42. min yoongi

312 33 5
                                    

Jimin masuk ke ruang klub fotografi dan menemukan Taehyung sedang tertidur di salah satu sofa panjang ditemani buku-buku di sekitarnya. Dia tersenyum sambil mendekati pemuda itu.
Tapi ternyata Taehyung sadar akan kehadirannya, dia perlahan membuka mata dan berjengit.

Jimin tertawa melihat reaksinya yang agak terkejut. Dia menarik kursi kayu untuk duduk berhadapan dengan Taehyung. "Jadi begini, fotografer profesional itu, Min Yoongi ...," Jimin mulai membuka percakapan.

"Um, ada apa dengannya?" Taehyung menyudahi acara berbaringnya. Dia duduk untuk mendengarkan Jimin dengan seksama.

"Kau tahu kan bahwa aku mengirimkan biodata dan hasil foto semua anggota klub fotografi padanya hari itu atas permintaannya. Dan dia bertanya, mengapa hanya kau yang tidak mengirimkan hasil karyamu. Dia cukup marah karena itu." Jimin menggaruk tengkuknya canggung. Dia merasa tak enak mengatakan ini pada Taehyung, tapi demi menghormati sang fotografer terkenal itu, mau tidak mau Jimin menyampaikan apa yang dia pesankan untuk Taehyung.

"Apa?" Taehyung merasakan dadanya bergemuruh ketakutan. Taehyung tak menyangka sang fotografer terkenal itu benar-benar mengecek satu persatu data yang Jimin kirimkan. Lagipula dari sekian banyaknya anggota klub fotografi yang mengirimkan karya, kenapa Min Yoongi harus repot-repot mengurusinya yang bahkan tak ada niatan untuk dinotis sedikitpun olehnya. Abaikan saja dirinya seperti yang orang-orang lakukan, seperti itu lebih baik menurut Taehyung.

"Dia ingin kau datang menemuinya dan meminta maaf padanya."

"Huh?"

•••

Jungkook memasukan sepotong daging ke mulutnya. Dia makan dengan tenang di lokasi syuting setelah diberikan waktu istirahat lebih lama dari biasanya. Jungkook terdiam untuk menilai rasa makanan ini, jelas tak seenak masakan Taehyung. Kroket udang buatan Taehyung menang jauh dibandingkan daging sapi panggang ini.

"Selamat makan, Jungkook. Kerja bagus untuk hari ini."

"Kerja bagus juga untuk kak Jieun." Jungkook menyunggingkan senyuman ramah pada Jieun yang datang dengan membawa sebuah kotak yang Jungkook tebak berisi cokelat.
Oh benar, Jungkook baru sadar hari kasih sayang sudah datang. Jungkook tidak terlalu peduli dengan hari valentine sih tapi tahun ini rasanya berbeda.

"Apakah kau suka cokelat, Jungkook?"

Jungkook mengangguk cepat. "Tentu saja." Kemudian dia melanjutkan makannya sambil memperhatikan Jieun yang duduk tepat di hadapannya.

"Tahun akan sangat gila. Kau mungkin akan mendapatkan satu ton cokelat dari para penggemarmu, wanita-wanita itu terlihat sangat mendukungmu."

"Benarkah? Itu menarik." Jungkook terkekeh menanggapinya.

Jieun menggelengkan kepalanya sambil menunjukan tawa geli.
"Aku pikir kau harus memberitahu kekasihmu tentang ini atau dia akan marah jika mengetahui kau mendapat cokelat dari wanita lain selain dirinya." Dia melepas sarung tangan yang melekat di tangannya sejak pagi. Sedikit meringis melihat kondisi tangannya yang memerah.

"Kekasihku bukan wanita. Dia seorang pria." Jungkook tanpa sadar tersenyum bangga saat mengatakannya.

"Oh, benarkah?"

"Um" Jungkook mengangguk. "Kami tinggal bersama di rumahnya." Kemudian tersenyum malu setelahnya.
Jungkook tidak menyangka bisa membicarakan ini dengan orang lain, dan rasanya tidak buruk juga. Selain karena Jieun adalah sosok yang terbuka, Jungkook juga nyaman di dekat wanita yang mengayomi dirinya selayaknya seorang kakak perempuan.

pulchritude • tkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang