Pertolongan pertama

4 1 0
                                    

Setelah lama berkendara, akhirnya ockta memarkirkan mobil alva tepat didepan kostnya tersebut. Alih-alih kerumah sakit, alva cuma meminta dirawat dikost ockta dan dhea saja karena sudah tidak ingin kembali kerumah sakit lagi.

Ockta segera membantu kedua temannya itu yang terluka dengan membuka pintu mobil agar mereka berdua bisa keluar dari dalam mobil.

"jalannya pelan-pelan" ucap dhea sembari memegang sebelah tangan alva.

"lagian kenapa gamau dibawa kerumah sakit si, va. Biar lo bisa sembuh total" ucap ockta yang ikut membantu memegangi alva karena kakinya sedikit pincang jadi ia kesulitan berjalan.

"baru juga tadi pagi gue keluar dadi rumah sakit, yakali balik lagi. Tar pegawainya pada bosen loat pasien yang sama" balasnya dengan nyengir.

"yeuh gaya lo tar jadi langganan rumah sakitt hahahah bercyandaaaa bercyandaaaa" kekeh ockta.

"kebanyakan nonton tiktok lo" ucap alva terkekeh mendengar intonasi ockta mengatakan hal seperti yang viral ditiktok.

Dhea yang mendegar hal itu cuma menggelengkan kepalanya. Akhirnya ia memasuki kost tersebut.

"tunggu bentar disini, gue ngambil kotak P3K dulu didalam" ucap ockta yang segera bergegas masuk kedalam kamarnya. Sementara dhea dan alva menunggu diruang depan.

"mana lagi yang luka?" ucap dhea memastikan seluruh tubuh alva.

"disini" tunjuk alva dembari memegang pipinya.

"mana? kan yang lecet pipi yang sebelah"

"disini juga sakit. Katanya kalau dicium auto sembuh" ucap alva nyengir.

plakk.. pukul dhea dilengan alva.

"aduhh sakitt arghh"

"lagian suruh siapa nyebelin. Orang nanya serius juga dibalesnya becandaa"

"loh padahal aku ga becandaa"

"woi woii udah sama-sama terluka masih aja gelud. Bucin dasarr nih obatnya. Mau ditolongin atau kalian berdua aja yang saling tolong menolong nih? Berasa nyamuk gue disini" ucap ockta dengan mata malas.

"tidur aja, ta. Kali aja bisa bucin dalam mimpi hahahah" ledek alva.

"dih bocah ngeselin banget. Yaudah gue ke dalam deh. biar dhea yang ngurusin lo" ucapnya lalu meninggalkan mereka berdua.

Setelah itu dhea membuka satu-persatu kotak P3K dan segera membersihkan luka-luka yang ada pada tubuh alva. Ya, terdapat beberapa lecetan lukanya yang masih mengeluarkan darah dan dhea berusaha untuk menghentikan semua pendarahannya tersebut.

"aww, sakitt pelan-pelan dong cantik"

"biarin"

"mukanya gausah cemberut gitu" goda alva dengan menyentil hidung dhea

"apaansi seerahku lah mau pasang ekspresi apa" ucapnya masih dengan nada jutek.

"lucu bangett cewe siapasi inii hm"

"cewe akuu lahhh" lanjutnya.

Dhea yang mendengar hal itu sontak terkejut. Perasaannya senang hingga detak jantungnya berdetak begitu cepat.

"udah" ucap dhea yang langsung mengalihkan pandangannya dari wajah alva.

"belum" jawab alva sembari memegang tangan dhea.

"masih ada luka lain?" tanya dhea dengan eksprsi serius.

"kan yang ini tadi belum" tunjuk pipinya kembali.

Dhea cuma mengeluarkan ekspresi datar dan membalikkan bola matanya dengan malas dan tentunya ia tidak merespon alva.

"dheaa mah gitu dihh" ucap alva dengan merengek.

"nih bocah lucu bangett kalo mode manja sii" gumam dhea dalam hati.

Tanpa berfikir panjang dan secara spontan, dhea mencium pipi alva.

Cup

Alva yang sedari tadi merengek tiba-tiba terdiam atas pergerakan dhea yang tiba-tiba mencium pipinya. Sontak wajahnya penuh senyum sumringah karena mendapatkan cium dari nona cantiknya itu.

"udah gausah ngerengek lagi cil. Aku berasa lagi ngurus anak 1 deh" ucap dhea dengan menepuk kepala alva.

"yeuh, nanti bikin anaknya sama aku"

"yee apa-apaan maksa"

"biarin. Kamu punya aku gaboleh ada yang nyentuh titik"

Ya, perbedaan usia mereka memang cukup terbilang jauh. Saat seperti ini, dhea mengeluarkan sikap keibuannya karena usianya memang yang lebih tua dari alva. Sedangkan alva justru bersikap seperti anak bayi kepada dhea sekarang.

Setelah lama berbincang, tiba-tiba terdengar suara notif dari ponsel milik alva. Ya, tertera diponselnya bahwa yang memanggilnya adalah sang mama.

"kamu dimana sekarang? Bukankah sudah mama peringkatkan untuk tidak keluar rumah? Kamu baru pulang dari rumah sakit tadi pagi sayang" ucap mamanya yang terdengar khawatir.

"ma, aku tiba-tiba ada urusan yang beneran ini mendadak banget. Jadi mau tidak mau harus alva kelarin biar masalah kelar. " jelasnya.

"bener-bener ya ni anak dikasih tau susah banget. Terus kamu balik kapan sayang"

"besok alva pulang ya. Malam ini alva nginep dirumah temen dulu. Udah larut malam juga bahaya bawa mobil jam segini. Maaf ya ma, alva keluar rumah ga bilang sama mama soalnya beneran buru-buru banget heheheh love you mam, telfonnya ku matiin ya, alva udah ngantuk mau tidur dulu babaii"

"alva bent"

Tuut..tut..

Belum juga mendengar balasan dari mamanya tetapi alva sudah mematikan telefonnya dengan sepihak.

"anak durhaka. Gasopan kamu langsung main matiin aja padahal mamamu terdengar masih pengen ngobrol itu" ucap dhea dengan memberikan tatapan sinis kepada alva.

"kalau kayak gitu mama ga berenti ngomongnya. Pasti bakal ngedumel mulu. Aku udah cape banget ini gamau makin pusing dengerin omelan" ucap alva sembari membaringkan kepalanya dipaha dhea.

"ngapain" ucap dhea terkejut.

"aku mau tidur disini gapapa kan"

"mau dielus-elus, dhea" ucap alva dengan manja.

"bocah manja banget"

"gapapa si sama kamu doang aku gini mah. Elus dong biar aku cepet tidurnya" godanya sekali lagi.

"gada elus-elus. Udah tidur aja sekarang"

"gamau. Gamau tidur kalau ga di elus sama dhea"

"hm iya-iyaa ini elus-elus" ucap dhea dengan pasrah lalu mengelus kepala alva dengan pelan.

Alva cuma tersenyum setelah mendapatkan apa yang ia mau dan perlahan ia menutup kedua matanya. Ya, dhea berasa lagi tidurin anak bayi dalam pangkuannya sekarang.

"ganteng bangett please, dia tidur aja kenapa bisa secakep inii" gumamnya dalam hati sembari menatap wajah alva.

Tak berlangsung lama, dhea akhirnya ikut tertidur walau dalam posisi duduk karena alvayang tidur dipangkuan dhea. Tetapi, tentu saja alva tidak benar-benar tidur. Mana mungkin ia tega membuat dhea tertidur dalam posisi duduk.

Alva membuka matanya perlahan untuk memastikan apakah dhea sudah tertidur. setelah itu, ia bangun dan memperbaiki posisi dhea agar bisa tertidur dengan meluruskan badannya.

Wajah dhea yang begitu cantik kini memiliki lecetan luka. Alva yang melihat itu merasa bersalah karena tidak dapat melindunginya. Alva menatap wajah dhea dengan sangat lama hingga bibirnya mendarat dikening dhea dan menciumnya.

"maaf aku gagal melindungimu, cantik. Selamat tidur, nonaku"
***

1721Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang