14. orang baru

649 58 4
                                    

"Aku baru saja selesai. Kau juga, Taehyung?"

"Iya, aku di depan gedung 6."

Seseorang memeluknya dari belakang selama beberapa detik sembari mengucapkan, "aku di sini!" dengan wajah ceria yang mencerahkan hati Taehyung kala melihatnya.

"Kau lapar, tidak?"

"Iya." Taehyung menjawab pertanyaannya kemudian membenarkan posisi tali ranselnya yang agak melenceng dari bahu karena pelukan dari orang tadi.

"Kalau begitu ayo pergi sekarang!"

Hari esok pasti datang, bahkan jika dunia tak berwarna.
Selama beberapa tahun yang hambar setelah hari kelulusan, semua yang Taehyung lakukan hanyalah tumbuh dewasa.

Tepat ketika Jungkook mendorongnya setelah si cantik itu secara tiba-tiba mencium dirinya pada hari kelulusan, ponsel Taehyung terhempas dari saku celana, masuk ke dalam saluran irigasi dengan begitu naasnya. Di detik itu pula Taehyung menyadari bahwa semuanya akan rumit, dia pun menyadari bahwa tidak ada alasan baginya untuk bertemu dengan Jungkook lagi, tidak setelah ciuman perpisahan yang menyakitkan itu.

Sebab menurutnya, Jungkook sungguh mengusirnya dengan ciuman itu.

"Taehyung! Kim Taehyung!"

Taehyung tersadar dari lamunannya ketika suara halus dari pemuda yang berjalan di sampingnya itu terdengar oleh indera pendengarannya.
"Maaf, aku tak mendengar."

Sang lawan bicara hanya tersenyum lebar.
"Tidak masalah. Apa yang sedang kau pikirkan?"

Pertanyaan darinya membuat Taehyung menggaruk tengkuknya asal. Karena tak mungkin dia mengatakan kalau dirinya tengah memikirkan seseorang yang begitu spesial di hatinya saat masa SMA.
"Aku sedang memikirkan akan makan malam apa hari ini." Taehyung mencari aman dengan memilih untuk mengatakan omong kosong pada pemuda itu.

"Kenapa kau begitu serius tentang hal seperti itu. Kau benar-benar orang yang menarik." Pemuda yang lebih pendek dari Taehyung ini tertawa. Memang tipikal manusia humoris yang dapat mencairkan suasana.

Taehyung sangat terbantu dengan adanya pemuda ini.

Tidak seperti saat SMA di mana dirinya seolah dikemas dalam sebuah kotak kecil, tidak bebas dan tidak memiliki keberanian untuk memilih teman. Di universitas, Taehyung bisa bertemu dengan orang yang dia suka. Berteman dan menjadi dekat dengan beberapa orang tanpa ada rasa canggung yang ganas.

"Bolehkah aku ke rumahmu hari ini, Taehyung?"

Taehyung menoleh. "Kenapa? Apakah orang tuamu mengirim banyak sayuran untukmu?"
Taehyung bahkan mampu melempar candaan seolah itu bukanlah hal yang menyulitkan untuk dia lakukan sebelumnya.

"Tepat sekali! Aku bermaksud berbagi. Ada banyak sekali hingga aku tak akan bisa memakannya. Karena kakak laki-lakiku hampir tak pernah ada di rumah."

"Dasar tukang alasan. Kalau sedikit pun, kau tetap tidak akan memakannya, kan?" Taehyung membalas ucapannya diiringi kekehan ringan setelahnya.

Taehyung sudah sejauh ini, hampir sepenuhnya berkat pemuda yang ada di sampingnya.
Dia, Park Jimin. Berkat dia, hinaan dan ejekan untuk Taehyung telah berhenti.

Satu tahun yang lalu, Taehyung melakukan sesuatu yang tidak pernah terpikirkan akan ia lakukan sebelumnya. Taehyung bergabung dengan klub fotografi di universitas.

Saat itu, Taehyung masih tidak bisa memperkenalkan dirinya lagi, seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya. Tapi, tepat saat dirinya merasa putus asa dan siap menerima ejekan dari manusia lain yang ada di ruangan itu, Jimin menenangkannya. Pemuda itu memegang punggung Taehyung dan mengelusnya sambil berkata, "tidak apa-apa, santai saja."

pulchritude • tkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang