34. aksi kecil yang gagal

406 39 3
                                    

Jungkook berjalan mendekati coffee truck, masih dengan pakaian tradisional—hanbok—yang melekat apik pada dirinya.
Dia sedikit meregangkan tubuhnya seiring langkahnya membawa ia semakin dekat dengan Jieun.
"Kak Jieun, um—"

"Tadi itu sangat menyenangkan, ya, Jungkook?" sambarnya kemudian memberikan satu cup Americano pada Jungkook yang kini tepat berada di hadapannya.

Jungkook mulanya bingung, tapi dengan cepat dia paham dan mengambil pemberian Jieun. "Terima kasih," katanya sembari membungkukkan badan.

Jieun menunjuk tempat duduk di dekat air mancur, maksudnya mengajak Jungkook untuk duduk di situ.
"Itu adalah adegan yang singkat, tetapi rasanya seperti kita mengobrol dengan sungguh-sungguh." Dia mulai berjalan setelah dirasa Jungkook setuju untuk mengikutinya. "Rasanya tak seperti kita hanya membaca dialog."

"Kau benar."

Jieun memasang ekspresi nyaman saat tubuhnya ia sandarkan pada sandaran kursi. "Film juga menyenangkan, lho." Dia melirik Jungkook yang kikuk.
Jieun tahu bahwa anak itu begitu menikmati drama panggung. Hoseok telah menceritakan betapa inginnya Jungkook memainkan peran lainnya lagi dalam pertunjukan panggung.

"Eum, bukan berarti aku hanya ingin melakukan drama panggung, tapi—"

"Aku tahu maksudmu, Jungkook," potong Jieun dengan cepat. "Kau suka drama, kan?"

Jungkook mengangguk, tanpa sadar bibirnya mencebik sedikit. "Iya, Kak."
Kemudian dia menyadari tingkahnya sendiri, Jungkook segera tersenyum malu karena tertangkap basah tengah memberikan ekspresi merengek.
"Melihat semua orang yang memberikan perhatian penuh kepadaku saat melakukan drama panggung, membuat aku begitu bersemangat dalam waktu nyata. Aku merasakan kegembiraan yang berbatasan dengan rasa takut," sambungnya.

Jieun mengangguk-angguk paham. "Itu seperti kau selalu terpesona dengan hal-hal yang selalu berubah," ucapnya kemudian menyeruput kopinya dengan begitu anggun.

"Yah, tapi sensasi seperti itu bukanlah yang aku inginkan."

"Benarkah?" Jieun tersenyum menggoda. Dia mengerti apa yang dimaksud Jungkook.

"Iya, bahkan dalam kehidupan pribadiku," jawab Jungkook dengan mata yang bergerak ke sana kemari. Jungkook merasa bahwa Jieun sedang membacanya. Wanita cantik itu jelas menunjukkan adanya tanda-tanda penerawangan yang berjalan begitu halus.

"Seperti dalam hal romansa juga, hmm?"

"K-kurasa begitu." Jungkook langsung mengalihkan pandangan. Meremat cup kopinya agak kencang. Pertanyaan Jieun jelas tepat sasaran. Seniornya itu memang tahu sesuatu karena terlihat begitu paham akan Jungkook. Jieun tampak berusaha agar Jungkook dapat bercerita dengannya.

Tapi Jungkook tak merasa keberatan dengan hal itu. Dia tak merasa terancam dengan wanita di sampingnya ini. Jadi, bercerita sedikit mungkin tak masalah. Toh selama ini tak pernah ada yang bisa ia jadikan teman cerita. Ini adalah kesempatan bagus, mendapat Jieun sebagai tempat curhatnya tak terdengar buruk. Sebab wanita itu begitu baik padanya. Jungkook merasa memiliki seorang kakak perempuan.

"Orang yang bersamaku saat ini adalah ... bagaimana aku mengatakannya, ya? Dia itu, selalu sama, tak pernah berubah, aku suka itu," ucap Jungkook begitu lirih. Kalimat itu terucap begitu saja. Tak terasa berat sedikitpun.
Tapi kemudian dia menoleh dan menemukan Jieun mendengarkannya dengan begitu setia. Jungkook entah mengapa menjadi kikuk sendiri.
"Maaf telah membicarakan hal seperti ini padamu, Kak."

Jieun tertawa gemas. Ekspresi Jungkook yang malu dan terkejut sangat menghiburnya. Dia punya sisi menggemaskan yang Jieun suka.
"Tidak apa-apa, mari kita bersikap santai."

pulchritude • tkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang