26. belum terbiasa

679 53 8
                                    

'Aku menyukaimu'
Kata-kata yang sederhana. Tapi kata-kata itu masih selalu tersangkut di tenggorokannya. Sulit untuk mengatakannya dengan keras.

'Jungkook.'
Menyebut namanya saja sudah membuat jantung Taehyung berdegup kencang. Rasanya hampir terasa religius. Dia tidak keberatan mati saat terpesona oleh emosi yang manis ini. Dia baik-baik saja dengan hanya menjadi penonton dari drama yang ditampilkan semesta.
Seperti teh zaitun yang manis dan asam, rasanya seperti satu sentuhan saja akan membuat semuanya hancur.

Namun manusia itu makhluk serakah. Taehyung merasa dia salah, tolong maafkan dia, Tuhan. Karena telah berani menyentuh seorang dewa seperti Jungkook. Bertingkah bahwa hal itu adalah keberanian. Tapi tidak, Taehyung tidak apa-apa jika dirinya tidak dimaafkan. Sebab sebagai gantinya, dia bisa mendapatkan Jungkook untuk dirinya sendiri.

Taehyung tak mengerti.
Jadi tolong beritahu. Perasaan yang kontradiktif ini, apa namanya?

"Ini adalah sebuah keajaiban." Kalimat itu yang mampu dia ucapkan sejak matanya terbuka sekitar setengah jam yang lalu.
Matahari sudah cukup tinggi tapi Taehyung enggan beranjak. Terus memandang Jungkook yang masih terlelap di sampingnya.

Semuanya terasa tak masuk akal dalam sekejap. Taehyung mendengarkan Jungkook bercerita semalaman. Dia ada di titik terkejut ketika si cantik itu berkata perihal dia yang melihat Taehyung lebih dahulu pada saat sekolah menengah.
Sebab selama ini Taehyung pikir pertemuan mereka di dalam ruang kelas kala itu adalah yang pertama kalinya.

Tapi siapa yang menyangka.

Fakta bahwa Taehyung yang sibuk memotret bebek karet pagi itu telah menarik perhatian Jungkook yang berjalan seorang diri diliputi kesedihan.
Tapi sayangnya, Jungkook tak tahu bagaimana caranya menanggapi perasaan aneh itu. Sebab dia hanyalah seorang anak laki-laki yang bahagianya telah lama hilang. Dan sering kali terlintas di pikirannya. 'harusnya Mama tidak usah menikah lagi saja saat itu.'

"Kau kembali bersikap menjijikan."

"Whoa!!!" Taehyung otomatis mundur hingga jatuh dari ranjang ketika Jungkook secara tiba-tiba membuka matanya.
"T-tunggu. Apa Jungkook sudah bangun?"

Pertanyaan paling bodoh yang Jungkook dengar pagi ini. Apakah dia tidak lihat, huh?
"Selamat pagi," ucap Jungkook yang sibuk memakai pakaiannya sendiri satu persatu.
Sesekali dia mengerutkan keningnya ketika dirasa bahwa pinggangnya nyeri.

"Apakah Jungkook m-marah?"

"Kenapa aku marah?"

"Um, semalam, aku terlalu gigih."

Ucapannya itu, membuat wajah Jungkook memerah dalam sekejap mata. Jadi dia dengan cepat bertingkah seolah-oleh dia tengah memijat-mijat kedua pipinya untuk menutupi hal tersebut. Sial, ini memalukan untuk Jungkook.

Jungkook menutup seluruh wajahnya, namun hal itu tak membantu. Dia berbalik dan hendak turun dari ranjang untuk menghindari Taehyung setidaknya selama beberapa menit.
Tapi pemuda itu dengan cepat menahannya.

"Maaf, maaf, maaf!" Taehyung hampir seperti bersujud kepada Jungkook jika saja Jungkook tak kunjung berbalik kembali. "Jungkook begitu manis semalam, aku hanya ...."

Jungkook langsung mendorong dan mencengkeram kerah piyama yang Taehyung kenakan. "Teruskan saja ucapanmu, dan aku akan marah sungguhan padamu."

Taehyung berkedip-kedip mendengarnya. "Apa yang harus kulakukan? Sekarang aku ingin mati."

"Apa?" Jungkook mengernyit tak paham dengan ucapan pemuda itu.
Terlebih lagi ketika Taehyung secara mengejutkan tersenyum kecil sembari menatapnya.

"Jungkook sangat manis, aku ingin mati saja," lanjutnya dengan senyuman yang membuat Jungkook ingin memakinya dengan kuat.

pulchritude • tkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang