Rumah alva

9 1 0
                                    

"ini kamu beneran sendirian dirumah?" tanya dhea sembari melihat sekeliling area rumah alva.

"iya cantikk. Kan udah ku bilang dari tadi juga" jelas alva sembari duduk disofa bersama dhea.

"coba kamu ke Lorong situ, ada kotak P3K yang nempel di dinding sana" tunjuk alva mengarahkan.

Dhea segera menuju Lorong yang alva maksud. Dhea benar-benar takjub dengan furniture-furniture megah yang dimiliki rumah alva. Ia baru pertama kali masuk ke rumah segede ini sampai tidak berkedip.

"sini kamu diem aja udah biar aku yang obatin" ucap dhea sembari mengambil kapas untuk membersihkan darah yang ada diwajah alva.

Alva cuma diem dan meringis kesakitan tetapi tetap menatap kedua mata dhea yang begitu cantik dan hitam pekat.

"berhenti liat aku" ucap dhea yang tidak sengaja mata mereka bertemu.

"habisnya cantik si" goda alva

"aww sakit, pelan-pelan dongg" lanjutnya.

"jangan ngeselin makanya. Dibilangin diem aja udah" jelas dhea kesal karena ditatap alva, yang sebenarnya ia sudah cukup salah tingkah ditatap seperti itu oleh laki-laki yang ia sukai.

"ini udah diem, nona" jelas alva membela dirinya.

"matanya juga diem" terang dhea sekali lagi.

"matanya gabis dikontrol mau liat nona cantik terus rasanya" goda alva sekali lagi.

"udah deh kamu obatin sendiri aja" ucap dhea yang sudah kesal tapi aslinya salah tingkah.

"iyaa-iyaaa engga dhea. Bantuinn aku gabisa obatin sendirian" ucap alva dengan nada manja.

"yaudah diem matanya ditutup" ucap dhea lalu kembali membersihkan luka yang ada diwajah alva.

Jarak wajah dhea dan alva begitu dekat. Sangat dekat. Membuat detak jantung dhea berdetak begitu cepat. Perasannya tidak bisa ia control. Anak laki-laki ini sangat tampan ucapnya dalam hati.

"kenapa, hm?" tanya alva yang melihat dhea berhenti mengobatinya dan menatap alva.

"gapapa. Udah ni" ucap dhea yang langsung tersadar dari lamunannya dan mengalihkan pandangannya dari alva. Ia tidak bisa menahan rasa malunya karena ketahuan melihat alva.

"kamu belum makan kan?" tanya alva kepada dhea.

"kenyang kok" jawab dhea singkat.

"aku tanya udah makan malam atau belum, jawabannya cuma ada iya atau tidak. Ga ada pilihan jawaban yang lain" jelas alva dengan menatap kedua mata dhea.

"aku belum makan malam tapi aku ngerasa udah kenyang" jelas dhea.

"gaboleh harus makan lagi" ucap alva memaksa.

"aku udah kenyang alva, kamu aja yang makan ya" jawab dhea menolak.

"ga, kamu harus makan. Tar kurus, ockta nyalahin aku karena ga ngasih kamu makan padahal kamu ada dirumahku" jelas alva sekali lagi lalu menuju ruang dapur untuk mencari makanan yang ada.

"udah kamu istirahat aja" jelas dhea yang mencoba menghentikan langkah alva untuk menuju ruang dapur, tapi tiba-tiba ia kepeleset dan terjadilah moment romantic antara mereka berdua.

Sesegera mungkin alva menangkap dhea agar tidak jatuh dilantai. Mereka saling menatap, detak jantung dhea berdetak begitu cepat.

"bocil kalau mau jalan hati-hati makanya" ucap alva ditengah mereka saling menatap dengan posisi dhea masih berada digenggaman dan pelukan alva.

"kamu si dibilangin diem aja udah istirahat malah pergi jalan-jalan. Udah tau kondisi fisikmu sekarang lemah masih aja mau berkeliaran" ucap dhea dengan ekspresi kesalnya.

"aku tidak mungkin membiarkan nona cantikku kelaparan. Ikut aku sini ke dapur cari makanan" ucap alva lalu menepuk kepala dhea pelan.

Akhirnya mereka menuju dapur bersamaan. Jarak dapur dan ruang tamu cukup jauh karena rumah alva yang begitu megah. Megah tapi tidak orangnya tidak ada jadi terlihat seperti rumah horror. Untung saja rumah megah ini memiliki banyak lampu yang menerangi tiap sudut ruangan jadi tidak seperti rumah horror dengan lampu yang redup dan kuning.

"ternyata ga ada apa-apa" ucap alva yang kecewa membuka tudung saji dimeja hanya terdapat nasi tanpa ada satupun lauk pauk.

"yaudah kita gofood aja ya" ucap alva yang merasa tidak enak karena tidak menemukan apa-apa didapur.

"biar aku masak aja gimana?" saran dhea kepada alva.

"kamu bisa masak? coba lihat isi kulkas kayaknya ada daging deh" ucap alva lalu membuka kulkas.

"kamu ngeremehin skill masakku?" balas dhea dengan ekspresi tidak terima karena diremehkan.

"wihhhh nona cantikku emang serba bisa. Engga ngeremehin dongg. Nih ada daging nih, mau BBQ an?" ajak alva lalu menatap dhea.

"boleh tuh" jawab dhea dengan setuju.

"yaudah ayo ke samping rumah enak" ajak alva lalu mengambil beberapa daging dan peralatan BBQ untuk dibawa dihalaman samping rumahnya.

"sini biar aku yang bawa" ucap dhea sembari mengambil barang-barang yang ada ditangan alva.

"kamu bawa daging aja udah" ucap alva.

"engga daging mah ringan. Udah kamu gausah bawa yang berat-berat alvaa" ucap dhea.

"dheaa aku masih kuat, luka gini doang bukan berarti aku lumpuh ya gabisa bawa apa-apa. Udah kamu bawa bahan makanannya ya cantikk" ucap alva lalu menepuk kepala dhea pelan dan berjalan lebih dahulu menuju halaman rumahnya.

Akhirnya dhea cuma bisa pasrah dan mengikuti alva dari belakang. Sembari berjalan, dhea tetap melihat sekitar rumah alva yang begitu megah. Shitt, dia bahkan punya kolam renang? batin dhea dalam hati yang telah sampai dihalaman samping rumah alva.

Terdapat taman kecil yang dipenuhi tumbuhan hijau dan juga kolam renang yang cukup besar. Halaman rumah itu dipenuhi lampu-lampu kecil membuatnya terlihat aesthetic.

"Sini mana dagingnya" tanya alva yang sudah menyiapkan alat untuk memanggang daging.

"ini" balas dhea sembari menyerahkan beberapa daging yang sudah ia potong-potong menjadi bagian kecil.

"Kamu anak bungsu?" Tanya dhea sembari memperhatikan alva yang sedang memanggang daging.

"Iyaaaa" ucapnya.

"Enak ya kalau terlahir dari keluarga kaya"

"Hehh? Nona cantik ngomongnya kenapa gitu, hm?" Ucap alva sembari melihat wajah dhea.

"Kan emang enak" terang dhea.

"Bukan tentang enak atau engga. Tapi tentang rasa syukurnya. Walaupun terlahir dari keluarga yang financenya rendah tapi kalau penuh rasa syukur juga pasti enak" jelas alva sembari menepuk kepala dhea dengan pelan.

"Jangan ngomong gitu lagi ya cantik. Udah sini makan dulu biar ngomongnya ga aneh-aneh lagi" lanjutnya sembari mengambil beberapa potongan daging yang sudah matang dan dibawa ke meja yang sudah disediakan untuk makan bersama.

"Enak?" Tanya alva yang sedang melihat dhea memakan dagingnya.

"Enak soalnya kamu yang panggang" goda dhea kepada alva.

"Nona cantik udah pinter ngegoda juga ga sekarang diajarin siapa si, hm" balas alva dengan ekspresi gemes.

"Ajarann kamuuuu" balas dheaa dengan nada sedikit besar.

"Hahahahhaha udah abisin makanannya dulu gaboleh disisain yaa" lanjut alva.

Dan akhirnya mereka makan bersama dihalaman rumah alva. Pemandangan malam pun terlihat indah. Banyak bintang berkilauan.

Setelah mereka selesai makan, akhirnya dhea kembali menuju ruang tamu. Niatnya untuk duduk sebentar sebelum ia pulang, tetapi takdir berkata lain.

"Lah, nona cantik udah tidur?" Ucap alva yang kaget melihat dhea terbaring disofa.

Alih-alih membangunkannya, alva justru mengangkat dhea dan membawanya ke kamar agar dhea bisa tidur lebih nyaman.




1721Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang