39. reaksinya

229 36 3
                                    

Taehyung segera menyiapkan makanan ketika Jungkook memberitahunya lewat pesan bahwa dia akan sampai di rumah pukul lima sore. Jungkook bilang dia menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat dari yang diperkirakan, jadi Kak Hoseok—manajernya—mengizinkannya untuk pulang.

"Aku pulang!" Jungkook masuk dengan wajah sumringah. Dia menanti kabar baik dari Taehyung soal kontes foto yang Taehyung ikuti. Jungkook berlari kecil ke arah dapur untuk menghampiri Taehyung yang pastinya sedang memasak untuknya.
Bicara soal masak, sepertinya Jungkook tidak mau coba-coba lagi jika tak ada Taehyung. Terakhir kali sangat buruk, rasa masakannya seperti sampah.

"Selamat datang kembali."

Jungkook melihat Taehyung membawa nampan berisi olahan ayam yang Jungkook suka. Kemudian matanya menatap meja makan yang hampir penuh dengan berbagai macam hidangan lezat buatan Taehyung sendiri.
"Banyak sekali. Mejanya penuh," ucap Jungkook kemudian tertawa kecil. Dia benar-benar tampak bahagia hari ini.

Tawa itu justru membuat Taehyung semakin ketakutan. Jungkook jelas dalam kondisi hati yang teramat bagus, juga pasti anak itu berharap besar padanya. Dan dia gagal dengan mudahnya.
Taehyung tak sanggup melihat Jungkook memasang wajah kecewa setelah ia beritahu hasilnya. Kalau begitu Taehyung takkan memberitahu Jungkook.
Benar, lebih baik dia diam saja.

"Oh, b-benarkah?" Taehyung tak mampu sama sekali untuk menatap wajah kekasihnya itu setelahnya. Dia hanya terus menata makanan di atas meja sambil menghindari kedua manik bulat Jungkook yang berbinar seperti mencoba untuk menangkapnya sedari tadi.

"Eum, kau memasak terlalu banyak."

"Ini normal."

"Ini tidak normal," balas Jungkook sembari melepas jaket kulit yang melekat di tubuhnya. Dia memperhatikan Taehyung yang pergi lagi untuk mengambil menu lainnya dari atas penggorengan.

Kroket udang kesukaan Jungkook yang Taehyung taruh di atas meja rasanya tak lagi spesial untuk saat ini. Jungkook masa bodo, dia hanya menatap Taehyung dengan binar penasaran yang ditambahkan dengan senyuman manisnya.

"Oke, ayo makan—"

"Mereka sudah diumumkan, ya? Hasil Young Photo Graphica itu keluar hari ini, kan?" Dia memotong ucapan Taehyung, mengambil jatah bicara dengan begitu semangat.
Namun senyum di wajahnya perlahan memudar ketika ia temukan reaksi Taehyung yang tak bersahabat. Tapi Jungkook segera memasang senyum baru sembari berusaha membuat Taehyung membalas tatapannya. "Taehyung, hey—"

"Ini adalah hidangan ayam yang Jungkook sukai. Dan ini kroket udang, udangnya masih segar sebelum aku—"

"Hasilnya tidak bagus, ya?" potong Jungkook. Senyum di wajahnya sama sekali tidak luntur kali ini. Dia akhirnya mengerti mengapa Taehyung tampak berbeda sejak tadi. Biasanya pemuda itu akan tersenyum lebar menyambutnya pulang. Tapi kali ini, kekasihnya itu tampak murung dan menghindari tatapan matanya sejak kepulangan Jungkook ke sini.
Jungkook sepenuhnya paham.

"Maaf Jungkook, sebagai gantinya aku akan berusaha mendapatkan SIM. Aku akan segera mendapatkan pekerjaan paruh waktu. Jadi, um ...." Taehyung menatap takut ke arah Jungkook. Kedua tangannya menyatu membuat gestur memohon. Taehyung jelas tidak mau Jungkook meninggalkannya karena hal ini.

"Itu tidak apa-apa, Taehyung. Kau hanya perlu mencoba lagi lain kali."

Taehyung terdiam. Respon Jungkook jauh dari dugaannya pagi tadi. Jauh dari seram yang Taehyung bayangkan sejak pagi.
Jungkook di hadapannya duduk sembari memasang senyum paling manis yang ia punya.
"J-jungkook tidak marah?"

"Kenapa aku harus marah?"

"Maksudku, aku tidak memenuhi harapan Jungkook. Jungkook ingin aku menang dan menjadi profesional." Taehyung menunduk, menatap kedua tangannya yang saling bertaut di atas pangkuan. Tidak ada lagi keringat gugup di telapak tangannya. Rasanya, itu menghilang begitu saja dalam sekejap mata.
Dia dilingkupi oleh perasaan hangat setelah menyaksikan bagaimana Jungkook menanggapi kegagalannya seolah itu bukanlah hal yang merepotkan.

pulchritude • tkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang