Jihau itu nggak gampang sakit. Mau dia ujan-ujanan tiga jam, dia nggak bakal demam. Mau latihan nari lima jam, dia nggak bakal capek. Mau dijemur pas ospek dua jam, dia nggak pingsan.
Badannya oke, selalu cek up setahun sekali di rumah sakit, katanya biar nggak ada penyakit yang tiba-tiba datang dan ganggu aktivitasnya. Pernah capek sih, itu juga karena ujian yang dia lewatin beberapa bulan lalu.
Udah lima tahun, sejak Jihau lulus SMP, dia nggak pernah sakit. Nggak pernah sekali pun.
Tapi kenapa... Kenapa... KENAPA?!
Kenapa baru sekarang Jihau sakit?! Kenapa tepat di hari ini?! HARI DIMANA ACARA PERTUNANGAN JIHAU DIADAKAN!
Stres luar biasa. Jihau maksa mau berangkat ke Bogor. Orang di kost paling waras, Anan sama Andra cegah ini cogil biar nggak berbuat nekat. Sementara orang yang nggak waras, Teru sama Bima malah manas-manasin kalau Jihau nggak hadir di acara pertunangannya, mereka yang bakal gantiin.
"Bang, mau gue gantiin nggak? Sayang banget kalau acaranya dibatalin padahal udah keluar duit banyak." Teru anjing emang.
Jihau yang lagi rebahan langsung memberontak, Anan sama Andra yang pegangin kedua tangan Jihau hampir mental.
"Atau mau gue aja? Gue gantiin deh, buat lo apa sih yang enggak?" Bima makin manas-manasin, dia yang dulu pernah godain Jina bikin Jihau makin ketar-ketir.
"Lo berdua jangan makin manas-manasin, anjing! Ini ada anak orang mau sekarat lo malah kek setan gini." Noki yang aslinya udah siap dengan setelan formalnya, bersedekap di depan pintu, jengah ngelihat dua orang lagi godain Jihau.
"Ambulannya kapan dateng?" Capek, Anan milih dudukin lengan Jihau. "Gue kayak nanganin orang kesurupan. Capek."
"Katanya 30 menit lagi baru bisa dateng." Bima udah selesai godain. Dia duduk bersandar di meja belajar. "Gue telepon 10 menit lalu, sekarang tinggal 20 menitan."
"KELAMAAN ANJING!" Noki ngegas. "Nih setan mukanya udah pucet kek gini, lo mau dia mati apa gimana dah?"
"Mau ke RS gimana kalau nggak pakai ambulan njir?!"
"GUNANYA ADA DUA MOBIL DI SINI APAAN?!"
Mereka diam.
"Ehm..." Andra ngelag. "Gue lupa."
Sambil misuh-misuh, Noki mapah Zihau ke mobil Andra lalu ngeluarin motornya sendiri, biar gampang bukain jalan katanya. Sedangkan Bima nyetir mobil milik Jihau dan Andra nyetir mobilnya sendiri.
Udah sampai rumah sakit, ga perlu waktu lama karena tabiat Jihau yang udah kek orang kesurupan ngebuat petugas medis nggak punya pilihan lain selain nanganin lebih cepat.
Ternyata oh ternyata... Usus buntu, mana udah hampir pecah.
Butuh di operasi sekarang, jadi Didim selaku orang yang paling tua, telpon nyokap Jihau untuk minta persetujuan operasi lisan dengan suara yang paaaaliiiiingggg lembut, takut syok, bisa makin bahaya kalau nyokap Jihau ikutan kolaps.
Sejam...
Dua jam...
Tiga jam...
Jihau sudah dipindahkan ke kamar inap biasa, sang ibunda menemani di sampingnya sambil nangis, lagaknya kayak kehilangan anak sambil bisik 'cepet bangun, nak'.
Gimana, ya. OBAT BIUS NGGAK BISA LANGSUNG HILANG DALAM WAKTU LIMA MENIT DOANG ANJIR!
Sabar... Tenang...
Noki yang punya potensi ngamuk dengar ocehannya emak Jihau, digiring Andra sama Didim ke kantin rumah sakit. Teru, Bima sama Udin milih duduk di luar, sedangkan Anan masih di dalam nenangin ibu-ibu yang nangisin anaknya.
Jarak Bogor ke Jakarta tuh aslinya nggak terlalu jauh, tapi Jina butuh waktu lebih lama karena ngurus acara yang udah penuh tamu. Aslinya malu luar biasa, ngadain acara gede-gedean tapi si pemeran utama malah nggak dateng.
Keluarga Jina udah dongkol setengah mampus, merasa dipermainkan katanya, tapi kalau alasan acara dibatalkan itu karena Jihau sakit, mereka nggak bisa apa-apa.
Jina dateng bareng keluarganya, masih dengan full makeup dan kebaya yang dilapisi jaket denim, high heelsnya diganti sama sepatu Converse.
Jina duduk di samping Jihau setelah salim ke calon mertua. Digenggam erat tangan Jihau yang bebas infus. Air matanya nggak ngalir, tapi raut wajahnya keliatan jelas kalau dia khawatir.
Nggak butuh waktu lama buat Jihau ngebuka matanya, dia berkedip beberapa kali, membiasakan retinanya dengan cahaya sekitar.
Saat Jihau menoleh, pandangannya terpaku pada Jina. Dengan mata berkaca-kaca dan bibir bergetar, Jihau berbisik. "Tunangannya nggak batal, kan?"
Anan menyamarkan tawa dengan batuk, emak Jihau malah makin keras tangisnya, tapi suara tawa Jina yang terbahak lebih memenuhi ruang. "Enggak batal, cuman diundur."
Lega tuh hati Jihau.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNA (END)
Teen FictionPenghuni kost Arjuna said, "Maaf ya banyak ngeluh, soalnya baru pertama kali ini hidup di dunia." Part 1-4 berisi pesan teks. Cerita dimulai dari part 5. Juni 2023-19 Maret 2024