kesalah fahaman

16 1 0
                                    

"Kamu kenapa?"

"Aku gak mau ketemu kamu"

Mata dhea tidak mampu memandangi wajah tampan alva setelah mengatakan kalimat seperti itu. Ya, kalimat yang ia katakan sebenarnya adalah kebohongan, namun ia harus tetap mengatakannya karena ia tidak mau bersama dengan orang yang belum selesai dengan masa lalunya.

"Dhea, please. Dengerin aku dulu. Beri aku penjelasan kenapa kamu begini. Buat aku paham apa kesalahanku sampai kamu bersikap seperti ini. Ngomong baik-baik ya, kita selesaiin baik-baik, okey"

Alva berusaha menenangkan dhea agar fikiran nona cantiknya itu terbuka bahwa berkomunikasi adalah salah satu hal yang penting untuk tetap bersama.

"Nona cantik, hey tatap mata aku. Kok matanya sembab? Kamu abis nangis? Kenapa? Aku buat kesalahan sama kamu? Kemarin kita baik-baik aja sampai kamu tidur loh. Tapi kenapa pagi ini kamu tidak mau bertemu bahkan meninggalkanku sendirian dipenginapan?"

"Ayo ngomong. Wajahmu terlihat ada banyak pertanyaan untukku. Coba susun kalimat baik-baik lalu katakan kepadaku, ya"

"Udah alva. Aku gak mau menjalin hubungan sama orang yang belum selesai dengan masa lalunya" ucap dhea sembari menepis kedua tangan alva yang saat ini menggenggam kedua bahunya.

"Lucu ya, kenapa aku harus mengatakan jalin hubungan padahal kita sama sekali tidak ada hubungan sedari awal" 

"Heh ngomongnya kok gitu. Oke, izinkan aku menjelaskan beberapa point atas pernyataanmu tadi. Belum selesai dengan masa lalu? Siapa yang seperti itu nona cantik? Kamu ketemu vanya kan dipenginapan sampai kamu seperti ini?"

"Udah, please aku udah muak"

"Dengerin aku dulu, dengerin. Jangan memberontak sepihak. Yang kamu tahu cuma apa yang kamu lihat, tapi kamu belum tau tentang apa yang aku lakukan. Tenang ya, aku jelasin semuanya setelah itu kalau kamu masih mengatakan gak mau ketemu aku, its okey. Yang penting kamu dengerin aku duu sekarang"

Alva berusaha menenangkan dhea yang sudah mulai memberontak. Ia cuma tidak ingin ada kesalahfahaman antara mereka berdua. 

Setelah berhasil menenangkan dhea, barulah alva ngomong dengan nada pelan dan juga memberi pernyataan yang lengkap.

"Aku semalem keluar penginapan buat cari minimarket. Maaf, aku gak bilang ke kamu karena aku ngiranya kamu udah tidur. Semalem aku benar-benar pusing dan merasa masih belum bisa menerima kenyataan yang terjadi. Hingga akhirnya muncul difikiranku untuk ke minimarket membeli sebungkus rokok. Aku merokok kalau aku merasa frustasi, maaf kalau kamu tidak suka. Namun, itu semua gagal karena aku tiba-tiba ketemu dengan vanya. Ia memasuki minimarket dalam keadaan mabuk. Tubuhnya bau alcohol dan rokok. Aku mikirnya dia habis dari club dan disitu posisinya aku kenal dia jadi aku niatnya bantuin dia. Gak mungkin aku biarin perempuan sendirian ditengah malem seperti itu"

"Setelah itu, aku berusaha untuk buat dia sadar dengan beliin sebotol aqua. Namun alih-alih sadar, dia malah pingsan. Jadi aku bawa di ke kamarku dan ku izinkan dia tidur ditempat tidur sementara aku tidur di sofa. Setelah pagi tadi, dia ngomong ke aku kalau kamu udah bawa barang-barang kamu keluar dari penginapan.Beneran dhea gak ada terjadi apa-apa antara aku sama dia"

Dhea mengeluarkan senyumnya namun senyum itu terlihat seperti bukan kebahagiaan, namun senyum itu terlihat seperti korbannya benar-benar melakukan kesalahan tanpa menyadari kesalahan tersebut.

"Kamu masih mau bohongin aku setelah apa yang semuanya ku lihat, va?"

Tanpa sadar, dhea meneteskan kembali air matanya. Ia tak kuasa menahan tangisnya.

"Jelas-jelas aku lihat kalian berdua ciuman" ucap dhea dengan nada sedikit besar.

Setelah itu, alva segera memeluk dhea seerat mungkin. Tidak peduli jika dhea memberontak. Wanita dengan emosi seperti ini, sebenarnya cuma butuh pelukan untuk membuat dirinya tenang lalu kembali membahas permasalahan awal.

"Sutt, kamu tenang dulu" alva berusaha memeluk sembari mengelus punggung dhea.

"Lepasin alva. Kamu brengsek, lepasin aku"

"Listen to me. Apa yang kamu lihat, tidak seperti apa yang terjadi"

"Tapi aku melihatnya dengan jelas" suara dhea seperti sudah sangat putus asa. Ia sudah tidak memiliki tenaga lagi.

"Posisinya seperti apa? Kamu lihat aku mencium dia? Atau yang kamu lihat cuma dia yang mencium aku? Hm?"

Mendengar kalimat itu, dhea langsung diam membisu. Ya, sebenarnya dhea cuma melihat bahwa vanyalah yang mendekati tubuhnya kepada alva. Namun, ia tak tahu kalau mereka berdua beneran ciuman atau vanya sekedar mencium. Ciuman dan cium adalah dua hal yang berbeda.

"Kamu gak lihat sepenuhnya kan apa yang terjadi?"

"Aku lihat dia yang dekatin kamu"

"Tapi aku tidak menciumnya, dhea"

"Tatap mataku. Lihat aku baik-baik. Dengerin aku. Sumpah, aku sama sekali tidak melakukan hal seperti itu sama dia. Aku cuma niat baik nolongin dia semalam, nona cantik"

"Kenapa harus dikamar kamu? Kenapa kamu gak bangunin aku biar dia tidurnya dikamarku?" Ucap dhea dengan terbata-bata dan masih meneteskan air matanya.

"Aku gak mau tidurmu keganggu perihal orang lain. Aku mau kamu tetep merasa nyaman tanpa adanya gangguan dari orang lain"

"Tapi dengan seperti itu kamu buat aku overthinking, alva"

"Iya, aku minta maaf. Aku minta maaf ya atas apa yang terjadi sampai detik ini. Aku gak mau kehilangan kamu. Aku sama vanya beneran udah selesai dan tidak ada lagi cerita tentang aku dan dia"

"Nangisnya udah ya. Mulai hari ini, apapun yang terjadi aku akan omongin terlebih dahulu ke kamu biar kamu gak salah paham lagi ke aku, okey"

"Sekali lagi aku minta maaf ya, nona cantikku"

Alva kembali memeluk erat tubuh mungil dhea sembari menenangkannya yang masih juga dalam isak tangisnya. Ya, ini kesalahfahaman dhea yang langsunh menyimpulkan apa yang terjadi. Padahal, apa yang dilihatnya belum tentu apa yang ada difikirannya.

"Lain waktu kalau aku ada kesalahan sama kamu, ngomongin baik-baik ya. Jangan langsung hilang seperti ini. Kamu perginya sama aku, jadi aku juga yang harus tanggung jawab untuk pulangin kamu. Aku khawatir kalau kamu diluar dari pandanganku. Aku khawatir kalau aku gak bisa lindungin kamu. So, please dont leave me again, okey"

"Aku minta maaf udah buat kamu nunggu seharian diluar sini. Aku benar-benar minta maaf atas sikap kekanak-kanakanku, va"

"It's, okey baby. Kamu emang masih kecil dalam pandanganku" ledek alva sembari mencubit pipi dhea dengan gemas.

"Ih, kamu yang anak kecil ya" balas dhea dengan mencubit lengannya karena tidak terima kekalahan.

"Heh, usia tidak menentukan seseorang sudah dewasa atau belum. Contoh kecilnya aja kita. Usiaku lebih muda dari kamu tapi yang keliatan dewasa siapa, hm?"

"Iyadeh sipaling dewasa" jawab dhea dengan mata memelas mengejek alva.

"Bocil gitu ya ditanyainn gemes banget" ucap alva sembari menggelitiki dhea.

Masalah mereka akhirnya terselesaikan. Kesalahfahaman yang ada untuk diselesaikan bukan untuk dihindari. Di tengah heningnya malam, tawa canda mereka berdua yang membuat suasana jadi hidup. Dhea kembali menerbitkan senyum bulan yang ada di bibir mungilnya itu.

1721Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang