Matahari menunjukan dirinya. Warnanya menyilaukan namun secara bersamaan juga mengagumkan. Angin pagi yang berlalu lalang seolah bersenandung, hingga membuat Taehyung begitu betah duduk seorang diri di teras belakang rumah dengan teh hangat dalam mug.
Begitu lincah matanya menelisik sebuah figura cantik yang membingkai sebuah foto bulan—yang kala itu sempat menjadi bahan cekcok antara dua temannya di klub fotografi.
Taehyung hanya diam, mencoba mencari kesalahan di foto ini. Hingga suara derap langkah kaki mengganggu fokusnya.
Taehyung menoleh untuk menemukan Jungkook yang berjalan gontai ke arahnya. Diam-diam wajah Taehyung memerah senang melihat tanda-tanda cinta yang dibuatnya di tulang selangka milik si cantik."Ini masih pagi sekali. Jungkook harus tidur lebih lama. Pemotretan hari ini akan dilakukan malam hari, kan?"
Jungkook mengangguk menanggapi perkataannya. Sekilas melirik mug putih di samping Taehyung. Teh hangat—biasanya Taehyung selalu memintanya untuk membuatkan itu di pagi hari. Tidak sering, tapi selalu dilakukan oleh Jungkook. Tapi kali ini, dia melihat teh itu dan menyadari bahwa Taehyung membuatnya sendiri entah mengapa membuat Jungkook ingin tersenyum. Jelas sekali Taehyung tak ingin mengusik tidurnya pagi ini.
Tapi justru Jungkook memutuskan untuk beranjak dari kasur ketika tak menemukan Taehyung di sampingnya. Jungkook tahu, Taehyung jelas sekali hanya tertidur beberapa jam, tak se-lama hari-hari biasanya. Entah apa yang membuat pemuda itu bangun sepagi ini ketika biasanya dia yang selalu terlambat bangun daripada Jungkook.
"Aku bertindak berlebihan kemarin di kafe. Aku bertingkah sedikit aneh." Jungkook mendudukkan dirinya pada sebuah kursi kayu yang memiliki pahatan jadul. Sekali lagi membuktikan bahwa rumah besar ini memang benar-benar milik Kakek si pemuda Kim.
Taehyung sendiri mengernyit. "Huh?" Rautnya tampak tak mengerti.
"Aku merasa kalau aku aneh jika menyangkut tentangmu."
"O-oh, Jungkook ...." Taehyung tak mampu berbicara. Kedua matanya tak henti menatap sang kekasih yang kini mengambil alih figura yang ia pegang sejak tadi.
"Bulan purnama?" tanyanya spontan setelah melihat foto tersebut. Jungkook memandang benda itu dengan minat, mengelus-elus permukaannya tanpa alasan.
Taehyung tersenyum. Binar di mata Jungkook adalah sebuah keajaiban. Bagaimana dua pasang mata manusia dapat memantulkan indahnya alam semesta?
"Tidak, Jungkook. Itu adalah bulan di malam ke-14.""Malam ke-14?"
Taehyung mengangguk. "Tepat sebelum bulan purnama muncul."
Setelah mendengar penjelasan singkat itu, Jungkook kembali memperhatikan sang bulan dalam foto tersebut.
"Wow." Bibirnya menggumamkan kekaguman akan hal ini. Dengan senyum tipis, Jungkook mengembalikan figura itu kepada Taehyung.
Dia bangkit dari kursi, berjalan menuju pohon zaitun manis dengan sandal jepit rumah yang tampak begitu manis dikenakan olehnya.Taehyung tak ingat kapan dia merasa tak terpesona ketika melihat Jungkook dengan segala keelokan yang dimilikinya. Dia selalu terpikat dan selalu ingin mengabadikan indahnya Jungkook dalam sebuah jepretan.
"Aku menyukainya, aku menyukainya. Dan sangat menyukainya, tidak pernah merasa cukup, seperti bulan di malam ke-14. Ini mungkin akan terus berlanjut, dan selamanya akan menyakiti hatiku dengan cara yang paling cantik."
Tersenyum bagai makhluk Tuhan yang tak waras. Tangannya menggapai kamera tanpa melepaskan tatapannya untuk Jungkook yang berdiri di depan sana.
Kamera sudah berhadapan dengan wajahnya. Sebelum pergerakannya terhenti karena suara lembut pujaan hatinya."Apa yang kau pikirkan sekarang?" tanya Jungkook sembari menoleh ke belakang dan menyadari bahwa Taehyung baru saja akan memotretnya.
"Jungkook mengajariku hal-hal yang tidak pernah kuketahui tentang diriku sendiri." Taehyung menunjukan senyumannya. Merasa teramat bahagia. Dia berterima kasih kepada Tuhan atas segalanya. Atas Jungkook yang dikirimkan kepadanya. Atas bahagia yang dilaluinya bersama Jungkook kemarin, hari ini, maupun esok. Terima kasih, Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
pulchritude • tk
Teen FictionTaehyung berada di kasta terbawah di kelasnya, berusaha agar tetap tak terlihat di sekolah. Dia tidak pernah ingin membuka mulutnya, takut ketahuan bahwa ia berbicara gagap di depan teman-temannya. Taehyung lebih memilih melihat dunia melalui lensa...