2 hari kemudian, alva dikabarkan sudah bisa keluar dari rumah sakit. Ia akhirnya berkemas-kemas dibantu oleh pelayannya.
"Akhirnya kamu pulang sayang" ucap mamanya lega.
"Iya, ma. Kangen rumah juga" jawabnya.
"Nyampe dirumah jangan terlalu banyak gerak dulu. Kamu masih harus istirahat. Jangan keseringan keluar. Gaboleh main game dulu ya" perintahnya masih setengah khawatir.
"Aku udah baik-baik, ma" ucapnya menenangkan.
"Ya intinya kamu tetep jaga kesehatan kamu setiba dirumah"
"Udah, mba?" Tanya mamanya ke salah satu pelayan yang mengemasi barang-barang alva.
"Udah, bu"
"Yasudah langsung bawa turun saja"
"Baik bu"
"Ayo sayang, kita pulang" ajaknya lalu menggandeng tangan anak bungsunya itu.
Selama dalam lift, tiba-tiba terdengar bunyi notifikasi dari ponsel milik alva.
"Kamu pulang jam berapa?" Pesan teks dari dhea.
"Ini udah dalam lift, udah mau pulang sekarang" balasnya.
"Kamu suka sama dia?" Tanya mamanya setengah melirik percakapan mereka berdua.
"Gimana latar belakang keluarganya?" Lanjutnya.
"Aku juga gatau"
"Jangan memulai hubungan sama dia kalau kamu gatau latar belakang keluarganya dari mana. Jangan sampai dia dari keluarga yang ga beres. Mama ga setuju ya"
"Ma, bisa ga si aku memilih apa yang mau ku pilih? Bisa ga gausah ikut campur dengan pilihanku sendiri. Aku yang nentuin siapa pasanganku nanti. Aku yang bakal hidup dengan pasanganku nanti, bukan mama"
"Mama cuma mau kamu dapat pasangan yang terbaik, alva. Mama gamau kamu nikahnya sama perempuan yang ga bener"
"Alva udah gede, ma. Udah tau mana yang baik buat alva dan mana yang ga baik buat alva"
"Belom gede. Kamu masih anak sekolah. Sebentar lagi mau ujian kelulusan. Kamu harus fokus. Jangan terlalu sering maib keluar, apalagi sama perempuan. Jangan sampai nilaimu turun gara-gara ngurusin perempuan"
Setelah mereka mengobrol seperti itu, pintu lift terbuka. Mereka keluar bersama dan tidak melanjutkan percakapan tadi. Ya, alva memang berasal dari keluarga kaya raya. Tapi, hidupnya masih dibawah kontrol mamanya. Hidupnya seperti dikendalikan oleh mamanya. Terkadang, alva tidak bisa memilih pilihannya sendiri karena mamanya yang selalu mendesaknya untuk nurut pada pilihannya.
Jadi anak orang kaya, bukanlah sesuatu hal yang selalu baik terlihat.
***
"Ini udah dalam lift, udah mau pulang sekarang" balas alva.
Oh dia pulang sekarang. Gumam dhea dalam hati menerima pesan dari alva.
"Gimana? Lo hari ini masih mau jengukin alva dirumah sakit?" Tanya ockta sembari menatap kedepan laptopnya karena di pagi hari ini ia ada kelas melalui virtual zoom.
"Dia udah pulang sekarang" jelasnya.
"Syukur deh kalau dia udah pulang. Berarti lo udah gausah kerumah sakit lagi jengukin dia"
"Justru"
"Kenapa"
"Gue masih pengen ketemu. Masa iya datengin rumahnya terus" ucap dhea dengan raut wajah sedih.
"Hahahahhaha gapapa datengin aja bertamu"
"Ga berani gue apalagi kalau harus ketemu mamanya. Udah damai si tapi gue masih takut. Pembawaan mamanya cukup ngeri" ucap dhea yang tidak bisa membayangkan ketika ia mengingat mama alva mengamuk kepadanya.
"Jadi penasaran gue seperti apa bentukan mamanya si alva"
"Ehiya, kemaren kan alvin nganterin gue ke kampus" ucap ockta dengan ekspresi senang yang ditampilkan wajahnya.
"Sepertinya gue naksir abangnya si alva" lanjutnya.
"Loh lohh apanih kalian ngapain nihh"
"Alvin tuh tipe gue bangett, please. Mau dia, dheaa" ucap ockta dengan mata berbinar-binar.
"Udah ganteng, berwibawa, pengusaha, tinggi juga, mana sopan banget kalau ngomong arghhhhh cewe mana yang gamau sama diaaaaa" teriak ockta bahagiaa.
"Kan seru tuh kalau kita couple date. Lo bareng adeknya, gue bareng kakaknya hahahahhahah lucuu bangettt kalau dibayangin" lanjutnya lagi.
"Kebentur apa kepala lo sampe hayalan lo setinggi ini" ucap dhea heran melihat tingkah temannya seperi ngereogg.
"Dhea, bantuin gue deket samaa alvin. Gue suka diaa" ucapnya penuh memohon kepada dhea.
"Ya mana bisa anjir. Gue aja masih kaku kalau ngobrol sama alvin"
"Ya minta bantuan alva gitu kek bantu-bantu pdkt"
"Gue aja sama alva belom sampe tahan pacaran terus lo mau gue ngurusin kisah cinta lo itu" tegas dhea kesal.
"Hadeh iya juga. Terlebih mereka dari keluarga yang berada dan tentunya terpandang. Mana bisa jadi bagian dari keluarganya. Kalau saat ini mungkin sadar diri lebih baik dari pada sabar" ucap ockta terdengar miris lalu kembali menatap layar laptopnya.
"Mianhae, oppa. I really love you but i tidak bisa menggapaimu" lanjut ockta.
Dhea terkekeh melihat temannya seperti itu. Walaupun nasib mereka juga tentunya sama. Ia merasa bahwa bersama dengan alva adalah suatu mimpi. Mimpi yang tidak akan pernah terwujudkan. Memilikinya adalah ketidakmungkinan yang selalu ku semogakan. Gumamnya dalam hati.
Ketika ia melamun seperti itu, tiba-tiba terdengar notifikasi dari ponselnya membuat ia tersadar dari lamunannya.
"Kamu hari ini sibuk?" Pesan teks dari alva.
"Engga" balas dhea cepat.
"Gamau main kerumah?"
"Aku? Main kerumah kamu?" Tanya dhea dengan ekspresi bingung.
"Iya. Aku belum dibolehin keluar rumah tapi pengen ketemu kamu, nona cantikku"
"Mulai deh mulai gombal lagi. Liat ntar deh kalau ga mager mwehhehe" balas dhea nyengir.
"Yeuhh dasar cewe mageran mulu. Udah bangun dari tempat tidurmu sarapan dulu sana"
"Aku udah bangun ya, nih mau mandi dulu"
Selang dhea mengirimkan pesan tersebut, tiba-tiba masuk panggilan Videocall dari alva.
"Kenapaa"
"Katanya mau mandi" ucap alva dari telefon.
"Iya ini mau mandi. Oh itu alasanmu video call ya"
"Mau mastiin kamu udah buka baju apa belom heheheheh" usil alva.
"Bocil mesumm" teriak dhea.
Alva cuma tertawa pelan, "yaudah sana mandi dulu biar makin wangi"
"Iya sayang" goda dhea.
"Bocil udah pinter manggil sayang ya"
"Diajarin kamu kann"
Alva terkekeh mendengar hal itu, "yaudah sana mandi dulu. Aku juga mau sarapan dulu baru banget nyampe rumah ini. Ku tutup ya, babai cil" ucap alva lalu memutuskan telefon sepihak.
"Salting lo" teriak ockta dari sampingnya. Meskipun ia melakukan zoom perkuliahan, ia mendengar percakapan dhea dan alva dari telefon.
"Maaaa, mau alvaaa" teriak dhea sembari jungkir balik dikasurnya.
"Jangan berisik woi lagi zoom gue" ucap ockta sembari melemparkan bantal kepada dhea yang lagi ngereog.
"Terus lo mau kerumahnya ntar?" Tanya ockta kepada dhea walaupun tatapannya masih tetap didepan laptop.
"Iya mau. Gue masih kangen sama dia" ucap dhea dengan ekspresi penuh kebahagiaan diwajahnya.
"Iri banget. Mau punya ayang jugaa huhuu" ucap ockta setengah miris karena iri.
"Nanti kalau gue udah berjalan dengan lancar sama alva, gue bantuin lo deket sama alvin okey. Udah ah mau mandi dulu. Siap-siap kerumah cowo guee" ucap dhea lalu meninggalkan ockta yang masih fokus zoom.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
1721
Roman pour AdolescentsAldhea kini menjalani hidupnya dengan penuh rasa jenuh karena sudah menjadi mahasiswa semester 6. Ya, semua orang tau banyak mahasiswa yang sudah mulai depresi jika sudah mendekati semester akhir. Kehidupan sehari-harinya sangatlah membosankan, hing...