Akhir pekan bukanlah waktu yang biasa Taehyung habiskan untuk berbincang-bincang asyik dengan segelintir teman di suatu tempat. Tentu saja karena dia tak punya orang yang bisa disebut sebagai teman.
Taehyung menuntaskan akhir pekan dengan berjalan-jalan seorang diri, memotret, memotret dan memotret apapun yang menurutnya pantas untuk diabadikan, kecuali manusia.
Tak pernah ada manusia yang ia potret menggunakan kameranya selama ini, bahkan kedua orang tuanya.Dia hanya merasa cukup hambar untuk melakukan itu. Taehyung tak menemukan ada yang menarik dari menjadikan manusia sebagai subjek untuk ia jepret keberadaannya dengan sebuah kamera.
Hidupnya seolah berpusat pada kamera semenjak ia kecil. Kemudian perlahan-lahan Taehyung dapat merasakan pandangannya tentang dunia sudah sedikit berubah. Alat itu menjadi kacamata tersendiri bagi Taehyung untuk melihat dunia yang baginya menyeramkan.
"Jungkook?"
Posisi kamera yang semula sejajar dengan wajahnya kini menurun sebagai bentuk refleknya. Melihat Jungkook dengan setelan pakaian serba hitam dengan ransel dan boots berwarna serupa berjalan agak terburu-buru. Taehyung tanpa pikir panjang mengikutinya, bermodalkan rasa penasaran tentang apa yang Jungkook lakukan di sini? Apakah rumahnya di sekitar sini?
Taehyung tahu apa dia lakukan ini cukup menyeramkan, mengikuti pemuda itu seperti seorang penguntit tapi sungguh maksudnya bukan seperti itu. Dia hanya terlalu penasaran, dan rasa penasaran ini membawanya ke dalam sebuah studio.
"Halo! Apakah kau di sini untuk mengikuti kelas?"
Taehyung mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali karena terkejut dengan sapaan yang tiba-tiba datang padanya.
"Tidak ...""Kelas tari kami menawarkan hip-hop, jazz dan juga K-Pop. Apakah kau ingin mencobanya?"
Taehyung tak menjawabnya kali ini, ia mengamati sekitar dengan kernyitan di dahinya.
"Studio tari?" Dia bergumam sembari berjalan mendekat pada sebuah ruangan besar yang dindingnya terbuat dari bahan kaca hingga apa yang ada di dalam dapat terlihat dari luar.Maka di detik berikutnya Taehyung mulai menganga ketika musik diputar dan dia melihat Jungkook melakukan gerakan-gerakan yang Taehyung sama sekali tak mengerti, tapi itu tampak mengesankan saat Jungkook yang melakukannya.
Dia benar-benar berbeda dari Jungkook yang biasa Taehyung lihat di sekolah. Taehyung sungguh tak bisa mengalihkan pandangannya dari Jungkook selama hampir lima belas menit.
"Baik, waktunya istirahat."
Musik berhenti, Taehyung reflek bertepuk tangan saat menyadarinya. Mulutnya mengeluarkan reaksi kagum terus-menerus membuat staf wanita studio ini tertawa karenanya.
Sedang menikmati pemandangan cantik di mana Jungkook meminum habis air mineral dalam botol itu dengan keringat tipis di dahinya, seketika Taehyung menjadi panik saat Jungkook menyadari kehadirannya.
Pemuda itu tampak mengernyit heran dengan tatapan bertanya-tanya menemukan Taehyung di dalam sana sebelum beberapa detik kemudian Taehyung gelagapan dan keluar dari studio itu.
Awalnya Jungkook pikir pemuda itu pergi, namun nyatanya ketika Jungkook menyelesaikan kelas tarinya, Jungkook melihat Taehyung sedang duduk di depan studio itu dengan plastik putih di tangannya.
Lalu dengan gagap mengatakan bahwa dia menunggu Jungkook.Dengan perasaan kesal dan jengkel karena merasa dikuntit, Jungkook berlalu begitu saja. Namun sayang, pemuda gagap itu malah masih mengikutinya dengan permintaan maaf yang terputus-putus keluar dari mulutnya.
Setelah lima menit berjalan, Jungkook berbalik dan dengan marah melemparkan sebuah handuk kecil pada Taehyung. "Apa yang kau lakukan di sana?" Kemudian kembali berjalan dengan mata bulatnya yang bergerak ke sana kemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
pulchritude • tk
Novela JuvenilTaehyung berada di kasta terbawah di kelasnya, berusaha agar tetap tak terlihat di sekolah. Dia tidak pernah ingin membuka mulutnya, takut ketahuan bahwa ia berbicara gagap di depan teman-temannya. Taehyung lebih memilih melihat dunia melalui lensa...