Dhea kecewa

7 1 0
                                    

Tokk..tokk..tokk.. ketuk pintu dhea.

"Loh? Kok balik? Lu pucat banget. Kenapa basah-basah gini? Bukannya lu lagi jalan berdua bareng alva?" Ucap ockta membuka pintu dan terkejut melihat dhea seperti mayat yang sudah dibekukan.

"Kasih gue jalan. Dingin banget" ucap dhea lemas. 

"Sini masuk dulu masuk. Lu langsung masuk ke kamar mandi dulu bersih-bersih. Tar gue ambilin handuk sama pakaianmu" 

Ockta segera membantu dhea untuk masuk kedalam dan membimbingnya menuju kamar mandi karena dhea sudah tidak memiliki tenaga untuk berjalan. Dhea terlihat sangat pucat dan sudah sangat lemas dan menggigil.

Akhirnya dhea memasuki kamar mandi. Bukannya langsung membersihkan tubuhnya, ia malah memilih untuk menangis. Melanjutkan tangisannya begitu terisak. Sakit rasanya. Ia penuh dengan rasa kecewa. Baru kali ini ia menangis sesegukan seperti ini. Terakhir ia seperti ini sejak SMA dan itu sudah berlalu selama 3 tahun lamanya.

Dadanya begitu sesak. Tangisnya tiada henti. Menyalakan air keran agar tangisnya tidak terdengar dari luar. Ia penuh dengan rasa kecewa terhadap alva.

Sosok alva yang selama ini selalu membuatnya tertawa dan bahagia, akhirnya sekarang membuatnya menangis. Tidak diketahui alasan jelasnya mengapa tiba-tiba alva melakukan hal seperti ini kepadanya.

Perasaan penuh benci muncul dalam dirinya. Teramat mendalam. Kecewanya benar-benar membuat perasaannya sekarang membenci sosok lelaki yang kemarin begitu ia cintai.

"Tokk..tok..tokk.. Dhea woi? Lu ga mati kedinginan didalam kan? Lama amat mandinya. Keluarrr woii. Nyahut dongg pastiin lu baik-baik aja didalam. Gue khawatirr woii" teriak ockta dari luar mengetuk pintu kamar mandi.

"Iya bentarr masih mandi" sahut dhea dari dalam dengan suara terbata-bata.

"Jangan lama-lama. Bisa mati kedinginan lu didalam. Ini handuk sama baju lo ku gantungin di pintu kamar mandi ya" balasnya.

Dhea masih menangis atas hal yang terjadi hari ini. Hari ulang tahunnya ditutup dengan penuh rasa kecewa.

Selang hampir 1 jam dikamar mandi, akhirnya dhea keluar dan mengambil handuk serta baju yang sudah ockta gantung dipintu kamar mandi.

Dhea masih mencoba menenangkan dirinya dari isak tangisnya sedari tadi. Mencoba mengelap sisa air ditubuhnya dengan handuk yang begitu lembut. 

Setelah badannya mengering dan memakai sweeter, ia sudah merasa hangat lalu akhirnya keluar dari kamar mandi. 

Ia berjalan keluar dan melihat ockta yang tengah berbaring dikasur. Melihat dhea telah keluar dari kamar mandi, sontak ockta terbangun dan menghampiri dhea.

Matanya begitu sembab. Tubuhnya begitu kaku karena dingin.

"Lu gapapa?" Tanya ockta.

"Gapapa" jawabnya lemas.

"Kok bisa sampai begini? Alva abis ngapain lu sampai kondisi lu begini? Ditinggalin?" Tanya ockta yang sudah sangat penasaran.

"Gue cape, ta. Kepalaku pusing. Boleh ga nanti aja ku ceritain. Mau tiduran dulu bentar" balas dhea dengan lemas.

"Ohiya yaudah lu istirahat dulu sini ku bantuin. Maaf ya buat lu makin pusing dengan pertanyaan-pertanyaan gue" ucap ockta merasa bersalah.

"Gapapa udah. Tiduran dulu bentar ya" balas dhea lalu memakai selimut dan membelakangi ockta.

Ya, matanya yang sudah sangat sembab tiba-tiba masih mengeluarkan air mata dengan diam-diam. Rasa sakit itu masih sangat terasa. Sangat dalam rasanya sampai ingin mati.

Dhea menangis sampai akhirnya ia tertidur.

***

Pukul 22:00 WIB

"Dhea, bangun dulu. Lu belum makan malam. Dhea?" Ucap ockta sembari membangunkan dhea dan memegang tubuhnya.

"Aw panas. Dhea, makan dulu sedikit. Badan lu panas banget. Lu demam. Bangun dulu makan dikit abis tuh minum obat baru tidur lagi" lanjutnya.

"Gue ga laper, ta" balas dhea menolak.

"Tapi lu sakit. Lu demam sekarang"

"Gue gapapa"

"Ga ada ya. Lu sakit. Ga ada yang baik-baik aja kalau lagi sakit. Udah sini duduk makan jangan manja" tegas ockta.

Mau tidak mau, dhea pasrah dan menuruti perintah ockta. Ia memang sudah sangat lemas dan tidak punya tenaga lagi. 

"39,6°. Tinggi banget panasmu. Makan dulu ih baru minum obatnya" ucap ockta panik melihat suhu tubuh dhea yang begitu tinggii.

Dhea memakan cuma beberapa suap nasi karena dirinya benar-benar kehilangan selera makan. Matanya sembab banget, kalau dilihat sudah seperti keturunan cina yang sipit-sipit. 

"Lu demam. Matamu juga sembab banget nangis terus dalam kamar mandi tadi kan makanya lama" ocehan ockta sembari menyuapi dhea sedikit demi sedikit.

"Gue baru pertama kali liat lo jatuh cinta dan gue juga baru pertama kali liat lo sampai jatuh seperti ini" lanjutnya.

"Si alva brengsek" lanjut ockta kesal karena tidak terima dengan kondisi sahabatnya sekarang.

"Dia ga brengsek. Dia cuma tidak datang" jelas dhea singkat.

"Dia ga datang?" Ucap ockta terkejut.

"Iya"

"Terus kemana anjir? Lu di php in sama bocah? Gila tuh anak. Bisa-bisanya permainin sahabat gue" ucap ockta dengan sedikit emosi.

"Gue juga gatau dia kemana. Ga ada kabar" jawab dhea singkat.

"Sampai sekarang?"

Dhea segera mencari ponselnya dan mengaktifkannya guna melihat apakah sudah ada tanda balasan dari alva atau tidak. Setelah melihat dan membuka whatsappnya, alva tetap ceklis satu. 

"Ga ada" ucap dhea lalu melemparkan ponselnya ke tempat tidur dan tidak peduli lagi tentangnya.

"Dih tiba-tiba ngilang gitu aja ga bertanggung jawab banget jadi laki" ucap ockta yang masih penuh dengan emosi.

"Udah berenti aja. Gosah hubungin dia lagi. Jangan sesekali lo hubungin dia kecual idia yang nyariin lo terlebih dahulu" ancam ockta dengan mata melotot melihat dhea. Terlihat auranya begitu menyeramkan.

"Engga. Gue udah gamau peduliin itu sekarang" ucap dhea masih dengan nada lemas. 

"Udah ah kenyang" lanjutnya.

"Woi jangan tidur dulu, obatnya belum diminum. Mau disuapin lagi dek" ucap ockta menarik kembali dhea.

"Nih minum" sembari memberikan beberapa obat demam serta flu kepada dhea.

Dhea meminum 2 pil obat itu dalam sekali teguk. Lalu kembali beranjak untuk tidur. 

Lo dimana? Kok tiba-tiba ngilang? Kok tiba-tiba berubah gini? Kemarin kita bahagia banget padahal. Apakah itu semua ga ada artinya buat lo, va? Kok lo tega giniin gue? Bukannya lo anaknya bertangung jawab ya? Kenapa sekarang jadi gini? Kalau ga jadi, minimal kasih tau gue, kabarin gue biar gue ga nungguin lo. Gue merasa seperti orang bego yang nunggu seseorang yang bahkan tidak tau bakal hadir apa engga. Lo mau sampai kapan bodohin gue, va. Gue terlanjur cinta sama lo. Gue udah sayang sama lo. Please, kalau mau pergi pamit dulu. Jangan tiba-tiba menghilang seperti ini. Jangan meninggalkan banyak pertanyaan didalam otakku. Lo tau gue anaknya punya banyak pertanyaan kan. So, please balik dulu kasih gue penjelasan tentang semua ini. Titahnya dalam hati dan tanpa sadar ia meneteskan kembali air matanya sampai ia tertidur lelap.
***

1721Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang