Ada beberapa hal yang buat Elio yakin kalau Kalipso menghindarinya.
Selain kedatangannya yang 'gagal' malam tadi, pagi ini juga harus menelan nasib yang sama. Karena gerbang rumah nomor 14 sudah tertutup rapat ketika Elio melajukan motornya ke rumah itu. Berniat mengajak Kalipso pergi ke sekolah bersama walau usahanya sia-sia.
Begitu juga saat jam istirahat tadi.
Netra si pemuda yang semangat setelah melihat presensi Kalipso di ambang pintu kafetaria langsung meredup. Lantaran gadis itu dengan cepat mengambil langkah pergi saat bertemu mata dengan Elio–menarik Jen yang terlihat bingung.
Tanpa perlu bertanya, Elio tahu betul penyebabnya. Terlebih sorot kecewa yang diberikan si gadis kala gurauan lancangnya tertangkap basah.
Iya, sebut kejadian kemarin sebagai gurauan.
Ekspresi Kalipso kemarin siang benar-benar memenuhi seluruh benaknya. Pemuda itu sampai tak bisa tidur karena si gadis muncul tiap dua detik sekali seperti kaset rusak. Seperti sengaja menyudutkannya agar semakin merasa bersalah.
Jujur saja Elio tak tahu alasan kenapa ia jadi merasa bersalah. Bukan kali pertama dia bertindak seperti itu dan bukan kali pertama juga dia melakukan hal seperti itu di hadapan orang lain.
Namun entah kenapa dirinya jadi gelisah karena Kalipso yang memergokinya. Ditambah gadis itu yang tampak kecewa luar biasa.
Ada apa sebenarnya?
Membulatkan tekad agar Kalipso tak menghindarinya lagi kali ini, Elio sampai membolos jam pelajaran terakhir. Pemuda itu sudah bersandar pada pembatas tangga di lantai dasar gedung IPS.
Kakinya mengetuk lantai gelisah sambil mengecek arlojinya beberapa kali. Dua menit menunggu bel berdering saja rasanya seperti menunggu dua hari.
Dan ketika bel benar-benar berdering nyaring, Elio menegakkan tubuh. Memperhatikan tiap siswa yang mulai menuruni tangga.
Eksistensinya mengundang atensi beberapa orang yang lewat. Heran karena melihat si pentolan IPA itu sudah berada di tangga gedung IPS saat bel baru saja berdering 2 menit lalu namun ia tak peduli.
Perlu menunggu lagi sekitar 7 menit hingga akhirnya sosok yang ditunggu terlihat menapaki tiap anak tangga seorang diri–tak bersama Jennifer seperti biasanya.
Gadis itu merunduk pada ponsel dengan senyum yang mengembang. Jelas saja ia tak menyadari keberadaan Elio dan itu hal bagus karena Kalipso jadi tak punya kesempatan untuk menghindar.
Elio mendekatkan langkah pada muka tangga. Tepat kala si gadis memijakkan kaki di lantai dasar, pemuda itu langsung mencekal pergelangan tangannya. Menarik Kalipso menuju ruang kecil di bawah tangga yang tak dilalui oleh siapapun.
Tangannya yang tiba-tiba ditarik buat Kalipso nyaris memberontak tapi malah terdiam setelah mengetahui kalau Elio pelakunya. Berusaha melepas cekalan si laki-laki dari pergelangan tangannya tapi sia-sia karena Elio merematnya kuat.
"Apaan sih, El?"
Tak mendapat jawaban.
Kalipso pasrah saja ditarik Elio hingga tubuhnya mendadak disandarkan kasar pada dinding tepat di belokan belakang tangga. Pemuda itu menggeser tubuh keduanya hingga tertutup sempurna di bawah tangga, mencegah siapapun melihat mereka.
Melihat Elio yang menatapnya tajam buat si gadis merasa takut tiba-tiba. Ia mengulum bibir, berusaha mengalihkan pandangan tapi mata Elio seakan mengunci netranya agar tak beralih kemana-mana.
Sedikit tenang ketika Elio melepaskan cekalan di tangannya namun ketenangannya tak bertahan lama karena pemuda itu malah ganti mengurungnya dengan sebelah lengan. Buat Kalipso tak bisa menahan debaran brutal jantungnya–yang ini berdebar karena ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Try Again
Fanfiction"Kita ini sebenernya apa?" Mungkin harusnya Kalipso tanyakan itu pada Elio setidaknya sehari sekali buat cari validasi tentang hubungan mereka yang tak tahu harus dilabeli sebagai apa. Karena pengakuan kurang ajar Elio baru terdengar waktu dirinya s...