23 - Keributan setelah ujian

31 2 0
                                    

Udah hari sabtu, hari ujian terakhir. Hari-hari sebelumnya kost sepi, tapi mulai hari ini, orang gila mulai menunjukkan amandelnya.

"ANJINK INI SIAPA YANG ABIS BERAK?! BAUNYA ANJING BANGET." Noki yang tadinya mau masuk kamar mandi, keluar sambil tutup hidung.

"BUKAN GUE LOH YA! KALI INI BUKAN GUE!" Jihau buka suara sebelum sempat tertuduh.

Noki berdecak keras, dia ke ruang tengah terus duduk di samping Didim yang lagi fokus ke laptop. Kepalanya miring menghadap jendela, dihirupnya udara segar banyak-banyak. "Anjing banget, itu tai udah berapa tahun nggak dikeluarin."

"Santai, dong. Tunggu aja dulu lima menit, nanti juga baunya ilang." Andra nyahut, dia baru keluar kamar setelah beres mandi. Bau sabun menguar, jelas itu nggak luput dari perhatian Noki.

"Lo mandi nggak lo bilas, ya?"

"Apaan?"

"Bau sabun lo masih nempel banget, mandi lo kurang bersih tuh."

"Gue bilas njir." Andra nggak terima, dia lempar pernyataan ke Anan yang baru keluar kamar juga. "Anan noh yang nggak pernah bilas pas mandi."

Anan yang nggak tau apa-apa plonga-plongo. "Hah?"

Dari semua cowok yang bau sabunnya paling nempel ya Anan. Dia mandi paling singkat, nggak ada lima menit udah beres, tapi nggak tau kenapa tiap Anan keluar kamar mandi, bau sabunnya selalu kecium paling nyengat.

"Baru juga beres ujian beberapa jam yang lalu, udah saling adu mulut aja." Udin rebahan di depan TV, menikmati semilir angin dari kipas. Matanya udah setengah tertutup, ngantuk. "Energi kalian turah-turah atau gimana?"

"Si Noki noh yang mulai." Jihau menuduh. Stay cengar-cengir sambil main monopoli bareng Teru, Bima sama Endi. "Mulut Noki kalau sehari nggak misuh mesti udah karatan."

"Perlu gue lemparin kaca apa gimana?" Noki menoleh. "Lo kalau nggak cari ribut sehari aja sama gue keknya bakal sekarat."

Jihau tertawa. Dia mengakui. Dua minggu tanpa cari perkara emang hal yang paling sulit buat dilakuin. Apalagi teman yang suka nyahutin ocehannya udah pergi, Yuci pindah ke kost barunya kemarin.

"Btw, ini udah pada ngumpul?" Randu baru balik dari dapur. Dihitungnya penghuni kost Arjuna satu persatu.

"Udah pada balik kayaknya. Kenapa?"

"Gue mau bahas hal penting nih." Randu duduk di sofa, direbutnya setoples coklat yang Andra makan lalu disembunyikan di belakang sofa. Tau jelas kalau Randu nggak ngelakuin itu, stok coklat bakal cepat habis. "Si Udin bangunin dulu, gue mau diskusiin sesuatu."

"Nyet-"

"Gue nggak tidur." Udin menyela sebelum Jihau sempat membangunkannya. Yang tadi posisi telentang, kini telungkup. "Diskusi apa, bang?"

"Senin kan kalian mulai libur seminggu, yang kampung halamannya jauh nggak mungkin nekat pulang, kan?"

Jihau mengangkat tangan. Randu mengangguk sekali, membolehkannya bicara. "Senin sama selasa masih masuk buat orang yang mau ngumpulin tugas dadakan, bang. Secara nggak langsung kita cuman libur lima hari aja."

Randu memijat kening, capek. "Gue tau."

Jihau nyengir. "Kirain lupa, kan udah lama bang Randu nggak ngampus."

"Goblok." Bima ngumpat lirih.

"Oke, gue lanjutin ya. Mulai sekarang jangan ada bercandaan, gue mau ngomong serius dan pengin ngedengar pendapat yang serius. Mulut-mulut yang suka ngomong kosong tolong direm dulu." Randu natap Jihau sama Teru. "Diem. Oke?"

Pada ngangguk semua.

Randu lanjut bicara. "Kalian kan libur, gue sama Endi juga udah ngerencanain cuti dua hari di hari rabu sama kamis. Biar kita bisa ngabisin waktu bareng buat liburan. Nah, yang mau gue bahas sekarang, di mana tempat kita buat berlibur nanti?"

Noki mengerutkan alis, nggak ngerti.

Randu yang ngelihat Noki kebingungan, menjelaskan singkat. "Anak kost Arjuna dari jaman dulu udah ngerencanain ini. Setahun sekali kita pergi liburan bareng, biar kita jadi makin deket. Kita selalu kemah, tinggal pilihan kemahnya di gunung atau di pantai. Nah gue tanya gini mau dengar pendapat kalian gimana. Masih mau stay di gunung pantai atau pindah ke tempat kemah lain?"

"Lebih enak tetep milih gunung-pantai nggak sih? Lagian nggak banyak tempat kemah selain tempat itu. Kalau kemah di deket-deket sini doang ya percuma, soalnya yang seru tuh perjalanannya." Andra si paling waras menyuarakan pendapat.

"Gue juga setuju sama bang Andra. Lagian juga mau ke gunung atau pantai belasan kali pun gue nggak pernah bosen." Teru nyengir ke yang lain. "Asal bisa bareng sama kalian."

"Teru. Diem." Randu memperingati. "Yang lain gimana?"

"Di gunung atau pantai aja nggak sih? Gue ada minat kemah di taman, tapi kok makin gue pikir makin nggak nyaman, taman terlalu banyak orang, tempat publik kayak gitu nggak bisa nampung sepuluh orang buat kemah."

"Tumben Udin omongannya masuk di akal." Didim mengangguk, setuju dengan arah diskusi sekarang. "Gue nggak masalah mau di pantai atau gunung. Asal kita mau aja, nanti juga dilancarkan sama yang di atas."

"Jadi tetap stay gunung-pantai, ya. Karena kemarin kita udah ke pantai, buat tahun ini kita ke gunung-"

"Bentar bentar." Bima menyela. "Gue nggak mau kalau ke gunung."

"Kenapa?"

"CAPEK! NAIK GUNUNG TUH BIKIN KUESEL BUANGET SUMPAH NGGAK BOHONG!" Bima ngegas, nggak lagi peduli sama mainan monopolinya. "Yang lain, atau nggak ke pantai lagi. Gue nggak sudi naik gunung terus kejadian yang kemarin terulang lagi."

"Jangan gitu, dong. Kan tahun kemarin udah ke pantai, sekarang giliran ke gunung." Teru ikutan ngegas.

"Gue nggak pernah naik gunung terus kalian mau ngajak gue naik gunung lagi? Lo mau ngajak gue ke gunung Semeru? Gue nolak sekali lagi, NGGAK SUDI!"

"YA KALI INI NGGAK NAIK GUNUNG SEMERU!" Jihau ikut-ikutan.

"YA TERUS APA? GUNUNG SALAK GITU? LO MAU GUE MATI DI SANA TERUS ARWAH GUE GENTAYANGIN LO GITU?"

"NGGAK GITU MONYET, KITA CARI GUNUNG YANG LEBIH ENAK JALURNYA."

"GUE NGGAK MAU GUNUNG. TITIK!"

"YA UDAH, LO NGGAK USAH IKUT LIBURAN KALAU GITU."

"Njir, kok malah gini mainnya." Randu menengahi. "Kita harus liburan bareng. Nggak ada gunanya kalau nggak bareng-bareng."

"YA KALAU GITU JANGAN CARI TREK YANG BIKIN ORANG SEKARAT DONG!"

"UDAH DONG ANJENK!" Noki mulai angkat bicara, pusing ngedengar mereka saling sahut-sahutan dengan suara tinggi. "Gini aja deh. Kita vote, pilih gunung atau pantai, kita ambil suara mayoritas. Oke?!"

Pada setuju. Randu ngambil kertas yang tersimpan di bawah meja, disobek dan dibagikan kertasnya satu persatu, hanya ada satu bolpen, jadi bolpen digilir.

Hasil akhir dengan skor 7-3. Jadi, mereka harus siap-siap buat kemah di gunung.

Bima menghela napas pasrah. "Anjing emang."

ARJUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang