30. penyelesaiannya

560 55 9
                                    

Jungkook membuka pintu rumah Taehyung dengan kasar sementara sang pemilik kebingungan namun pada saat yang bersamaan ketakutan. Mereka memutuskan untuk pulang. Ah tidak, Jungkook yang membuat keputusan itu dengan alasan yang tak juga dimengerti oleh Taehyung.

Sepanjang perjalanan ke rumah, Jungkook hanya diam. Pun Taehyung tak berani membuka percakapan, hanya terus mengayuh sepedanya dan sesekali memastikan Jungkook tetap memegang pakaiannya karena anak itu kali ini tidak memeluk pinggang Taehyung seperti yang selalu dia lakukan jika mereka berboncengan.

Taehyung menutup pintu rumah dengan napas yang memburu karena lelah.
"Tunggu, Jungkook." Dia harus bicara, meskipun tak tahu akan mulai dari mana. Jungkook yang marah seperti ini bukan sekali dua kali dia saksikan selama keduanya tinggal bersama di rumah ini. Jadi, Taehyung harap kali ini dia dapat mengerti. Ya, dia harap.

Sementara Jungkook bersikap abai. Masuk ke dalam kamar begitu saja. Dia tak mau dengar apapun dari mulut Taehyung untuk saat ini. Sebab demi Tuhan, dia pun tengah belajar untuk dapat membicarakan segala sesuatu semacam ini dengan kepala dingin. Dia ingin tenang sebelum membahas masalah hubungan mereka, jadi kecil kemungkinan dia untuk bertindak gegabah.

"Jungkook."

Dalam diamnya, Jungkook melepas cardigan berwarna putih tulang yang melekat apik di tubuhnya. Menggantungkan itu pada hanger kayu, menyisakan loose pants mocca serta atasan rajut putih yang tak terlalu tebal.
Telinganya panas karena Taehyung terus menerus memanggil namanya.

"J-jungkook."

"Apa?" Dia berbalik. Menatap Taehyung jengah. Sebenarnya, Jungkook merasa percuma memberi dia kesempatan untuk berbicara karena Taehyung hanya akan membicarakan hal-hal yang tak termasuk ke dalam masalah alias dia tak mengerti di mana titik masalahnya.

"Umm."

"Apa?!" Jungkook menggertaknya. Yang sebenarnya adalah hal yang tak mau dia lakukan kepada Taehyung. Sedikit Jungkook bertanya dalam hati dan pikirannya—tidak bisakah Taehyung mengerti dirinya?

"M-maaf."

"Maaf tentang apa?"

"Karena sudah merasa bahwa aku berada di tempat yang tidak seharusnya dan membuat suasana hati semua orang menjadi buruk karena kabur."

Jungkook menggelengkan kepalanya sembari memejamkan mata.
"Kau tidak berada di tempat yang salah." Dia duduk di kursi di depan meja rias untuk melepas converse dan kaus kakinya.

"Kalau begitu, maafkan aku karena bertingkah aneh dan membuat wanita itu marah."

Kegiatannya terhenti. Jungkook mengernyit. "Apa?" Dia menatap Taehyung tak habis pikir. Jungkook tahu akan seperti ini pembicaraan mereka, tapi rasa emosi dalam dirinya tak pernah berbeda dengan sebelumnya setiap mendengarkan ungkapan rasa bersalah atau lebih tepatnya omong kosong dari Taehyung yang sebetulnya Jungkook sama sekali tak peduli dengan hal itu. Sebab bukan di situ akar permasalahannya.

"Di depan kamar mandi, dia berkata bahwa orang-orang mengiraku tidak sopan," ucap Taehyung pelan dan menunduk untuk menatap Jungkook yang masih terduduk.

"Siapa yang peduli jika dia marah?" Jungkook kembali melanjutkan aktivitasnya—melepas converse sembari mendengus. Kenapa Taehyung justru lebih memikirkan tentang kemarahan Eunbi daripada dirinya? Hal ini membuat Jungkook semakin panas hati.

Jungkook bangkit setelah menyingkirkan sepatunya bersamaan dengan decihan dari mulutnya.
"Kemarilah." Dia menarik Taehyung mendekat dengan agak kuat.
Kedua tangannya mulai meraba-raba tubuh Taehyung dengan kasar seperti berusaha untuk mencari sesuatu. Namun Jungkook kesulitan menemukannya.

pulchritude • tkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang