Setya terkejut kala temukan Elio di kursi tribune arena ice rink. Pasalnya pemuda itu tak memberitahu sebelumnya kalau dia akan datang. Entah sejak kapan pula dia ada disana.
Memutuskan untuk mengakhiri sesi latihan. Si pemuda jangkung menepi ke pagar pembatas antara arena dan lorong luar arena. Mempersempit jarak agar suaranya bisa dijangkau oleh Elio.
"Sejak kapan lo disitu?" tanya Setya yang menyaringkan suaranya karena Elio duduk cukup jauh dari posisinya kini.
"Kemaren," sahut yang ditanya tak acuh.
Memilih abai, Setya hanya mengangkat bahu. Membersihkan es halus di pisau sepatu luncurnya sebelum melangkah keluar arena. Duduk di deretan kursi tribune paling depan.
Elio juga beranjak menuruni tangga, menghampiri kawannya yang sedang melonggarkan tali sepatu.
"Kenapa udahan? Kalau gara-gara gue dateng, just don't mind me."
Pergerakan tangannya terhenti hanya untuk melirik pada pemuda yang berdiri menjulang di sampingnya, mendengus.
"Najis," umpat Setya.
Si laki-laki hidung bangir tertawa, mengambil tempat di kursi sebelah Setya. Tangannya dimasukkan ke dalam saku jaket karena udara terasa lebih dingin malam ini.
"Digebukin lagi?"
Jika hari biasanya, bisa dipastikan tangan Elio sudah melayang di bahu Setya. Namun hari ini tampaknya sedikit berbeda–mungkin terlalu lelah–karena Elio tak membalas seperti lazimnya. Malah menghela napas sambil bersandar pada sandaran kursi.
"Gue lagi galau," lirihnya.
Hal biasa.
Ini sudah kali ke-lima Elio mengucapkan kalimat itu dalam sebulan. Harusnya Setya tak peduli, tapi tak kuasa juga menahan rasa penasarannya. Sukar mencegah pertanyaan keluar dari mulutnya.
"Cewek yang mana?"
"Lo pikir cewek gue ada berapa?" gerutu Elio. "Kalipso lah."
"Lah emang Kalipso cewek lu?"
Pertanyaan Setya berhasil buat Elio bungkam. Si pelempar tanya menggeleng kecil, meraih sebotol air mineral kemudian menenggaknya cepat hingga sisa setengah.
"Menurut lo wajar gak kalau gue gak suka liat dia sama orang lain?"
Mengusap sisa air di sekitar bibirnya kasar kemudian menaruh botolnya di bawah kursi. Setya menoleh.
"Orang lain gimana?" tanyanya. "Kalipso kan temennya banyak. Terakhir gue liat dia ngobrol sama tukang parkir Indomaret deket sekolah."
"Bukan orang lain yang itu goblok," sewot Elio. "Otak lo lemot banget Set gue liat-liat. Questionable modelan lo banyak yang demen."
"Gak usah bawa-bawa reputasi diri gue buat masalah lo yang gak seberapa itu," balas Setya balik sewot.
Bahu Elio merosot. "Jadi gimana?"
"Apanya?"
"Pertanyaan gue tadi kunyuk," emosi Elio. "Emang ya Set di nama lo itu akronim dari setan."
"Lo cemburu anjing. That's it," kasar Setya. "Gue tau lo tolol tapi jangan diperjelas gini lah."
"Sesama tolol gak usah ngatain tolol."
"Ngaku lo tolol?"
Tangan Elio bergerak maju mencekik leher Setya gemas. Membuat yang dicekik terbatuk-batuk karena mendapat serangan mendadak. Gantian tangan Setya terjulur ke pinggang Elio, mencubitnya kuat hingga pemuda itu refleks melepaskan tangannya yang mencengkeram leher Setya. Keduanya sontak mengaduh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Try Again
Fanfic"Kita ini sebenernya apa?" Mungkin harusnya Kalipso tanyakan itu pada Elio setidaknya sehari sekali buat cari validasi tentang hubungan mereka yang tak tahu harus dilabeli sebagai apa. Karena pengakuan kurang ajar Elio baru terdengar waktu dirinya s...