04. koin kembalian

742 73 8
                                    

"Hey, tuan gagap. Seperti biasa, ya! kali ini belikan tiga es krim juga."

Taehyung baru saja memasuki kelas dengan beberapa buku ditangannya ketika Mingyu memanggilnya dengan panggilan itu lagi. Mau tak mau membuat dirinya menoleh dan menyaksikan Jungkook yang seperti dikerubungi oleh teman-temannya. Yang membuatnya semakin gerah adalah keberadaan tiga gadis cantik di sana, salah satunya menatap Jungkook dengan penuh puja—dia Nayeon.

Namun sayang, nyatanya tatapan Nayeon tak terbalas oleh Jungkook yang malah memusatkan pandangan pada Taehyung dengan wajah datar ciri khasnya.

Kalau menurut Taehyung, dia tetap cantik dengan ekspresi seperti itu.

Dasar!

"Bagaimana denganmu, Jungkook?"

Yang dipanggil mengalihkan pandangan kemudian berkedip beberapa kali. Agaknya dia sedikit terkejut dan takut teman-temannya menyadari bahwa dia memperhatikan pemuda gagap di ujung meja sana. Meskipun sebetulnya tak ada yang menyadari itu—selain Kim Taehyung sendiri? Mungkin?
Namun pemuda itu juga tampaknya tak menganggapnya berarti.

Karena memang tatapan Jungkook tak berarti. Jungkook menatap Taehyung bukan karena apapun kok. Dia punya mata, memangnya salah?

"Teh jagung." Suara yang keluar dari mulutnya bahkan terdengar ketus, sementara dirinya kembali melirik Taehyung lewat ujung mata.

Dan tatapan itu kali ini ditangkap Taehyung sebagai tatapan ancaman. Maka dari itu Taehyung mengangguk patuh kemudian berlalu menuju kursinya sebelum suara ember berisi air yang jatuh ke lantai dengan keras menarik perhatiannya. Dia menoleh ke belakang, tepat di mana Bangchan dan teman-temannya saling menyalahkan satu sama lain atas insiden yang membuat lantai kelas sedikitnya menjadi basah seperti ini.

"Ya Tuhan, kalian pikir apa yang sedang kalian lakukan!"

"Bersihkan itu cepat!"

Kemudian Taehyung menatap seorang gadis yang memekik marah pada Bangchan, sebelum akhirnya memilih acuh dan membuka resleting ransel hitamnya dengan pergerakan yang lambat.

"Hey! Apakah kau keberatan membersihkan lantai ini untuk kami?" Bangchan berjalan menghampiri Taehyung, memegang pundaknya dengan kuat. "Ayolah tuan gagap, bantu kami. Aku basah kuyup begini, lihatlah!" Dia menunjuk pakaiannya sendiri dengan wajah memohon yang menurut Taehyung menyebalkan.

Belum sempat Taehyung membuka mulut, tubuhnya sudah ditarik oleh Bangchan menuju ke bagian pojok belakang ruangan itu.

"Aku tau kau akan melakukannya, kan, tuan gagap?" Pemuda tak beradab ini melemparkan lap bersih pada Taehyung yang beruntungnya dapat ditangkap oleh si penerima.

Keributan yang dibuat Bangchan terhenti ketika suara meja yang dipukul kuat terdengar.
Di sana mereka dapat melihat Jungkook si pelaku pemukul meja dan bangkit dari kursinya dengan wajah kesal yang begitu kentara.

"Hei! Apa yang kau lakukan?" Jungkook berbicara pada Taehyung. Bukan Bangchan yang kini diam-diam memutar tubuhnya agar tak beradu tatap dengan Jungkook.

"A-a-aku ..."

"Cepat beli minuman kami!" Dia mulai berjalan mendekat melihat gerak-gerik Bangchan yang akan melarikan diri. "Dan kau Bangchan! Kenapa kau memanggilnya dengan panggilan itu?"

Bangchan gelagapan, Jungkook tepat berada di hadapannya sekarang dengan kedua tangan yang dimasukan ke dalam saku celana dan tatapannya yang tajam sangat menunjukan bahwa dirinya kesal.

"Tapi ... kau dan teman-temanmu memanggilnya begitu."

"Ya, kami memanggilnya seperti itu, lalu ..." Jungkook mencengkeram kerah seragam sekolah Bangchan begitu kuat, sanggup membuat Bangchan berjinjit karena tinggi mereka yang berbeda. "... kau punya masalah dengan itu? Kau pikir aku mengizinkanmu memanggilnya dengan panggilan itu juga?"

"Maaf, Jungkook. Aku akan membersihkan lantainya." Dia semakin gelagapan, beruntung Jungkook mau melepaskan cengkraman itu, sehingga dia dapat berlari keluar untuk segera mengambil alat pembersih lantai.

Jungkook sendiri menghela napas, merotasikan matanya malas, lantas berbalik menghadap Taehyung yang masih mematung dengan kain putih di tangannya.
"Teh jagung!" Jungkook menyentaknya.

Yang disentak mengangguk dengan kaku. "Baiklah," katanya sembari mengeluarkan dompet dari dalam ransel.

Belum sempat Taehyung mengambil uang, bagian belakang tubuhnya lebih dulu ditepuk oleh Jungkook. Si cantik itu menyodorkan beberapa lembar uang kepada Taehyung, yang mana membuat Taehyung tak tahu harus berbuat apa selama beberapa detik.

"Ini terlalu banyak, Jungkook-ssi."

Jungkook merengut mendengarnya. "Dasar tidak peka! Beli juga es krim untukmu." Kemudian membanting dompetnya dengan kasar ke atas meja, hingga Taehyung tanpa sadar mengangkat bahunya terkejut.
"Cepatlah!"

"M-maaf, aku akan pergi sekarang."
Taehyung berlari dengan cepat keluar ruangan, menuju mesin minuman yang letaknya lumayan jauh dari gedung kelas.

Peluhnya menetes sesekali tapi dia tak berniat beristirahat barang sejenak. Sebab Taehyung teramat paham, Jungkook tak suka menunggu. Buktinya Jungkook hampir menonjok Bangchan karena pemuda itu menghambat Taehyung untuk membelikannya minuman.

Jungkook tampak begitu kuat dalam segala hal, dan sedikit egois.
Tapi entah mengapa Taehyung tetap tertarik.

Dengan napas yang tak beraturan dia memasukan uang-uang itu ke dalam mesin minuman dan sisanya ke dalam mesin es krim. Taehyung berjongkok sejenak sembari menunggu, dia mengatur napas.
Kemudian mengambil minuman dan es krim dari dalam mesin, tak lupa dengan beberapa koin kembalian.

Taehyung menatap koin-koin kembalian di telapak tangannya, perlahan senyum tipis mulai terbentuk. "Tak akan ku sia-siakan koin ini hanya untuk sebuah es krim."

•••

Setelah melemparkan tasnya begitu saja di atas kasur, Taehyung menggeledah lemari belajarnya, mengambil sebuah gelas kimia bulat berleher panjang yang biasa disebut labu florence yang sudah tak terpakai. Dengan telaten menggosok benda itu hingga mengkilap seperti baru.

Taehyung ingin menyimpan koin-koin itu didekat dirinya selamanya. Jujur, belum pernah ia merasakan hal seperti ini sebelumnya, menatap koin-koin kembalian di telapak tangannya dengan senyum yang merekah. Rasanya seperti orang yang tak waras.

Kemudian dia mengelus sisa-sisa pena yang kini telah memudar. Benar! Taehyung tak membiarkan telapak tangan kanannya terkena air sejak kemarin, karena enggan menghilangkan tulisan tangan Jungkook di sana.

Jejak dari pena itu memang cukup kejam, tapi juga mulia pada saat yang bersamaan. Sebab tulisan ini indah layaknya badai musim semi. Membuktikan bahwa efek samping seorang Jeon Jungkook memang luar biasa baginya.

"Jeon jungkook." Dia berkata lirih sambil memasukan koin-koin itu ke dalam gelas kimia, lalu memandanginya sembari tersenyum semakin lebar, Taehyung sungguhan bak orang gila.

Tapi tetap saja, apa artinya kenangan tanpa sebuah jepretan kamera, kan? Maka dia dengan gesit mengambil kameranya, memotret gelas kimia dengan koin di dalamnya yang tampak begitu mempesona.
Takkan Taehyung biarkan itu semua pudar termakan waktu. Jika suatu hari nanti dia tak lagi dapat melihat Jungkook, setidaknya Taehyung punya beberapa kenangan tentang pemuda itu sambil menekankan pada kepalanya sendiri bahwa masa SMA nya ia anggap berwarna karena kehadiran Jungkook di sampingnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

-02 September 2023-

feedback berupa vote dan komen akan sangat dihargai.

with lots of love, ayi.

pulchritude • tkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang