Jungkook memakai apron dengan penuh keyakinan setelah mencuci beberapa bahan makanan yang dia beli di supermarket. Jungkook pulang lebih awal dari biasanya untuk memasak. Dia harus membuktikan bahwa ucapan Jimin—yang mengatakan dirinya tak bisa memasak—adalah salah.
Dengan berpatokan pada resep sederhana yang ditulis Jimin, Jungkook mulai mengepalkan tangan di udara untuk memberikan semangat pada dirinya sendiri.
"Potong bayam. Rebus daging. Kurangi ... alkohol nya?" Dia mulai membaca metode-metode pembuatannya dengan teliti.
"Apa maksudnya mengurangi?" Alisnya bertaut karena heran. Jungkook kembali membacanya untuk memastikan maksud dari kata mengurangi itu. "Yah, apapun itu. Kurasa itu artinya harus direbus dengan alkohol."Jungkook segera menyiapkan panci, mengambil alkohol dan memasukan isinya ke dalam panci hingga tetesan terakhir alias tandas tuntas. Menghidupkan kompor lalu menaruh daging pada panci hingga dagingnya tampak tenggelam dalam lautan alkohol.
Sembari menunggu itu setengah matang, Jungkook memotong bayam sesuai instruksi. Hasil potongannya mungkin sangat buruk, tapi Jungkook masa bodo dengan itu. Bentuk potongan tak akan mempengaruhi rasa, kan?
Melihat daging dalam panci telah berubah warna menjadi agak sedikit gelap, Jungkook segera memasukan bayam yang selesai ia potong. Dia tidak mengaduknya, memberi batasan antara daging dan sayur.
"Ini tampak cukup bagus." Tersenyum menatap panci yang penuh itu.Jungkook kembali mengambil secarik kertas resep. "Sausnya menggunakan kecap asin dan ... lobak parut?" Dia terdiam, menyadari bahwa dia tidak mempunyai lobak, dia tidak membelinya tadi karena tak melihat bahwa itu tertulis dalam daftar bahan. Bodoh, Jungkook.
"Tidak masalah, rasanya pasti akan tetap sama bahkan tanpa parutan lobak. Aku lebih ingin tahu bagaimana reaksi Taehyung nanti."•••
Pukul setengah tujuh malam, Taehyung harusnya sudah pulang sejak setengah jam yang lalu, tapi dia agak lambat kali ini, mungkin ada urusan lain. Jungkook sendiri mondar mandir di depan meja makan seperti orang sinting. Dia membawa sendok sup besar di tangannya dan terus berjalan mengitari meja makan kemudian sesekali mengecek apakah ada tanda-tanda kehadiran Taehyung.
"Aku pulang!"
Jungkook terkejut. Dia segera melempar sendok sup yang dia bawa ke atas meja makan begitu saja. Kemudian berlari menuju pintu utama untuk menghampiri Taehyung.
"Selamat datang kembali." Jungkook menyapa dengan gugup.Namun Taehyung nyatanya lebih terkejut melihat Jungkook menyambutnya pulang dengan memakai apron miliknya yang biasa dia pakai setiap memasak. "Huh? Itu ...."
Jungkook yang sudah kepalang gugup tak tahan. "Ayo, cepatlah!" Ia menarik Taehyung masuk setelah menutup pintu rumah dengan kuat.
"Tunggu, tunggu sebentar. Tunggu sebentar, Jungkook."
"Tidak! Ayo cepat!" Jungkook terus menariknya.
Taehyung bahkan belum sempat melepas jaketnya.
Jungkook mendudukkan Taehyung di salah satu kursi. Kemudian dirinya mulai membuka panci yang tertutup itu dengan telaten. Tangannya gemetar, sebetulnya ini lebih menegangkan daripada saat dirinya casting untuk mendapatkan peran dalam sebuah drama atau film.
Taehyung justru melongo. Dia dengan cepat menyadari bahwa Jungkook telah repot-repot memasak makanan untuknya. Buru-buru ia ambil kamera dalam tas dan mulai memotret apa pun yang ada di atas meja makan saat ini.
"Apakah ... apakah Jungkook yang membuat ini semua?" Sudah pasti jawabannya iya. Taehyung terlalu tak menyangka.
KAMU SEDANG MEMBACA
pulchritude • tk
Teen FictionTaehyung berada di kasta terbawah di kelasnya, berusaha agar tetap tak terlihat di sekolah. Dia tidak pernah ingin membuka mulutnya, takut ketahuan bahwa ia berbicara gagap di depan teman-temannya. Taehyung lebih memilih melihat dunia melalui lensa...