16. rumor rahasia

594 48 2
                                    

Akhir pekan yang Jimin katakan telah tiba. Hari Sabtu ini benar-benar dia habiskan bersama Taehyung, membawa pemuda itu ke sana kemari sesuka hati sebab Taehyung sudah bersedia padanya kemarin hari.

Taehyung sendiri hanya menurut, mengikuti ke mana saja langkah Jimin yang turut serta menarik langkahnya.
Dengan begini, setidaknya Taehyung dapat sejenak melupakan angan-angan tentang Jungkook yang kembali masuk dengan kurang ajar di kepalanya sejak dia bertemu lagi dengan pemuda cantik itu.

Tapi Taehyung tak mampu. Nyatanya, Jungkook tetaplah Jungkook yang luar biasa ahli menguasai isi pikiran Taehyung yang kembali runyam.
Dia tetap ahli dalam hal itu, bahkan setelah beberapa tahun keduanya tak saling bertemu.

Dia dan Jimin kini berada di rumahnya setelah seharian penuh berada di luar, mereka baru saja memulai makan malam. Taehyung senang karena Jimin makan dengan lahap sekarang setelah beberapa waktu lalu anak itu mengatakan ingin menurunkan berat badannya.

"Seharusnya kau memberitahuku dari awal bahwa kau mengenal Jungkook."

"Maaf." Taehyung memegang sumpit dengan erat sebab kenapa pula Jimin kembali membahas hal ini?
Taehyung tak mau gila. Tidak untuk malam ini.

Jimin sendiri terkekeh manis untuk Taehyung. "Kenapa kau minta maaf? Seharusnya aku yang meminta maaf padamu." Kemudian Jimin menenggak minuman beralkohol dalam gelasnya hingga tandas.

"Apa?" Taehyung menunjukan gestur heran pada Jimin.

Dengan kekehan tak suka Jimin menjawab, "aku tidak tahu Jeon Jungkook adalah orang yang seperti itu." Matanya menunjukan kilatan kesal yang amat terlihat dan terpancar seolah-olah ada bayangan Jungkook yang terbakar di dalam sana.
"Kalau aku tahu, aku tak akan membawamu ke sana dan mempertemukan mu dengannya, meski kau penggemarnya sekalipun," sambungnya.

"Dan kenapa makananmu tampak masih utuh sedari tadi, Taehyung? Apakah kau masih terkejut karena perkataan Jungkook hari itu?"

Mendengar segala penilaian buruk yang diberikan Jimin terhadap Jungkook membuat sudut kecil di hati Taehyung tak terima.
Baginya Jungkook tidak seperti apa yang Jimin katakan, Jimin tak mengerti, Jimin tak tahu apapun tentang Jungkook.
"Sama sekali tidak, dan Jungkook memang selalu seperti itu sejak SMA, jadi aku tak terlalu memikirkan perkataannya."

"Tapi, apakah tidak apa-apa hanya makan hotpot di hari ulang tahunmu?" Taehyung dengan cepat mengalihkan pembicaraan, dia takut tak mampu menahan diri jika saja Jimin terus membahas Jungkook dengan mengatakan hal-hal yang sesungguhnya tidak Jimin ketahui bagaimana kebenarannya.

"Tidak apa-apa, ini sangat enak. Memakannya bersamamu membuat ini menjadi semakin menyenangkan dan berkesan."

Jawaban ceria yang keluar dari mulut Jimin membuat Taehyung tersenyum miris kepada dirinya sendiri.
Sebab Jungkook tidak akan pernah mengatakan hal seperti itu kepadanya.

Taehyung menggelengkan kepalanya, kemudian bergerak untuk menjangkau sesuatu di atas tumpukan buku-buku.
"Ini untukmu." Dia menyodorkan kotak hadiah di tangannya kepada Jimin yang memasang ekspresi terkejut.

"Apa?"

"Hadiah untukmu. Selamat ulang tahun."

Mata Jimin mengkilap, dia senang. Segera diambil olehnya benda itu dari tangan Taehyung dengan senyum mengembang tak karuan.
"Terima kasih. Bolehkah aku membukanya?"

"Tentu saja."

Mendapat anggukan persetujuan dari Taehyung, Jimin dengan semangat membuka ikatan pita pada kotak tersebut.
"Wah! Sangat bagus! Tali kamera." Jimin mengeluarkannya dari kotak, memasang benda panjang itu ke lehernya dan semakin senang kala menyadari bahwa warnanya sangat cocok dengan warna kameranya.
"Aku akan menyimpannya dengan baik."

pulchritude • tkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang