Hari sudah malam dan jam dinding menunjukkan pukul 20:00 WIB. Alva terbangun dari tidurnya setelah seharian ini ia cuma tiduran dikamar dan rumahnya yang sangat kosong.
Ia mencari keberadaan ponsel yang sempat ia lempar tadi. Setelah menemukan ponselnya, ia akhirnya berniat untuk melihat apakah sudah mendapat jawab dari dhea.
Hasilnya nihil. Ia sama sekali tidak mendapatkan apa-apa dari dhea. Bahkan whatsappnya masih ceklis 1 sampai sekarang.
"Dia kemana sih sampai sekarang ga ada kabar?" Cetusnya kesal namun sedikit panik.
Akhirnya ia kembali melemparkan ponsel miliknya tersebut sembarangan karena merasa kesal dan kembali merebahkan tubuhnya dikasur.
Tak berlangsung lama, tiba-tiba terdengar notifikasi dari ponselnya. Sontak ia langsung mengambilnya karena berfikir itu adalah dhea.
Namun ternyaa bukan. Ada seseorang yang mengirimkan diret message dari instagram.
"Va, ini gue ockta. Dhea nginap dirumah lo ya? Ponselnya ga bisa dihubungin nih ga ada kabar juga. Takutnya gue nungguin dia pulang padahal dia nginep dirumah lo. Gue stengah mati nyari instagram lo ya, jadi lain kali bagi nomormu deh biar gampang komunikasi" isi dm dari seseorang yang memiliki nick instagram ockta_laii
Ya, sudah tidak diragukan lagi itu adalah milik ockta, teman dhea. Alva cukup bingung membaca pesan dari ockta. Ya secara, ia mengira dhea seharian disini dan mengira akan menginap dirumahnya padahal seharian ini ia cuma dirumah sendirian tanpa kehadiran dhea.
"Terus dia kemana?" Batinnya dengan perasaan sedikit cemas.
Bukannya membalas pesan dari ockta, ia malah keluar rumah menuju basement untuk mengambil mobil dan mengendarainya guna mencari keberadaan dhea yang tiba-tiba menghilang.
***
"Dih, si bocah tengil banget cuma di read pesan gue" cetus ockta kesal karena tidak mendapat jawaban dari alva bahkan pesannya cuma dibaca saja.
Mendapat perlakuan seperti itu, akhirnya ia memutuskan untuk menelfonnya secara langsung.
"Woi minimal balas lah jangan cuma di read. Gue tau kalian lagi kasmaran tapi kasih gue kabar gitu kek" teriak ockta dari seberang telfon yang setengah mengamuk.
"Gue lagi dijalan nyari dhea. Lo ngira seharian ini dhea bareng gue? Engga. Gue udah nunggu dia datang tapi dia ga datang-datang bahkan sampai sekarang" jelasnya sembari mengemudikan mobil miliknya.
"Hah? Serius dhea ga kesana? Dia pergi sejak siang loh. Katanya mau ke tukang jahit dulu setelah itu baru kerumah lo"
"Tukang jahit?"
"Iya, ada beberapa pakaiannya yang mau dijahit jadi dia pergi ke penjahit persimpangan jalan deket kost gue"
Mendengar hal itu, alva langsung menancapkan kecepatan tinggi mobilnya untuk pergi ke tukang jahit yang ockta maksud.
"Gue tutup dulu. Coba lo tanyain temen yang deket dengan dhea, kali aja lagi kemana gitu. Gue juga sambil nyari dia ini. Kabarin gue kalau dapat info" ucap alva dan langsung memutuskan telfon sepihak.
Selang beberapa menit ia mengendarai mobilnya, akhirnya ia tiba dipersimpangan jalan yang ockta maksud. Ya, ia tiba ditukang jahit tersebut.
Tanpa berpikir panjang, akhirnya ia memasuki toko tersebut. Karena sudah malam, jadi tokonya sudah sepi. Akhirnya alva disambut oleh pemilik toko.
"Ada yang bisa saya bantu, tuan?"
"Saya mau bertanya. Apakah ada wanita dengan tinggi kira-kira 150cm dan berambut panjang warna hitam pekat tadi siang datang kesini bawa pakaian yang mau ia jahit?"
"Hari ini kita tidka kedatangan pengunjung wanita yang berambut panjang, tuan"
Alva semakin bingung dengan respon yang diberikan pemilik toko tersebut. Berarti kehilangan dhea sebelum datang ke toko ini.
"Yasudah kalau begitu terimakasih, bu" ucapnya lalu akhirnya keluar meninggalkan bangunan tersebut.
Alva sudah bingung harus mencari dhea kemana lagi. Ia pusing dan melihat sekitar, tiba-tiba ia fokus dengan beberapa kain yang jatuh agak jauh dari bangunan tempatnya berdiri.
Ia mendekati beberapa kain itu yang berjatuhan ditepi jalan. Dan ketika mengambilnya, ya ia mengenal salah satu baju tersebut. Itu adalah milik dhea. Baju yang yang dhea pakai ketika ia pergi ke panti asuhan bersama alva.
Alva cuma menemukan bukti ini. Ia jadi panik kalau terjadi apa-apa dengan dhea. Ia langsung mengambil ponselnya yang berada di saku celana untuk menghubungi polisi.
"911, ada yang bisa kamu bantu?"
"Saya ingin melaporkan penculikan"
"Penculikan? Bisa diceritakan lebih jelas sudah berapa lama korban menghilang?"
"Mungkin sekitar 9-10 jam yang lalu"
"Pencarian akan dilakukan ketika korban menghilang 1×24 jam"
Mendengar hal itu, alva semakin kesal dan memutuskan telepon sepihak. Percuma saja meminta bantuan polisi karena polisi baru turun tangan ketika korban sudah hilang seharian. Sedangkan dhea baru menghilang ketika siang tadi.
Ia sudah tidak dapat berfikir jernih lagi dan kembali memasuki mobilnya. Ia benar-benar tidak tau mau mencari keberadaan dhea dimana. Sementara itu, tiba-tiba terdengar suara telefon dari ponselnya. Nama yang tertera disitu adalah dhea. Sontak alva terkejut lalu langsung mengangkatnya.
"Dhea, kamu kemana? Kenapa baru ada kabar sekarang?" Ucapnya dengan sangat panik.
"Haloo? Dheaa?" Ucapnya sekali lagi karena tidak ada respon dari dhea.
"Alvaa hikss" ucap dhea sembari meringis kesakitan dan menangis.
"Haloo, dhea? Are u okey? Kamu dimana? Kamu sakit? Apa yang kamu lihat dihadapanmu, hm? Kasih tau posisimu sekarang, biar ku jemput" tegasnya dengan ekspresi panik.
"Kakak cantik lagi main dimarkas nih" ucap dava menyunggingkan senyum tipisnya.
Alva terkejut mendengar suara itu. Ya, suara yang sangat tidak asing di telinganya. Itu adalah suara milik dava, musuhnya.
"Jangan sentuh dia" ancam alva dengan mengepalkan tangannya dan memancarkan aura tajam diwajahnya.
"Kulitnya begitu putih dan mulus ya, va"
"Aww, sakittt" teriak dhea.
"Jangan sentuh dia, bajingan. Lo punya urusan sama gue. Lepasin dia"
"Wah takut banget seorang alva mengancam" ledek dava dengan tertawa pelan.
"Kasih tau posisi lo sekarang!"
"Anak pinter. Nanti gue shareloc, ya. Datangnya sendirian jangan bawa polisi lagi seperti kali terakhir. Tenang aja, cewe lo masih perawan kok. Cuma dicolek-colek doang sama anak-anak nih" ucap dava dengan menyunggingkan senyum tipis diwajahnya dan menyentuh pipi dhea.
"Jangan sentuh gue, setann" amuk dhea.
"Brengsek! Gue udah bilang jangan sentuh dia!" Ucap alva dengan emosinya yang memuncak.
"Cup..cup..cupp.. jangan nangis dong tar cantiknya ilang"
"Gue tunggu lo sekarang disini, alva" ucap dava dan memutuskan telefon sepihak.
Tak berlangsung lama, akhirnya terkirim pesan dari dhea yang berisi alamat keberadaannya sekarang. Melihat itu, ia langsung menancapkan gas kepada mobilnya dan mengebut untuk menyelamatkan dhea.
Terlebih lagi ketika tadi ia sempat mendengar dhea yang meringis menahan kesakitan. Bisa saja dava dan teman-temannya sudah menyakiti nona cantiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
1721
Teen FictionAldhea kini menjalani hidupnya dengan penuh rasa jenuh karena sudah menjadi mahasiswa semester 6. Ya, semua orang tau banyak mahasiswa yang sudah mulai depresi jika sudah mendekati semester akhir. Kehidupan sehari-harinya sangatlah membosankan, hing...