07. fotografer pribadi?

813 67 6
                                    

"Pergi! Pergi! Pergi kau!"

"Ah tidak!"

"Demi Tuhan, game ini sangat pelit dengan hadiah!"

Teriakan demi teriakan kian menggelegar di dalam ruang keluarga itu, mereka semua sungguh bertingkah seolah itu adalah rumah mereka. Yugyeom bahkan sudah menghabiskan satu bungkus camilan kacang seorang diri, Bambam dengan kakinya yang berada di atas meja kecil, Mingyu duduk di sofa besar dengan menyilangkan kakinya bak raja, dan Eunwoo berbaring dengan bantal sofa di samping Jungkook yang duduk di atas karpet berbulu dengan tenang.
Mereka semua sibuk dengan ponsel masing-masing.

"Bagaimana denganmu, Jungkook?" Mingyu memperhatikan gesitnya Jungkook memainkan permainan dalam ponsel itu. "Wah! Bagaimana kau mendapatkan semua senjata itu? Apakah kau membelinya?"

"Tidak, aku hanya mendapatkannya."

Sementara Taehyung sibuk ke sana kemari, menyiapkan beberapa jamuan ringan untuk mereka. Dia membungkuk tepat di samping Jungkook.
"Ini teh jagungnya, Jungkook-ssi." Kemudian duduk dengan memilih jarak yang lumayan jauh dari Jungkook.

Taehyung hanya tak ingin salah tingkah atau melakukan hal di luar nalar secara tiba-tiba jika saja dirinya berada di samping anak itu. Karena Jungkook itu tak pernah baik untuk jantungnya.

"Hey, tuan gagap. Sudah sampai mana catatanmu untuk ujian?" Mingyu menaruh ponsel, menopang dagu di atas meja di depannya sembari menatap Taehyung yang baru saja hendak mengistirahatkan diri.

"Aku sudah menyelesaikan semuanya." Taehyung berbicara dengan matanya yang bergetar seperti biasa, bergerak ke sana kemari ke arah teman-teman Jungkook yang kini memusatkan atensi mereka padanya setelah mendengar apa yang dia ucapkan.

"Tidak mungkin! Bagaimana bisa kau sangat cepat?" Bambam bahkan sampai memegang kepalanya sendiri dengan dramatis, mengusaknya brutal hingga tatanan rambut hitamnya tak berbentuk lagi.

Mingyu bangkit. "Tentu saja dia bisa, tuan gagap ini punya banyak waktu untuk mengerjakannya karena dia tidak punya teman." Dia menggeser posisi, mendekati Taehyung dengan niat tersendiri.

Di sini Jungkook sempat melirik saat telinganya menangkap kalimat yang diucapkan Mingyu, kemudian memperhatikan Taehyung lewat ujung mata. Di dalam hatinya dia bertanya, 'apakah dia sungguh-sungguh tak memiliki teman?'

Bukannya Jungkook tertarik, hanya saja apakah dia se-kesepian itu? Jungkook juga bukan tipikal orang yang mudah bersosialisasi, namun memiliki satu atau dua teman tentu tidak sesulit itu, kan?

"Nah, kalau begitu biarkan aku menyalin milikmu. Ambilah bukumu."

"Baiklah." Taehyung mengangguk dengan kaku, mengiyakan ucapan Mingyu.
Tidak berniat untuk membantah atau melawan tindakannya, Taehyung mengikuti alurnya, walaupun itu siap membawanya menuju jurang penderitaan yang lebih lama lagi.

Taehyung bangkit dan dengan segera menuju kamar untuk mengambil catatannya.

"Aku juga mau menyalinnya setelah Mingyu!" Yugyeom berseru dengan nyaring dari ruang keluarga.

Taehyung sudah berpikir ini akan terjadi, sejak dia duduk di bangku sekolah dasar memang selalu seperti ini. Teman sekolahnya tidak akan datang ke rumahnya tanpa motif tersembunyi. Jadi, dia sudah tak heran lagi dengan kejadian semacam ini.

Setelah berhasil menemukan buku catatannya, Taehyung menghela napas. Mengambil labu ukur yang kini sudah terisi setengahnya oleh koin-koin 'spesial'.
Dia tersenyum, perasaannya melunak hanya dengan memandangi ini, ditambah dia berkali-kali dibuat melayang hanya karena tertampar oleh kenyataan bahwa Jungkook ada di rumahnya sekarang.

pulchritude • tkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang