Kembali ke dokter

14 3 0
                                    

"Dheaa, Almamater kampus lo mana?" tanya ockta kepada dhea.

"Ada dalam lemari gantung cari aja paling belakang maybe soalnya kan gue ga pernah make tu almamater sejak jadi mahasiswa baru" ucap dhea sembari bermain dengan miko, kucing kesayangannya.

"ga ada dheaa tolong cariin dongg urgent bangett ini" teriak ockta yang tidak menemukan apa yang ia cari.

"gini kalo disuruh nyari ga pernah bener. Emang lo mau kemana sampe make almamater tumben. Biasanya juga make baju rapat kerja kenapa sekarang pake almamater?" ucap dhea sembari membuka isi lemarinya dan membantu ockta mencari almamater.

"Ini gue disuruh ikut sosialisasi kampus di beberapa SMA sekitar sini. Almamater gue belum gue cuci kemaren abis di pake dan ada noda kotornya. Makanya mau pinjem punyamu. Toh, nganggur juga dilemari hehheh" keluh ockta dan mengeluarkan senyumnya kepada dhea.

"nih nemu. Makanya nyari yang bener dulu baru ngeluh bilang ga ada" ucap dhea sembari memberikan almamater miliknya untuk diserahkan kepada ockta.

"hehhhhhehe makasih bestie kuu yang paling cantik nan imuttt muachhhh" ucap ockta dengan ekspresi alaynya.

"geliiiii hueeekkhh" respon dhea terhadap ockta.

"yaudah gue berangkat dulu ya" ucap ockta yang tengah memakai sepatunya.

"iyaa, hati-hati" balas dhea.

"ehiya, lo hari ini di kost doang?" tanya ockta sebelum berangkat.

"iya Kayaknya. Gue ga punya tujuan lagi mau kemana" jawabnya singkat.

"yeuhh kencan sonoo jangan diem bae dirumah hahahh kaborrrr" ledek ockta dan bergegas pergi meninggalkan kostnya.

Dhea yang mendengar hal itu tidak mengubrisnya dan kembali mengurus miko, kucing kesayangannya.

"mikoo sayang sini cobaa liat lukanya udah sembuh belum" ucap dhea sembari mengambil miko dan membuka sedikit perbannya.

"wahh, lukanya udah keringg ini. Kita balik ke dokter yuu sekalian beli makan kamu. Stock makananmu juga udah ga cukup sampai malam ini" ucap dhea sambil mengelus miko.

"mikoo main disini yaa, aku mau mandii dulu" ucap dhea dan meninggalkan miko.

Pukul 11:00 WIB

Cuaca hari ini sangat cerah dan tidak berawan. Sama sekali tidak berawan membuat dhea malas untuk keluar rumah. Tetapi, ia harus membawa miko kembali ke dokter hewan itu untuk mengecek keadaan miko setelah beberapa minggu tidak dibawah untuk perawatan.

"Miko, kita perginya ntar sore aja ya? Cuacanya panas bangett kalo pergi sekarang gapapa yaa" ucap dhea sembari mengambil miko dan menggendongnya.

"Yaudahh kita main aja yuuu ayo mikoo harus jadi kucing pinter" ucap dhea sembari mengambil benda didekatnya lalu melemparnya yang ia berharap bahwa miko akan mengambil benda tersebut. Alhasil, miko tidak memiliki respon sedikit pun bahkan miko malah pergi menuju kasur dhea untuk tidur.

"bener-bener nih kucing keboo. miko itu kucing apa kebo sii kerjaannya tiduran mulu deh" ucap dhea kesal.

Melihat tingkah miko yang tidur begitu saja, akhirnya dhea membiarkannya dan tidak memedulikan miko lagi. Dhea mulai mencari kesibukan ya walaupun dia tidak memiliki kesibukan apa-apa hari ini. Terlihat di meja belajarnya begitu banyak novel yang menumpuk tetapi semuanya sudah dibaca olehnya. Ia juga tidak memiliki incaran novel di bulan ini so, hanya hanya membaca kembali novel itu secara berulang-ulang hingga ia tertidur disebelah miko.

Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, dan akhirnya dhea terbangun karena suara benda jatuh keras.

"plaakkkkkkk"

Itu suara apa? batin dhea dalam keadaan setengah sadar dari tidurnya. Miko sudah tidak terlihat disampingnya yang membuat dhea berfikir bahwa itu pasti ulah miko. Akhirnya dhea bangun dari tidurnya dan memastikan benda apa yang dijatuhkan miko. Setelah di cek, ternyata miko menjatuhkan panci.

"mikoooooo kamu ngapain berada di rak piringg siii sayangg" teriak dhea yang memarahi miko manjat sembarangan lalu mengambil miko dan menurunkannya dilantai. Dhea segera membersihkan benda-benda yang jatuh karena ulah mikoo.

"udah kamu diemm disini, aku mau siap-siap dulu abis itu kita ke dokter" tegas dhea kepada mikoo.

Akhirnya mereka berdua berangkat menuju dokter hewan tempat dimana miko pertama kali dibawa. Bedanya, kali ini dhea hanya pergi sendiri tidak dengan kehadiran alva. Dhea pergi ke dokter hewan itu dengan menaiki bus umum demi menghemat uang. Lagi-lagi, ia melihat seluruh isi bus untuk memastikan kehadiran alva yang ternyata tidak ada alva didalam bus tersebut. Selang 30 menit perjalanan dalam bus, akhirnya dhea turun di halte. Lokasi halte dan dokter hewan itu sedikit jauh, jadi dhea harus menempuh perjalanan dengan berjalan kaki mungkin sekitar 10 menit.

"Permisi" ucap dhea sembari membuka toko itu.

"iyaa silahkan, ada yang bisa dibantu?" ucap salah satu pelayan toko.

"ini kucing saya sebelumnya dirawat disini" ucap dhea yang sedikit bingung tidak tau mau mengatakan apa.

"Ohiya, mba tunggu disitu sebentar ya. Saya akan memanggil dokter dulu dan nyediain ruangan kosong untuk kucingnya" ucap pegawai itu sembari mengambil miko dari dhea.

"baik" ucap dhea singkat dan duduk diruang tunggu yang sudah disediakan.

"eh, mba dateng lagi kesini" ucap dokter yang baru saja memasuki toko.

"eh dokter masih inget saya ya heehhe. Ini si miko mau ngecek keadaannya soalnya saya lihat lukanya sudah mengering dan saya juga baru ada waktu luang untuk kembali kesini dokter" ucap dhea menjelaskan situasi.

"oh begitu ya. Tunggu sebentar yaa saya baru balik kelarin urusan diluar. Tunggu yaa" ucap dokter itu lalu meninggalkan dhea. Dhea hanya mengangguk.

Akhirnya miko telah dibawa kedalam ruangan untuk diperiksa.

"nama kucingnya siapa?" tanya dokter kepada dhea.

"namanya miko, dok" jawabnya singkat.

"namanya bagus. Miko tenang dulu yaa sayang. Dokter mau lihat luka miko dulu" ucap dokter sembari mengecek luka lama miko.

"lukanya sudah bener kering. Mungkin dia juga sudah berlarian dirumah ya" tebakan dokter tentang miko.

"iya dok, bahkan tadi sebelum kesini miko manjat-manjat jatuhin barang-barang saya. Dia sudah mulai aktif sepertinya" ucap dhea menjelaskan situasi.

"kucing seperti miko memang sedang aktif-aktifnya apalagi diusianya yang masih kecil pastinya suka bermain. Kamu datangnya sendirian kesini bawa miko?" tanya dokter kepada dhea.

"iya sendirian, dok. Nyari siapa?" tanya dhea bingung karena dokter menanyakan hal itu.

"waktu itu kan datangnya sama cowomu. Sibuk ya pacarnya?" ucap dokter dengan sedikit tersenyum.

"ehh engga dia bukan pacar saya" balas dhea dengan ekspresi kaget mendengar sang dokter menganggap bahwa alva adalah pacarnya.

"loh bukan pacar? padahal cocok loh jadi waktu itu kiranya pacar" ucap dokter kepada dhea.

"enggaa dok hehehhe. Yaudah kalo gitu saya pamit, dok. Ehiya, disini boleh kan sekalian beli makanan kucingnya?" tanya dhea kepada dokter sebelum meninggalkan ruangan.

"iya boleh silahkan ke depan aja nanti dikasih kok" jawab dokter mempersilahkan dhea.

"baik dok, terimakasih sekali lagi" ucap dhea lalu meninggalkan ruangan tersebut.

"ini makanan untuk mikoo" ucap salah satu pelayan yang memberikan bungkusan kantong berisi makanan kucing.

"iya terimakasih, ya. Pamit pulang dulu mbaa" ucap dhea lalu mengambil makanan itu dan segera pergi keluar toko.

"iyaa hati-hati" ucap pegawai tersebut.

Akhirnya dhea berjalan keluar dan sudah cukup jauh dari dokter hewan tersebut. Tiap kali ia melamun, ia selalu teringat akan sosok alva. Sebab, biasanya alva selalu muncul di tempat yang tidak terduga. Dhea melihat sekelilingnya dan tidak menemukan postur tubuh yang mirip dengan alva. Aku kangen. Kamu dimana? Masih bisakah kita bertemu? batin dhea dalam hati sembari melihat kendaraan yang berjalan.

***

1721Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang