Cemas dan khawatir

10 1 0
                                        

Berkali-kali alva menelfon dhea namun tak kunjung ada jawaban dari dhea. Ia merasa bingung. Apa yang terjadi sehingga dhea memutuskan untuk pulang tanpanya?

"aku ada urusan. Bisa pulang sendiri kan? aku disini bukan untuk ngurusin kamu. Penginapan ini batasnya sampai jam 9 malam jadi terserah mau keluar jam berapa. Yang pasti aku keluar dari sini ga bakal kembali lagi. Aku duluan pulang" tegas alva yang sudah mengemasi barangnya dan keluar dari kamar tempat ia menginap semalam.

"alva, tunggu" vanya berusaha mencegah alva namun hasilnya nihil. Alva tetap berjalan dengan cepat tanpa memedulikan vanya yang tengah memanggilnya.

Melihat lift yang begitu lama, ia langsung berlari menuruni anak tangga agar cepat-cepat sampai ke lantai bawah. Setibanya dilantai bawah, ia segera memasuki mobilnya dan menyalakan mesin mobil itu lalu melajukannya dengan kecepatan di atas rata-rata atau 70km/jam.

Namun ia masih tetap mematuhi rambu lalu lintas dan tetap berhati-hati dalam berkendara.

Perasaan cemas dan khawatir menyelimuti alva. Walaupun alva masih tidak mengetahui apa alasan dhea pulang tanpanya, ia tetap saja khawatir.

Setelah lama mengendarai mobil, akhirnya ia tiba dikost dhea. Ia segera turun dari mobil dan bergegas mengetuk pintu kost dhea.

Tokk..tokk..tokkk.. 3×

Tak kunjung ada jawaban dari dalam. 

Akhirnya alva mencoba menyebut nama dhea.

"Dhea, aku disini. Kamu udah pulang atau belum?"

Tokk..tokk..tokkk.. 3×

"Dhea?"

"Ockta? Lo ada didalem ga?"

Tak kunjung ada jawaban. Sekeras apapun alva berteriak dan mengetuk pintu, hasilnya akan tetap sama.Kostnya terlihat sunyi seperti tidak ada orang didalamnya. Ia kembali menghubungi dhea namun tetap saja hasilnya sama.

***

Sementara itu dari dalam kost, ockta dan dhea mendengar jelas ketukan pintu tersebut.

Ockta yang segera bangkit dan ingin membuka pintu tiba-tiba dicegah oleh dhea.

Dhea cuma menggelengkan kepalanya pertanda bahwa ia melarang ockta untuk membuka pintu tersebut.

Setelah mengerti atas apa yang dilakukan dhea, akhirnya ockta kembali duduk disamping dhea dan tidak memerdulikan alva yang tengah berada di depan kostnya.

Namun, alva ternyata menghubungi ockta juga melalui instagramnya.

Lo dimana? Dhea udah pulang belum? Pesan notifikasi dari alva.

"Gue bales ya?" Ucap ockta meminta persetujuan pada dhea.

"Mau ngomong apa?"

"Bilang kalau lo udah pulang"

"Jangan. Nanti dia ga pulang-pulang"

Ockta menggenggam kedua tangan dhea.

"Ada masalah apa sih dhea sampai gak mau ketemu sama dia?"

"Nanti gue cerita kalau udah siap"

"Yaudah gue bales aja kalau gue gak tau karena sekarang gue dikampus. Gimana?"

"Iya. Bales gitu aja"

***

Alva langsung membuka ponselnya kala mendengar suara notifikasi. Difikirnya dari dhea, namun ternyata dari sahabatnya, ockta.

Bukannya dhea sama lo ya? Gue gak tau soalnya sekarang lagi di kampus. 

Membaca pesan dari ockta membuat alva sedikit frustasi. Bagaimana tidak? Ia yang bertanggung jawab atas dhea karena ia yang membawa dhea pergi namun ia tidak bersama dhea ketika pulang. Berkali-kali ia mengacak-acak rambutnya karena bingung mau mencari dhea kemana. Akhirnya ia memutuskan untuk menunggu.

1721Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang