva. Ia sudah berfikir yang engga-engga terhadapnya padahl kebenarannya, sekarang ia terbaring lemah dirumah sakit. Tanpa sadar, air matanya jatuh menyentuh pipinya. Dirinya benar-bensr khawatir akan keadaan alva sekarang.

Tak berlangsung lama menunggu, akhirnya apa driver grab yang menjemputnya. "Tolong cepat ya pak. Saya lagi buru-buru" tegas dhea sembari menaiki grab tersebut.

Selama perjalanan, dhea cuma menangis menyesal dengan apa yang terjadi. Ia benar-benar sangat merasa bersalah karena ia juga sempat membenci alva. Tapi sekarang ia sudah mengetahui kebenarannya dan akan meminta maaf kepadanya jika sudah waktunya.

Selang stengah jam perjalanan, akhirnya ia tiba dirumah sakit besar tersebut. Ya, rumah sakit yang alva tempati adalah rumah sakit swasta terbesar dijogja. Wajar saja jika ia dirawat disitu karena alva adalah anak orang kaya dan tentunya orang tuanya pasti ingin anaknya dirawat dirumah sakit terbaik dan terbesar.

***

1721Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang