15. jumpa lagi

663 58 3
                                    

Masih di hari yang sama, malam harinya, Jimin mengajak Taehyung pergi ke sebuah kafe untuk minum kopi dan makan makanan ringan. Taehyung hanya menurut, meskipun sebetulnya dia lelah setelah hampir seharian berada di luar rumah.

"Jadi, ini tempatnya?"

"Eum." Jimin mengangguk kemudian menarik Taehyung masuk dengan begitu antusias.
"Tempatnya bagus kan? Kakakku memohon padaku untuk datang melihatnya. Kau harus tahu kalau seluruh sudut di dalam sini adalah panggung, pelanggan dapat menonton pertunjukan drama di sini."

"Sungguh?" Taehyung menatap sekeliling, lumayan takjub dengan penjelasan Jimin.
Ini tak biasa untuknya.

Suara pecahan gelas terdengar begitu nyaring diikuti ucapan bernada tinggi dari seorang pelayan kafe. "Bekerja di tempat ini menyebalkan!"

"Tenanglah!"

"Kau tidak pernah mendengarkan apa yang kukatakan, sialan!"

Jimin memandang orang-orang yang beradu argumen itu dengan tatapan minat.
"Mereka pasti aktor-aktor di sini. Sepertinya dramanya sudah dimulai," ucapnya pada Taehyung yang sedikit terkejut karena mengira itu perkelahian sungguhan. Dia tak pernah tahu bahwa ada pertunjukan drama yang seperti ini.

Di detik berikutnya, sebuah tirai yang terpasang di pintu masuk terbuka menampilkan seorang pemuda—yang sepertinya salah satu aktor juga—berjalan menunduk dengan topi di kepalanya.

Taehyung terus memperhatikan, dia punya firasat ketika melihat fisik dari orang itu dari tempatnya duduk bersama Jimin.
Taehyung merasa tak asing, namun terlalu enggan untuk menerka-nerka wajah seperti apa yang ada di balik topi hitam itu.

Tepat ketika pemuda itu melepas topinya, dia menatap Taehyung tepat di matanya. Mereka bertatapan cukup lama.
Hati Taehyung seperti akan meledak karenanya, tangannya mencengkeram, dan lututnya yang gemetaran.

Apa yang harus Taehyung lakukan?
Badai emosi muncul dari dalam dirinya.

Pemuda itu kemudian mengalihkan pandangan, menatap para pelayan yang tadi berdebat satu sama lain. "Apakah ada masalah? Kalian tahu ini bukan hari untuk mendebatkan hal-hal tak penting seperti ini."

Drama terus berlanjut dan Taehyung tak pernah melepaskan tatapannya dari salah satu aktor di antara aktor-aktor itu.
Gravitasi halusinasi menariknya untuk kembali jatuh dan tak berdaya selama beberapa waktu. Tapi Taehyung tak mau sadar, dia seolah terhipnotis oleh satu orang itu.

•••

"Apakah kejutanku berhasil?" tanya Jimin pada Taehyung. Mereka baru saja selesai menghabiskan secangkir kopi dan makanan ringan di sana.

Taehyung bagai orang yang mabuk, dia linglung dalam langkahnya yang terus mengikuti Jimin. "Apa?" tanyanya saat mencoba untuk menyadarkan diri.

"Kau penggemar Jeon Jungkook, kan? Aku berpikir untuk mengajakmu kemari agar kau dapat melihatnya memainkan peran dalam drama singkatnya di sini."

Taehyung mendengar apa yang Jimin katakan, tapi dia kacau sekarang. Taehyung tak tahu bahwa garis takdir sebegini rumit mempermainkannya.
Dalam sekejap, semua usaha Taehyung selama ini yang telah dia bangun dengan susah payah untuk melupakan Jeon Jungkook hancur tanpa sisa.

Namun, Taehyung juga merasa bahagia.

"Oh iya! Biar aku perkenalkan, Ini Kakak laki-lakiku, Park Seojoon. Dia direktur pertunjukan. Aku baru sadar kalau aku belum pernah mengenalkan dia kepadamu secara spesifik."

pulchritude • tkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang