12. semanis permen kapas

650 61 13
                                    

Tindakannya membuat dia mendapatkan panggilan dari bimbingan konseling di sekolahnya. Taehyung memukuli Mingyu hingga anak itu babak belur. Dia diberi kesempatan dan sudah berjanji untuk tidak melakukan hal itu lagi.
Tapi sungguh, Taehyung sama sekali tak menyesal.

"Ini tidak seperti kau yang mendapat kekerasan, Taehyung. Harusnya bertindaklah lebih bijak. Tapi aku tahu, kau mencoba untuk membantu Jungkook, kan?"

Taehyung tak menjawab, dia diam dan menunduk. Namun akhirnya mengangguk pelan sambil menerima handuk yang disodorkan Pak Choi sebelum guru itu pergi.

Akhirnya dia pun ikut melangkah. Bergerak lesu menuju perpustakaan sembari membersihkan wajahnya yang kotor.
Taehyung tak berniat pergi ke kelas, tidak setelah kejadian yang luar biasa hebat sekaligus memuakkan dengan Mingyu tadi.

Taehyung mencoba membantu Jungkook?
Taehyung pikir Pak Choi salah mengenai itu. Dia tidak menyelamatkan atau membantu Jungkook. Justru sebaliknya, karena Jungkook lah dia bisa membantu dirinya sendiri. Karena sejak kecil, Taehyung seolah mengapung di air kotor, tak berani keluar namun tersiksa dengan keruh airnya.

Dia merasa berterima kasih, karena Jungkook dirinya memiliki keinginan untuk maju dan melawan. Meskipun rasanya udara seolah terhenti ketika dia melangkah.

Langkahnya terjeda, dari pintu masuk dia melihat Jungkook yang tengah tertidur dengan tangan yang menjadi bantalan di atas meja.
Taehyung tak memiliki rasa ragu untuk mendekat, angin sepoi-sepoi yang masuk lewat jendela terasa menemani dirinya untuk dapat terus melangkah—mendekati seseorang yang begitu dia puja-puja yang telah menerima perlakuan tak pantas hingga menggelapkan mata Taehyung kala melihatnya.

Taehyung menarik salah satu kursi, gerakannya begitu pelan dan halus sebab enggan membuat tidur sang raja terganggu 'lagi' karena dirinya.
Ia menatap wajah yang kelihatan resah itu.
"Jungkook..." Tangan kanannya bergerak hendak mengelus puncak kepala si cantik.

"Dasar penguntit."

Taehyung dengan reflek menarik kembali tangannya ketika manusia di depannya ini terbangun dari tidurnya.

Jungkook mengerutkan kening, wajahnya terlihat seperti orang yang tak nyaman. Dia mengusak-usak rambutnya sendiri.
"Mencucinya dengan sabun membuat rambutku terasa kasar dan berantakan," ucapnya kemudian diakhiri dengan dengusan malas.

Taehyung tersenyum. "Menurutku tidak begitu."

"Jika kau menyentuhkan maka kau akan tahu," balas Jungkook sambil memajukan tubuhnya dan membuat kepalanya menunduk untuk Taehyung.

Taehyung tak menyia-nyiakan ini, dia segera menyentuh rambut Jungkook penuh hati-hati.
Senyum bodoh terukir di wajahnya, Taehyung melupakan kegilaannya yang telah memukuli Mingyu dan terbuai dengan keindahan manusia di hadapannya saat ini.

Memang benar, Jungkook spesial untuknya.

"Rambutmu tetap indah dan...kau cantik."

"Kata-kata menyeramkan itu lagi." Jungkook menjawab dengan ketus, namun lain dengan tingkahnya, dia segera memalingkan wajahnya dan sedikit menutupi dengan telapak tangan agar Taehyung tak dapat melihat. Karena dia tengah bersemu saat ini.
Jungkook rasanya ingin merutuki diri.
Untuk apa dia bersemu seperti ini?

Dengan perasaan yang masih canggung, Jungkook berdehem agak keras. Dia mulai memberanikan diri lagi untuk mendongak dan berjanji untuk tidak bertingkah seperti seorang gadis yang tengah kasmaran seperti tadi.
"Kau tidak bawa kamera hari ini?" tanyanya pada Taehyung. Sialnya, pemuda itu ternyata masih menatap dirinya dengan begitu teliti.

"Tidak. Aku meninggalkannya di rumah, maaf."

"Berhenti meminta maaf."
Jungkook tak paham dengan Taehyung. Kenapa dia selalu meminta maaf akan hal yang bukan kesalahannya.
Tak ada yang salah, jadi kenapa terus-menerus mengucapkan kata itu. Jujur saja, Jungkook heran dan geram.

pulchritude • tkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang