Taehyung keluar dari tempat itu, beruntungnya dia tak terlalu mabuk.
Ini sudah larut sekali, siapa sangka dia mampu bertahan di tempat itu dalam waktu yang cukup lama seperti ini?Kepalanya sedikit pening, bukan karena pengaruh alkohol tapi karena matanya terus-menerus melihat tindakan Jaehyun yang diberikan kepada Jungkook.
Mereka serasi, dan Taehyung rasanya ingin memaki.
Dia cemburu? Tentu. Meneriakkan 'bajingan' di dalam hati rasanya tak memuaskan.Dia duduk di salah satu kursi kayu di depan restoran tersebut. Mengambil napas dalam-dalam sembari memejamkan matanya beberapa kali.
Taehyung tak pernah minum sebanyak ini sebelumnya. Tapi sungguh, sebenarnya jauh lebih baik jika dia hanya minum seorang diri tanpa teman daripada harus menyaksikan pemandangan yang membuat dadanya se-sesak ini.Pintu restoran kembali terbuka. Jungkook keluar dari sana dengan keadaan sempoyongan.
"Kau pergi?" Mata bulat yang kini sayu itu menatap Taehyung yang hanya duduk diam di sebuah kursi."A-apa?"
Jungkook berdecak, Taehyung tetaplah Taehyung yang menjengkelkan jika tengah ia libatkan dalam suatu pembicaraan.
"Aku bertanya apakah kau akan pergi?" Jungkook memperjelas kemudian menyenderkan tubuhnya di dekat pintu masuk restoran."A-aku, itu—aku ..."
Jungkook makin kesal mendengarnya. "Astaga, kau semakin menyebalkan!" Kemudian dia melangkah pergi dengan tubuh yang oleng ke kanan dan ke kiri. Dia kesal, kenapa Taehyung tak berubah juga? Apakah masih sesulit itu baginya untuk berbicara dengan dirinya? Apakah dia membuat Taehyung tak nyaman? Apakah dia menghambat Taehyung?
Sial. Memikirkannya membuat Jungkook makin pening.
Melihat Jungkook yang sempoyongan, Taehyung otomatis berdiri dan mengejar.
"Kau mabuk," ucap Taehyung yang kini meraih lengan Jungkook sebab anak itu hampir terjatuh karena tersandung kakinya sendiri."Aku tidak mabuk!"
"O-oh, tapi apakah kau baik-baik saja?"
"Ya!"
"Kalau begitu minggir ke sini, kau harus tetap berada di atas trotoar."
Jungkook mengerutkan keningnya tak suka ketika Taehyung memaksa menarik dirinya untuk naik ke trotoar. "Manjauhlah! Lepaskan aku!" Dia menghempaskan tangan Taehyung yang bertengger apik di lengannya.
•••
Keduanya berhenti tepat di taman kota yang sudah cukup sepi karena waktu sudah larut malam. Siapa orang yang akan duduk bersantai di jam-jam segini—selain dua insan yang satu ini?
Namun, kini Jungkook seorang diri. Duduk di kursi taman sembari memejamkan matanya yang berat karena mabuk.
Dia menunggu Taehyung, pemuda itu bilang akan pergi sebentar dan meminta Jungkook menunggu.
Tapi, kenapa Jungkook sudi menunggunya? Kenapa Jungkook mau? Harusnya ia pulang saja sekarang. Tak peduli dengan Taehyung yang mungkin saja sedang dalam perjalanan meninggalkan dirinya seorang diri di sini dengan berkedok pergi sebentar.Jungkook juga tak paham.
Apa yang membuatnya menunggu pemuda itu hingga kini?Namun Taehyung ternyata tetap datang kembali, dengan kantong plastik putih di kedua tangannya. Taehyung tampak berlari menyebrang dan menghampiri Jungkook yang keadaannya sudah sedikit lebih baik daripada beberapa saat yang lalu.
"Maaf karena membuatmu menunggu lama. Aku mengantre untuk mendapatkan minuman ini."
Jungkook membuka matanya perlahan, mengamati isi dari kantong plastik itu kemudian mendongak untuk menaruh tatap pada Taehyung.
"Aku tidak ingin yang itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
pulchritude • tk
Teen FictionTaehyung berada di kasta terbawah di kelasnya, berusaha agar tetap tak terlihat di sekolah. Dia tidak pernah ingin membuka mulutnya, takut ketahuan bahwa ia berbicara gagap di depan teman-temannya. Taehyung lebih memilih melihat dunia melalui lensa...