51. another scandal

232 26 16
                                    

Suasana kamar yang nyaman berubah mencekam seiring dengan ketegangan yang mulai terasa. Di kamar yang tertata rapi, aroma lavender samar memenuhi ruangan. Jungkook duduk di tepi kasur, menghentikan aktivitas berkemasnya. Matanya menatap koper yang setengah terisi, sementara Taehyung sibuk memasukkan pakaian ke dalam tas.

"Jadi, kita benar-benar akan pindah?" tanya Jungkook pelan, suaranya mengandung nada skeptis.

Taehyung menoleh sejenak, lalu kembali melanjutkan aktivitasnya. "Iya, lebih baik segera," jawabnya singkat, tetap fokus.

Jungkook memanyunkan bibirnya, mencoba mencari celah untuk diskusi. "Mau menginap di hotel dulu?" tawarnya, mencoba terlihat antusias. "Aku punya banyak waktu luang karena semua syuting diundur. Kita masih bisa mencari apartemen untuk ditinggali bersama. Ayo cari yang dekat dengan studio Min Yoongi."

Namun, alih-alih menanggapi dengan semangat, Taehyung hanya menggeleng pelan. "Kita harus mencari tempat yang nyaman bagi Jungkook," ujarnya dengan senyum kecil, tetapi tatapannya tidak mengarah pada Jungkook.

Jungkook menghela napas, mulai merasa kesal. "Kenapa sih sulit sekali untuk berdiskusi denganmu?" ucapnya, nada frustrasi mulai muncul. Dia bersandar ke belakang, menatap langit-langit.

Taehyung terlihat ragu sejenak sebelum akhirnya berkata, "Aku sudah memikirkan ini. Aku akan tinggal di studio Kak Yoongi untuk sementara." Suaranya terdengar datar, seolah sudah mempersiapkan diri untuk respons Jungkook.

Jungkook langsung menatapnya tajam, tak percaya. "Apa?" desisnya. "Keputusan itu dibuat karena kau mulai sibuk bekerja?" Dia mencoba menahan emosinya, tetapi kekecewaan di matanya sulit disembunyikan.

Taehyung mengangguk pelan. "Itu salah satu alasannya," jawabnya, lalu menatap bayangannya di cermin besar di sudut ruangan. "Tapi alasan utamanya adalah aku tidak mau membuat masalah baru untuk Jungkook. Mengingat apa yang terjadi pada Kak Jieun dan kekasihnya."

Jungkook diam, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya. Ia merasa tertekan. "Oh, begitu ya?" gumamnya, suaranya terdengar dingin.

Taehyung menunduk, merasa bersalah. "Aku tidak mau membebani di saat seperti ini. Aku adalah penggemar nomor satu Jungkook," katanya sambil mencoba tersenyum. Namun, senyum itu tak mampu menenangkan Jungkook.

Jungkook perlahan bangkit dari duduknya. "Bisa-bisanya kau?" katanya dengan suara pelan, tetapi penuh dengan amarah yang tertahan. Langkahnya menghampiri Taehyung yang masih berdiri memunggungi kasur.

Taehyung terkejut. "Jungkook?" tanyanya pelan, mendekati kekasihnya yang terlihat lebih murung daripada biasanya. Dia berlutut di hadapan Jungkook, mencoba mencari pandangan pria itu. "Jungkook marah? Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?"

Jungkook menatapnya dengan mata tajam, tetapi bibirnya sedikit bergetar. "Aku marah karena aku bodoh," jawabnya. "Karena aku mencoba memahami cara berpikirmu yang absurd ini."

Taehyung tidak menjawab. Dia hanya memandangi Jungkook dengan tatapan penuh kebingungan.

"Dan kau bilang kau penggemar nomor satu-ku," lanjut Jungkook dengan nada yang sedikit lebih tinggi. Tangannya tiba-tiba mencengkeram kerah baju Taehyung. "Kau kekasihku, kan?"

Taehyung mengangguk tanpa ragu.

"Lalu apa maksudmu saat kau bilang pada Kak Jieun, 'selama dia bersamaku'? Itu hanya kebohongan, huh?"

Taehyung menggeleng cepat. "Tentu saja tidak. Bersamaku bukan berarti Jungkook harus tetap di sisiku," ujarnya, mencoba menjelaskan. "Jungkook bisa berada di mana saja selama Jungkook ada untukku. Tentu saja aku senang saat Jungkook berada di sisiku sepanjang waktu. Tapi aku masih bisa melihat Jungkook bersinar, bahkan jika Jungkook tidak di sisiku."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

pulchritude • tkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang