"Maukah kalian semua mendengar ceritaku?"
Di sini Jungkook, di ruang latihan untuk berlatih setelah melalui hari memuakkan kemarin."Eh tunggu, Jungkook! Kau masuk dari sana dan ucapkan dialogmu kembali. Maafkan aku."
Jungkook mengangguk, memposisikan diri di tempat yang dimaksud oleh Kak Seojoon. Ia mengelap keringat tipis di dahinya, pendingin ruangan sedang rusak, itu sebabnya udara di dalam sini agak panas.
"Konsentrasi"
"Baik, mulai!"
"Maukah kalian semua mendengar ceritaku?" Jungkook berjalan sembari mengucapkan dialognya, bersamaan dengan pintu ruangan yang dibuka oleh salah satu orang yang masuk dalam daftar orang menyebalkan menurut Jungkook.
"Tentu saja kami mau."
"Maaf! Berhenti. Mari kita istirahat." Kak Seojoon yang menyadari kehadiran adiknya lantas bangkit dari kursi.
"Kau juga tampak kehilangan konsentrasi, Jungkook. Beristirahatlah dan lihat kembali dialogmu. Kita akan melanjutkan dari bagian terakhir saja." Dia menghampiri saudara laki-laki sedarahnya itu.Jungkook melirik pemuda itu—Park Jimin.
Dia terlihat memberikan sesuatu kepada Kak Seojoon. Entah apa itu, tapi Jungkook merasa marah melihat kehadirannya, jadi dia segera pergi ke ruang istirahat dengan cepat."Terima kasih telah datang. Bagaimana demammu, Jimin?"
"Aku baik-baik saja sekarang, Taehyung merawatku dengan baik."
"Begitukah? Terima kasih sudah sembuh, dan tolong ucapkan terima kasih untuk Taehyung juga. Aku minta maaf tak bisa menemanimu."
"Aku mengerti, tuan sibuk."
Kedua adik kakak itu tertawa bersama setelahnya.
"Omong-omong, Jimin. Apakah kau ada waktu luang hari Senin? Salah satu stafku mengambil cuti mulai besok hingga minggu depan, aku ingin meminta tolong padamu untuk menggantikan posisinya sementara, kau hanya perlu mengatur cahaya untuk para aktor. Jika kau tidak keberatan."
"Aku mungkin bisa."
"Sungguh?!"
"Ya."
"Terima kasih, kau sangat membantu. Aku berikan tiket makan dan nonton film untukmu setelahnya."
Setelah Kak Seojoon pergi, Jimin yang melihat Jungkook masuk ke salah satu ruangan beberapa saat lalu akhirnya bergerak menuju ruangan tersebut. Dia masuk ke sana dan menemukan Jungkook yang tengah duduk sembari membaca naskah dan dialog begitu fokus.
"Jungkook-ssi."
Jungkook menoleh, mendapati Jimin berdiri di dekat pintu sembari menatapnya dengan begitu aneh. Pemuda itu kemudian melipat kedua tangannya di dada, bersandar pada pintu ruangan.
"Kau tahu, kan? Aku mengatakan pada Taehyung bahwa aku mencintainya."
Jungkook mengerutkan alisnya, kenapa manusia satu ini harus membahasnya sekarang? Ingin mengacaukan fokus Jungkook yang memang sudah berantakan, kah?
"Itu bukan urusanku jika kalian berdua ... memiliki hubungan." Jungkook kembali membaca dialognya, mencoba mengabaikan eksistensi manusia lain di dalam ruangan itu.Tapi sialnya, Park Jimin itu lebih menyebalkan daripada dugaannya. Dia dengan santai bergerak mendekat ke arah Jungkook.
"Taehyung benar-benar bimbang, tapi anehnya dia masih bisa keras kepala. Benar-benar pemuda egois, kan?" Kini anak itu sudah berada di hadapan Jungkook.
Tingkahnya seolah tak mau diabaikan.Jungkook kesal sekali dengannya.
Namun Jungkook lebih kesal dengan kalimat terakhir yang keluar dari mulut Jimin.
Jungkook mungkin pernah mengatakan hal yang sama, tapi pemuda ini. Siapa dirinya hingga berani mengatakan hal seperti itu terhadap Taehyung?
Jungkook merasa marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
pulchritude • tk
Novela JuvenilTaehyung berada di kasta terbawah di kelasnya, berusaha agar tetap tak terlihat di sekolah. Dia tidak pernah ingin membuka mulutnya, takut ketahuan bahwa ia berbicara gagap di depan teman-temannya. Taehyung lebih memilih melihat dunia melalui lensa...