50. a shining star

142 29 7
                                    

Rumah besar itu sunyi. Malam menyelimuti setiap sudut ruang dengan ketenangan yang hampir menyeramkan. Lampu-lampu menyala di beberapa bagian rumah, memberikan kesan hangat namun tak mengurangi kesunyian yang melingkupi.

Di ruang keluarga, Taehyung duduk di sofa besar berlapis kain beludru. Ia baru saja selesai memotong kukunya, jarinya masih sibuk merapikan sisa-sisa yang mungkin terlewat. Wajahnya tenang, matanya sesekali melirik jam dinding di sudut ruangan. Ia tahu Jungkook pasti segera pulang.

Suara pintu yang berdecit membuat Taehyung sedikit mengangkat kepala. Jungkook masuk, wajahnya terlihat lelah, seperti membawa beban berat dari dunia luar. Jaket panjang yang ia kenakan sedikit kusut, dan rambutnya terlihat berantakan meski ia masih tampak menawan seperti biasanya.

"Aku pulang," kata Jungkook, suaranya pelan, hampir tanpa intonasi. Ia berjalan masuk tanpa menoleh ke arah Taehyung.

"Selamat datang," balas Taehyung cepat, sedikit terkejut melihat Jungkook yang bahkan tidak meliriknya.

Jungkook hanya mengangguk kecil, lalu berjalan melewatinya, menuju tangga yang mengarah ke lantai atas. Ada sesuatu yang terasa berbeda. Taehyung memperhatikan punggung Jungkook yang tampak berat, seolah ia sedang memikul beban yang tak terlihat.

"Apakah syuting variety show dalam penundaan sekarang?" tanya Taehyung tiba-tiba, memecah keheningan.

Jungkook menghentikan langkahnya di anak tangga pertama. Ia menghela napas panjang sebelum menjawab, "Situasinya tidak baik bagi Kak Jieun untuk tampil di depan umum."

Ia melepas coat panjang yang tadi melindunginya dari udara dingin di luar, lalu duduk di anak tangga dengan tubuh sedikit membungkuk.

"Semuanya menjadi seserius itu, ya?" tanya Taehyung, menatap lantai ruang keluarga sambil mencoba mencerna keadaan.

Jungkook mengangguk. "Dia juga kehilangan kontrak komersial dan peran utama dalam sebuah film."

Taehyung menarik napas panjang, menatap langit-langit sejenak. "Benar saja, ternyata jadi seperti ini." Ia tidak pernah membayangkan situasi akan serumit ini untuk Jieun.

"Bayangkan," Jungkook melanjutkan, wajahnya serius, matanya menatap kosong ke lantai. "Dia akan kehilangan cinta dan pekerjaannya di saat bersamaan." Jemarinya saling bertaut, tanda ia benar-benar memikirkan hal ini. "Itu sama saja seperti kau menghadapi bencana, dikeluarkan dari perguruan tinggimu, dipecat oleh Min Yoongi, dan dicampakkan olehku secara bersamaan."

Kalimat itu membuat Taehyung menoleh. Jungkook meliriknya sekilas, lalu melanjutkan, "Tentu, Kak Jieun bisa kembali bekerja setelah persoalan ini berakhir. Tapi dia harus mengakhiri hubungannya dengan Kak Jong-suk."

Jungkook berdiri, berjalan mendekati Taehyung, lalu duduk di sampingnya. Ia mengambil cangkir teh milik Taehyung di meja kecil dan meminumnya tanpa basa-basi. "Aku mengkhawatirkannya, memikirkan apakah dia bisa menangani semuanya sendiri." Bibirnya mencebik, menunjukkan ketidakpuasannya terhadap situasi ini.

Taehyung diam sejenak, tatapannya terlihat berpikir keras. Setelah beberapa detik, ia menatap Jungkook dengan pandangan serius. "Bagaimana kalau kita membawanya untuk tinggal di sini sementara?" tanyanya tiba-tiba.

Jungkook mengernyit. "Apa? Membiarkan Kak Jieun tinggal bersama kita?" Wajahnya jelas menunjukkan kebingungan.

Taehyung menggeleng pelan. "Tidak. Kita bisa pindah dari sini."

Jungkook tampak berpikir sejenak. "Membiarkannya di sini sendirian tidak akan mengubah apa pun. Itu sama saja dengan kondisi dia saat ini," katanya sambil menatap Taehyung.

Taehyung tersenyum tipis, menyangkal dengan tenang. "Dia bersama Kak Yoona."

Jungkook mengangkat alis, tidak mengerti. "Apa?"

pulchritude • tkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang