Pintu apartemen terbuka lebar, memperlihatkan interior modern dengan desain minimalis yang menawan. Cahaya matahari pagi masuk melalui jendela besar yang menjulang tinggi, menciptakan permainan bayangan di lantai kayu yang mengilap.
Taehyung berdiri terpaku di pintu, matanya menyapu setiap sudut ruangan. "Wow," gumamnya dalam hati, tanpa sadar tersenyum kecil.
Sementara itu, Jungkook, yang sudah lebih dulu masuk, menoleh ke belakang dan menepuk lengan Taehyung. "Hey, cepat!" serunya, nada suaranya terdengar sedikit kesal. Ia berdecak pelan, tidak sabar melihat Taehyung masih berdiri di ambang pintu.
Taehyung akhirnya tersadar dan mengikuti Jungkook serta agen properti masuk ke dalam apartemen. Begitu mereka melangkah lebih jauh, mata Jungkook langsung berbinar. "Wah," katanya dengan nada kagum. Ia berputar perlahan, menatap setiap detail ruangan. "Bagus sekali," lanjutnya sambil mendongak ke arah langit-langit. "Langit-langitnya sangat tinggi," tambahnya, kali ini menoleh ke arah Taehyung, seolah mencari persetujuan.
Agen properti tersenyum bangga. "Jendela yang besar akan memaksimalkan pencahayaan. Bagus, kan?" tanyanya sambil menunjuk ke arah jendela.
Taehyung mengangguk dengan senyum lebar. "Iya, bagus sekali." Ia sangat menikmati momen seperti ini—melihat-lihat apartemen bersama Jungkook. Ada sesuatu yang menyenangkan tentang berbagi pengalaman sederhana ini dengan seseorang yang ia sayangi.
Tanpa banyak pikir, Taehyung merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan bebek mainan kecil berwarna kuning. Ia mengangkatnya tinggi-tinggi seolah sedang memperkenalkan tamu istimewa.
Jungkook memandangnya dengan ekspresi bingung sekaligus kesal. "Kenapa kau membawanya?" tanyanya sambil mengernyit, nadanya setengah protes. Jika bukan karena agen properti yang bersama mereka, mungkin ia sudah memukul kepala Taehyung dengan bercanda.
Taehyung hanya tertawa kecil melihat ekspresi Jungkook yang menahan diri. "Kami mau melihat-lihat ruangan ini bersama-sama," jawabnya santai sambil berlari kecil ke arah dapur, membawa si kapten bebek kesayangannya.
Jungkook berdiri di tempatnya, berkacak pinggang sambil menghela napas panjang. Ia menatap punggung Taehyung yang dengan penuh semangat membuka-buka kabinet dapur. "Ke sekian kalinya aku gagal mengerti apa yang ada di kepalanya," gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri.
"Wah, ini bisa menampung banyak barang!" seru Taehyung sambil meneliti bagian dalam kabinet. Ia lalu mengelus counter table dengan senyum puas sebelum menoleh ke arah Jungkook yang sedang berdiri di ruang televisi. "Dan yang terpenting, aku bisa melihat Jungkook dari sini. Halo, Jungkook!" serunya sambil melambaikan tangan dengan ceria.
Jungkook memutar matanya dan menepuk dahinya sendiri. "Apa sih yang kau lakukan?!" katanya dengan nada frustrasi, tapi tidak bisa menyembunyikan senyum tipis yang muncul di wajahnya.
•••
Tangga spiral berdiri megah di tengah ruangan, memberikan kesan elegan pada apartemen kedua yang mereka kunjungi. Jungkook tidak bisa menahan kekagumannya saat ia berdiri di balkon yang menghadap ke jalan raya. Angin sore menyapu wajahnya, membawa aroma khas kota. Ia menumpukan kedua tangannya pada pembatas balkon, menghirup udara segar sambil memejamkan mata.
Namun, momen tenangnya segera buyar ketika Taehyung datang dan berkata dengan nada main-main, "Kita bisa taruh tempat tidur di sini."
Jungkook membuka matanya dan menatap Taehyung dengan bingung. "Seberapa besar tempat tidurnya?" tanyanya sambil melangkah mendekat.
Taehyung tersenyum jahil. "Pokoknya harus muat untuk sang raja," katanya, matanya bersinar nakal saat menatap Jungkook.
Jungkook tertawa ringan. "Apa-apaan sih?" balasnya sambil menggelengkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
pulchritude • tk
Teen FictionTaehyung berada di kasta terbawah di kelasnya, berusaha agar tetap tak terlihat di sekolah. Dia tidak pernah ingin membuka mulutnya, takut ketahuan bahwa ia berbicara gagap di depan teman-temannya. Taehyung lebih memilih melihat dunia melalui lensa...