Penuh penyesalan

4 1 0
                                    

"Tunggu aku di lobby, aku mau ambil mobil dulu" ucap alvin lalu meninggalkan dhea dan menuju parkiran untuk mengambil mobil miliknya.

Dhea cuma mengangguk setuju dan tetap berdiri ditempatnya sesuai perintah alvin, kakak alva.

Selang beberapa menit menunggu, tiba-tiba terparkir mobil mewah didepan pintu utama rumah sakit. Kaca mobil itu terbuka sedikit dan didapati alvin didalamnya yang mengajak dhea masuk.

"Duduknya didepan. Aku bukan sopirmu" perintah alvin ketika dhea membuka pintu dibelakang.

Akhirnya dhea masuk dan duduk dikursi depan sesuai perintah alvin. Ia hanya menatap lurus kedepan kaca begitu juga alvin yang tengah fokus berkendara.

"Kamu umur berapa?" Tanya alvin di tengah keheningan mereka berdua.

"21 tahun" jawabnya.

"21? Berarti kita beda 4 tahun dan kamu juga sama alva beda 4 tahun ya" ucap alvin yang masih fokus berkendara tanpa melihat dhea.

"Ya kira-kira seperti itu" jawab dhea singkat.

"Kamu suka sama alva?"

"Hah" dhea terkejut. Ia tidak tau harus mengatakan apa apalagi yang bertanya seperti itu adalah kakak alva itu sendiri.

"Gausah di jawab kalau gamau. Aku cuma berpendapat seperti itu karena tatapanmu kepada alva keliatan tulus banget tadi" lanjutnya dengan terkekeh.

"Alva sebentar lagi lulus SMA. Aku sebagai seorang kakak berharap ga ada yang mengganggunya selama ia selesai berpendidikan di bangku SMA. Apalagi ia harus melanjutkan studynya untuk berkuliah. Kalau kamu suka dia gapapa tapi jangan sampai ia terganggu dengan proses belajarnya ya? Kamu mahasiswa kan? Pasti paham betul karena kamu juga sudah melewati masa SMA mu" lanjutnya.

"Aku ga akan ganggu aktivitas belajarnya alva. Aku cuma mau mendukung setiap prosesnya" ucap dhea penuh yakin.

Alvin cuma tersenyum mendengar dhea mengatakan hal itu. Setelah itu ia kembali fokus berkendara dan tidak saling mengobrol lagi sampai dhea tiba di kostnya.

Selang beberapa menit berkendara, akhirnya ia sampai. Hari sudah malam dan matahari sudah terbenam sejam 1 jam yang lalu. 

"Makasih ya kak. Gamau mampir dulu?" Ucap dhea sembari menutup pintu mobil milik alvin.

"Gausah. Aku langsung pulang aja ya. Kasian alva sendirian dirumah sakit. Aku pamit ya, dhea. Langsung istirahat dan jangan lupa makan" ucap alvin lalu akhirnya meninggalkan lokasi tersebut.

Hari ini benar-benar melelahkan baginya. Kesana kemari mencari alva dan ketika ia mengetahui kebenarannya, ia sangat terkejut. Perlahan ia membuka pintu kostnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, karena pintu itu stengah terbuka.

"Dhea, miko hilang" teriak ockta yang tiba-tiba keluar dari dalam.

"Hah? Kok bisa?" Jawabnya ikutan panik.

"Tadi gue mandi dan lupa nutup pintu. Sekarang gue ga liat dia ada didalam sini. Gue mau keliling dulu nyari ini" ucapnya lalu bergegas keluar mencari miko.

Dheapun menyusul mencari keberadaan miko. Baru saja ia menemukan alva, sekarang kucingnya yang hilang.

"Mikoo. Pulangg" teriak ockta.

Dhea dan ockta berpisah untuk mencari miko bersama-sama. Padahal hari sudah larut malam dan kemungkinan kecil bagi mereka menemukan miko, tapi mereka tetap berusaha untuk mencarinya malam itu juga.

"Mikooo kamu kemanaa nakk" teriak dhea sembari melihat sekeliling.

"Mikoooo" teriaknya sekali lagi.

Hasilnya nihil. Ia tidak menemukan keberadaan miko. Sudah sekitar 10 menit dhea dan ockta berkeliling disekitar kost tapi tidak menemukan keberadaan miko. Hari juga sudah malam dan lingkungan sekitar memang cukup sunyi. Akhirnya mereka memilih untuk melanjutkan pencariannya esok hari.

"Sorry banget dheaa, miko hilang gara-gara gue ceroboh" ucap ockta penuh penyesalan.

"Baru juga gue nemuin keberadaan alva, sekarang kucingnya lagi yang hilang" ucap dhea dengan wajah letihnya.

"Lo udah ketemu sama alva? Jadi gimana?" Tanya ockta penasaran dan melupakan kehilangan miko.

"Dia, kecelakaan"

"Seriuss? Terus keadaannya gimana sekarang? Ceritain detail si gue penasaran"

"Hari itu, pas kita mau ketemu. Dia dalam perjalanan mau ketemu gue dan tiba-tiba dia mengalami kecelakaan. Sekarang dia masih dirawat dirumah sakit dan belum sadar padahal udah berapa hari semenjak hari itu" jelasnya.

"Duh jadi ngerasa bersalah udah fikir yang engga-engga sama dia. Padahal dia kena musibah. Ikut kasihan dengan keadaan alva sekarang. Terus? Lo mau jengukin dia lagi besok?"

"Gue bakal datang terus sampai dia sadar" tegasnya.

"Sekarang gue benar-benar dipenuhi rasa bersalah. Kalau hari itu kita tidak membuat janji temu dan bukan hari ulang tahunku, pasti sekarang dia masih baik-baik saja. Geu takut dia benci gue, ta. Gue takut bangett" ucap dhea sembari menangis.

Ya, lagi-lagi ia menangis. Tak kuasa menahan isak tangisnya dengan apa yang terjadi. Lelaki kesayangannya itu, terbarinh lemah dirumah sakit karenanya.

Ockta berusaha menenangkan dengan memeluk dhea dan mengusap pundaknya. 

"Udah gapapa. Namanya musibah ga ada yang bisa hindarin. Udah berjalan sesuai takdir. Jangan salahin diri sendiri" ucapnya.

"Gimana kalau dia sadar dan gamau ketemu gue lagi?" 

"Ga mungkin"

"Dia terbaring lemah seperti itu sekarang karena gue ta. Waktu itu dia mau ketemu sama gue untuk ngasih ini" ucap dhea sembari memperlihatkan hadiah pemberian alva.

"Dia tau hari ulang tahun lo? Gila tasnya cantik bangett lucuu warna pinkk" ucap ockta sembari melihat-lihat tas tersebut dan sesekali mencobanya.

"Gue juga gatau, dia tau dari mana kalau hari itu gue ulang tahun" balas dhea dengan ekspresi datar.

"Cantik bangettt" ucap ockta yang mencoba hadiah milik dhea.

"Taaa gue seriusss. Ini gue takut bangett kalau dia kenapa-kenapaa" ucap dhea masih dengan ekspresi panik.

"Udah gapapa. Apa yang lo khawatirin? Dia anak orang kaya pasti diberi perawatan yang terbaik dirumah sakit. Kalau perlu mungkin dibawah ke rumah sakit luar negeri buat kesembuhannya. Dia pasti bakal sembuh kok. Gue percaya itu. Gue yakin itu"

"Lo harus yakin sama diri lo sendiri. Jangan terus-terusan berfikiran negatif. Doain yang baik-baik buat dia. Dukung dia. Temani dia berproses. Gue percaya kalian dipertemukan bukan sekedar itu dipertemukan, entah itu kalian akan berakhir dengan bersama-sama atau berakhir hanya dengan saling ngasih pengalaman, yang pastinya percaya aja bahwa rencana tuhan ga ada yang ga baik, okeyy ladies?" Tegas ockta memegang kedua bahu dhea.

"Udah gausah cengeng. Gausah nangis-nangis lagi. Alva pasti ga suka kalo liat lo nangis sekarang" lanjutnya sembari mengelap air mata dhea di pipi dhea.

"Gue beneran jatuh cinta sama dia, ta. Boleh ga si" ucap dhea ragu.

"Siapa yang ngelarang orang jatuh cinta? Semua orang berhak jatuh cinta tapi ya gitu harus nerima resiko kalau perasaanmu ga di bales"

"Perasaanmu adalah milikmu. Kamu berhak atas perasaanmu. Kamu berhak menentukan pada siapa kamu jatuh cinta. Tapi kamu tidak berhak memaksa orang lain jatuh cinta denganmu" lanjutnya.

"Udah ya, pokoknya doain yang terbaik aja buat kesembuhannya alva. Gue juga ngerasa bersalah banget sama dia karena udah ngatain dia cowo brengsek padahal dia ga dateng karena dapat musibah. Nanti gue mau ikut jenguk kalau dia udah sadar" lanjutnya.

"Gue mau tidur dulu ya, cape" ucap dhea lalu bergegas membersihkan tubuhnya terlebih dahulu sebelum akhirnya ia tertidur.

***

1721Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang