Hari ketiga

2 1 0
                                    

"Hari ini lo jadi kan jengukin alva?" Tanya ockta sembari memberi makan miko.

"Iya, jadi. Nunggu kabar abangnya dulu disuruh datang jam berapa" jawabnya.

"Abangnya, cakep ga?"

"Dih centil amat lo"

"Yeuhh nanya doang kali"

"Keluarga mereka good looking, good rekening pula. Sedangkan kita? Kita yang cuma good attitude bisa apa. Itupun juga ga good good amat" ucap dhea setengah miris.

"Gapapa, gue hidup aja udah syukur" jawab ockta dengan setengah miris juga.

Mereka sama-sama beradu nasib tetapi saling mendukung satu sama lain juga. Itulah yang membuat mereka akhirnya menjadi sahabat.

Setelah mengobrol, tiba-tiba bunyi notifikasi dari ponsel dhea. Tertera nomor yang tidak dikenal mengirimkan sebuah pesan.

"Kamu kapan kesini?" 

Dhea bingung karena mendapati pesan dari nomor yang tidak dikenal. Karena cuma dibaca, tiba-tiba pemilik nomor tersebut menelfonnya. Awalnya dhea ragu mengangkat, tapi ia memberanikan diri untuk mengangkat telfon itu hanya ingin memastikan siapa dia.

"Kenapa cuma diread?" Ucap seseorang dari telfon tersebut. Ya, itu suara alva. Suara lelaki yang ia cintai.

"Nona cantik, kok diem, hm?" Tanyanya sekali lagi.

"Alva?" Tanya dhea memastikan.

"Iya, ini aku. Bocil kesayanganmu" godanya.

Dhea tersenyum mendengar alva mengatakan hal itu. Ya, ia sangat merindukan suara alva. Ciri khas suaranya yang begitu lemah lembut yang selalu membuat dhea merasa tenang dan nyaman ketika mendengarnya.

"Tadi kamu belum jawab aku. Kenapa pesanku cuma di read, hm?" Tanyanya sekali lagi.

"Aku bingung karena dapat pesan dari nomor yang ga ku kenal terus tiba-tiba ngomong gitu. Ya kamu juga ga bilang ini nomor kamu" jelasnya.

"Hehheh maaf ya cantik. Ponselku yang kemarin udah di buang abang katanya. Rusak total kelindas mobil waktu kecelakaan" jelasnya.

"Iya, tau. Abang udah cerita ke aku"

"Cerita apa aja kamu sama abang?"

"Ceritain kamu"

"Oh gitu ya. Gitu kelakuan kalian berdua ketika aku tidur nyenyak kemarin, hm"

"Gosipin orang lagi bobo gabaik tau. Dosaa" lanjutnya.

"Suruh siapa ga bangun-bangun wlee" ledek dhea dengan sedikit tawa di wajahnya.

"Kan sekarang udah bangun. Bangun-bangun langsung liat nona cantik. Mata jadi auto segerr hehehehhe"

"Baru juga bangun udah mulai lagi gombalnya yeuh bocil dasarr"

"Hehehehe, jadi kamu kapan kesini, hm?" Tanyanya.

"Kayaknya gabisa deh hari ini" ucap dhea ingin mengerjai alva.

"Loh kok gitu? Ada kesibukan apa kamu sampai gamau jengukin aku hari ini" ucapnya dengan nada kesel.

"Ya ada urusan"

"Iya, urusan apa hm?"

"Kepo bangett" 

"Dih bocah ngeselin banget"

Dhea cuma tersenyum tipis mendengar alva mengatakan hal itu. Ya, bercandanya yang seperti inilah yang ia rindukan.

"Aldheaaa"

"Iyaa alvaraskaa"

"Datang, ya. Aku tungguin pokoknya. Haruss datengg titikk. Aku ga nerima penolakan" ucapnya lalu memutuskan telfonnya sepihak.

1721Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang