"Udah pada siap?"
Hari rabu, jam masih menunjukkan pukul lima pagi, tapi para penghuni kost sudah berkumpul di depan rumah. Barang bawaan mereka dikumpulkan jadi satu di mobil Andra. Ada dua mobil yang disediakan, sudah bersiap berangkat.
Randu yang lagi menghitung teman-temannya, menoleh saat mendengar suara motor yang dihidupkan. "Kita naik mobil."
"Gue pakai motor aja." Noki memanaskan mesin.
"Mobil aja, biar bisa bareng-bareng."
"Gue bisa ngikutin dari belakang."
"Ikut aja, bang. Lagian juga mobilnya masih ada yang kosong, naik motor juga ribet, ntar kalau ketinggalan gimana coba."
Endi diam waktu Teru masih setia ngajak Noki naik mobil bareng. Dia yang udah masuk mobil di kursi depan, cuman ngelihat interaksi mereka, juga merhatiin ekspresi Noki yang diam-diam mulai keruh.
"Gue suka mabuk kalau naik mobil." Nggak kayak Noki, suaranya datar tanpa ada amarah di dalamnya.
"Biar nggak ilang, biar gue yang bareng Noki." Bima maju. "Ada helm di jok motor lo, kan?"
"Nggak usah-"
"Biar ntar kalau ilang, kita ilang berdua." Bima menyela, dia nendang ban motor Noki. "Buka jok gih. Udah jam segini, kalau nggak berangkat sekarang keburu siang."
"Skuy berangkat. Gue mau naik mobil pik up-nya bang Andra ya." Teru semangat, dia baru mau naik mobil Andra, tapi kerahnya ditarik dari belakang oleh sang pemilik. "Kenapa, bang?"
"Lo bareng Jihau." Keliatan banget kalau Andra marah. Bibirnya ngedumel saat jalan ke kursi kemudi. "Pik up mbah mu."
Teru melongo. Jihau sama Bima udah ketawa ngakak.
Andra sensitif kalau masalah mobil, apalagi kalau mobilnya dikatain mobil pik up. Mobil kesayangan Jeep Wrangler warna biru seharga 1M lebih itu udah bekas, walau bensin borosnya nggak ngotak, Andra tetap nggak rela Jeepnya dinistakan.
Bokap Andra pecinta mobil. Andra bela-belain belajar ngebut biar bisa masuk universitas yang bokapnya mau, dengan diiming-imingi mobil incaran Andra sejak dia masuk SMA.
Pajaknya emang masih dibayarin orang tua Andra, tapi buat bensin dan perawatan lain, Andra sendiri yang ngurusin.
"Gue salah apa?" Bisik Teru menghadap Didim.
Mereka berangkat. Jalanan masih lancar, nggak ada macet sama sekali. Los, mereka cuman terhenti saat lampu merah aja. Tapi waktu jam udah nunjukkin jam berangkat kerja dan sekolah, jalanan ramai polllllll.
Andra masih stay kalem di belakang kemudi, Noki juga ngikutin dari belakang karena bisa nyempil sana-sini, tapi Jihau yang posisi mobilnya paling depan malah habis kesabaran.
Bibirnya nggak berhenti ngedumel, berkali-kali dia ngumpat. Gimana nggak ngamuk kalau asal muasal kemacetan panjang ini cuman karena ada motor mati karena cucu si pemilik mainin kunci.
Noki masih kalem, prinsipnya jangan ngamuk di jalanan. Matanya natap sekeliling, sesekali celingukan pengin tau kenapa bisa semacet ini. Tangan yang tertutupi sarung tangan pegang hand grip, sama sekali nggak ada tanda-tanda kelelahan.
"Lo nyelip gitu bisa nggak? Lama banget, anjing."
Nggak perlu menjawab buat Noki nurutin apa mau Bima. Dia melaju, nggak lupa tengok belakang sebelum belokin stir buat maju ke depan.
Ngelewatin mobil Andra sama Jihau, mereka sampai di barisan terdepan.
Noki melongo.
Wajah Bima udah merah menahan emosi. "PAK, TUNTUN DULU. INI MACET UDAH PANJANG BANGET BUSET DAH."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNA (END)
Teen FictionPenghuni kost Arjuna said, "Maaf ya banyak ngeluh, soalnya baru pertama kali ini hidup di dunia." Part 1-4 berisi pesan teks. Cerita dimulai dari part 5. Juni 2023-19 Maret 2024