Semenjak malam di mana Taehyung bertengkar dengan Jungkook, dan penolakan yang dia dapat dari Jungkook setelah pengakuan cintanya yang menyedihkan—sejak itu rumahnya tak pernah kedatangan si cantik itu lagi setiap akhir pekan. Rumahnya kembali menjadi sebuah bangunan besar yang ditemani hening. Tanpa ada suara tawa si bajingan Mingyu dan antek-anteknya.
Taehyung paham Jungkook pasti terkejut karena pengakuannya yang tiba-tiba, bahkan ditengah-tengah rasa kacau pemuda itu atas kekalahannya pada malam itu juga.
Taehyung ingin meminta maaf karena malam itu dia lancang, tak seharusnya mengejutkan Jungkook dengan sebuah kalimat 'aku menyukaimu' setelah Jungkook masih mencoba untuk menerima bahwa dia kalah.Taehyung rindu.
Rindu begitu banyak pada anak itu.
Tak ada hari tanpa memikirkan apapun tentang Jungkook.Terus begitu hingga liburan musim panas ini akhirnya ditutup dengan Kim Taehyung yang bersiap memecahkan celengan berisi rindunya untuk Jeon Jungkook.
Dan kini adalah musim gugur. Sekolah kembali dimulai. Taehyung harus kembali menjalani kehidupan sebagaimana seorang murid sekolah menengah atas yang berperang dengan banyak mata pelajaran untuk ujian masuk universitas yang diimpikan.
Baru saja kaki kanannya melewati pintu, obrolan tak mengenakkan telah masuk ke dalam indera pendengarannya.
"Apakah ini sungguhan!"
"Ini sungguh Jungkook, kan?"
"Dia gagal?"
"Kalian melihat ini?"
"Ya. Jungkook tidak memenangkan apapun dalam kontes ini."
Taehyung mencoba menulikan pendengarannya. Berjalan dan duduk di bangkunya seolah tak terjadi apapun di hari sebelumnya. Namun Bambam dan ucapan yang keluar dari mulutnya membuat Taehyung memejamkan mata menahan amarah.
"Kalian harus dengar berita yang satu ini juga. Jungkook mengatakan saat sekolah dasar dia ingin menjadi idola pop." Bambam menunjukan ponselnya, di mana itu terdapat sebuah foto kertas bertuliskan impian Jungkook kecil yang mungkin didapatkan Bambam dari website kontes popularitas itu.
"Astaga, tak ku sangka dia seorang pemuda yang narsis."
"Dia menulis cita-citanya dalam essay sekolah dasar? Jungkook kecil yang menyedihkan karena cita-citanya tak tercapai."
Taehyung membuka ponsel untuk melihat Mading online sekolah yang begitu ramai. Dia membaca berita sampah yang membuat kelas—dan sepertinya satu sekolah pun—menjadi gempar.
"Sang raja ternyata bukanlah yang terpilih!"
Melihat judulnya saja sudah membuat Taehyung panas hati. Dan ketika dia menguatkan hati untuk membaca beberapa komentar, Taehyung dibuat semakin naik pitam akan komentar tak berakal yang dikirim oleh beberapa siswa/i sekolah menengah atas ini.
'Jungkook berada di posisi terakhir dalam final kontes popularitas ini? Lumayan menyedihkan.'
'Sungguh keajaiban bahwa dia dapat mencapai final dengan ini semua, lol.'
'Pendukungnya benar-benar memiliki selera yang buruk.'
Dan masih banyak lagi, Taehyung tak paham dengan isi kepala orang-orang itu yang melihat dari sisi 'gagal' tanpa ingin tahu betapa Jungkook bekerja keras untuk ini.
"Hey hey. Dia datang dia datang."
Mendengar teman sekelasnya yang seketika saling berbisik membuat Taehyung mendongak penasaran.
Jungkook masuk ke dalam ruang kelas dengan ekspresi yang sama seperti pertama kali dia menginjakkan kaki di ruangan ini. Tampak tak peduli dengan bisik-bisik orang lain, dia hanya berjalan dengan ranselnya yang disampirkan pada bahu kanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
pulchritude • tk
Teen FictionTaehyung berada di kasta terbawah di kelasnya, berusaha agar tetap tak terlihat di sekolah. Dia tidak pernah ingin membuka mulutnya, takut ketahuan bahwa ia berbicara gagap di depan teman-temannya. Taehyung lebih memilih melihat dunia melalui lensa...